Hanya Tambah 2 Yen, Kenaikan Harga Jajanan Ini Mengguncang Warga Jepang
Umaibo, salah satu jajanan populer di Jepang, diumumkan bakal naik harga sebesar 2 yen. Selama puluhan tahun, harga kudapan itu tak pernah naik. Itu sebabnya, kenaikan harganya mengguncang warga Jepang.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI, KRIS MADA
·3 menit baca
Tokyo
Ada kabar kurang enak bagi penggemar Umaibo. Produsen merek kudapan terkenal di Jepang itu untuk pertama kali akan menaikkan harga Umaibo dari 10 yen menjadi 12 yen per bungkus. Jika dirupiahkan, dari Rp 1.250 menjadi Rp 1.500. Harga baru itu akan berlaku mulai April mendatang. Alasan kenaikan harga disebutkan bahwa produsen tidak bisa lagi menanggung dampak inflasi sendirian.
Umaibo secara harfiah berarti ”batang yang lezat”. Bagi warga Jepang, kudapan berbentuk batangan renyah dan dipasarkan dengan 15 rasa itu tidak hanya penganan terjangkau. Umaibo juga kerap dikonsumsi sebagai pengingat masa lalu. Umaibo juga melambangkan deflasi atau ketiadaan kenaikan harga selama bertahun-tahun di Jepang.
Karena itu, meski hanya naik 2 yen, hal itu jadi perkara besar di Jepang. Sejak dipasarkan pada tahun 1979, harganya dipatok dan tidak pernah naik dari 10 yen. ”Harganya sama sekian lama. Kenaikan 2 yen adalah urusan penting. Saya terkejut,” kata Noriko Eda (59), Kamis (27/1/2022), di Tokyo. Ia berusia 16 tahun saat Umaibo pertama kali dipasarkan.
Kenaikan harga Umaibo menjadi pengingat serius bahwa Jepang, meski beberapa dekade mengalami deflasi, tidak luput dari melonjaknya harga komoditas dan biaya transportasi. Akhir-akhir ini, meski harga barang-barang melonjak di negara-negara Barat, perusahaan-perusahaan Jepang sejauh ini enggan menaikkan harga karena khawatir kehilangan pelanggan yang sensitif dengan kenaikan harga.
Untuk mengatasi situasi tersebut, perusahaan-perusahaan produsen makanan biasanya menyiasatinya dengan memperkecil isi atau bungkus makanan yang dijual. Bukan dengan menaikkan harga. Cara itu pula yang ditempuh. Yaokin, salah satu produsen Umaibo, terakhir kali memperkecil bentuknya pada tahun 2007.
Namun, kali ini situasinya agaknya berbeda. Tak hanya menghadapi kenaikan harga bahan baku, perusahaan-perusahaan Jepang pusing tujuh keliling dengan melemahnya nilai mata uang yen. Biaya impor pun meningkat. Tak ada pilihan, produsen Umaibo pun menaikkan harga jajanan yang dijualnya.
”Agak menyedihkan dampak (kenaikan harga) mulai terasa pada kudapan-kudapan murah, yang harganya selama ini mampu dijangkau anak-anak,” ujar Naomi Hosaka (51), ibu rumah tangga.
Takeshi Nemoto, yang selama puluhan tahun berbelanja kudapan di toko Kawahara Shoten di Tokyo, memperkirakan produsen-produsen penganan lainnya bakal mengikuti langkah produsen Umaibo. ”Tak ada yang bisa kami lakukan. Dari sudut pandang perusahaan produsen, mereka tidak bisa untung lagi jika tidak menaikkan harga.”
Musisi rock Jepang yang bernama Atsushi Osawa menyebut kenaikan harga Umaibo sebagai hal bersejarah. ”Kita sedang menyaksikan titik balik sejarah,” cuit Osawa di Twitter.
Osawa begitu kecewa dengan kenaikan harga Umaibo gara-gara pada tahun 2010 pernah menulis lagu tentang harga Umaibo yang nyaris tidak pernah naik selama puluhan tahun. Salah satu kutipan lirik lagunya, yang dibawakan bersama kelompok bandnya, Uchikubi Gokumon Doukoukai, menyebut harga Umaiba dengan sebutan ”harga yang ajaib”.
Kini, Umaibo dianggap tidak sesuai lagi dengan lagunya. ”Harga (Umaibo) mulai meninggalkan isi lirik lagu itu,” ujar Osawa. (REUTERS)