Menteri Luar Negeri AS Antoni Blinken menyerukan agar negara-negara anggota NATO bersatu menghadapi Rusia di dalam isu Ukraina. Jerman, karena ketergantungannya atas gas alam Rusia, bersikap agak berbeda dengan AS.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
KIEV, RABU – Perbedaan sikap antara Amerika Serikat dan sekutunya, terutama Jerman, dalam persoalan di perbatasan Rusia-Ukraina memberikan keleluasaan bagi Moskwa bergerak. Jalur pipa Nordstream 2 yang menghubungkan Rusia dengan banyak negara Eropa, terutama Jerman, membuatnya menjadi bidak yang bisa dimainkan oleh Kremlin untuk mengelola permasalahan dengan negara-negara barat, terutama Amerika Serikat
Dalam kunjungannya ke Kiev, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mendesak agar negara-negara barat untuk tetap bersama, bersatu dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai agresi terus menerus oleh Rusia terhadap Ukraina.
“Kekuatan kami bergantung pada persatuan di antara kami sendiri, dan itu termasuk persatuan dengan Ukraina,” kata Blinken, saat bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kiev, Selasa (18/1). Dia mengatakan, salah satu tujuan Moskwa sejak lama adalah menabur perpecahan antara AS dan negara-negara sekutunya, termasuk di dalam organisasi NATO. Dia menegaskan, AS tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Pernyataan itu disampaikan Blinken setelah Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock bertemu dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Moskwa. Berlin memperlihatkan pilihannya untuk menghindari konflik militer dalam masalah Kiev-Moskwa, termasuk menolak memberikan bantuan persenjataan kepada Kiev. (Kompas.id, Rabu, 19 Januari 2022)
Sebaliknya Washington bersemangat membantu Ukraina dalam bentuk pengiriman persenjataan. Bulan Desember 2021, Pemerintah Amerika Serikat baru saja memberikan tambahan bantuan senilai 200 juta dolar AS berbentuk bantuan militer defensif untuk negara tersebut. AS berharap bantuan peralatan militer itu membantu Ukraina melindungi kedaulatan dan integritas teritorialnya, khususnya untuk menghadapi militer Rusia yang sudah berada dekat dengan perbatasan.
Blinken, dalam pertemuannya dengan staf Kedutaan Besar AS di Kiev mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam posisi bisa memerintahkan aksi militer terhadap Ukraina sewantu-waktu dan dalam waktu yang sangat singkat. Sejak Desember lalu militer Rusia telah menempatkan lebih dari 100000 pasukannya di dekat perbatasan, dan telah melakukan latihan tempur sepanjang waktu. Tidak hanya itu, militer Rusia juga tengah mempersiapkan diri untuk melakukan latihan tempur bersama dengan Belarusia.
"Kami tahu bahwa ada rencana untuk meningkatkan kekuatan itu bahkan lebih dalam waktu yang sangat singkat dan itu memberi Presiden Putin kapasitas, juga dalam waktu yang sangat singkat, untuk mengambil tindakan agresif lebih lanjut terhadap Ukraina," kata Blinken.
Zelenskyy berterima kasih pada AS atas bantuan yang diberikannya. Tambahan bantuan peralatan tempur itu sangat berarti bagi mereka, terutama ketika mereka tengah dihadapkan pada potensi kemungkinan terjadinya agresi oleh Rusia. “Kunjungan Anda sangat penting. Ini menggarisbawahi, sekali lagi, dukungan kuat Anda terhadap kemerdekaan dan kedaulatan kami,” kata Zelenskyy.
Sejumlah pejabat mengatakan, usai berkunjung ke Ukraina, Blinken berencana untuk bertemu dengan kolega-koleganya, baik dari Jerman ataupun sekutu Eropa lainnya di Berlin, Kamis (20/1). Setelah itu, Blinken akan mengadakan pertemuan dengan Lavrov di Geneva, Swiss, untuk membicarakan kelanjutan upaya diplomatik mereka mengurangi ketegangan.
Jelang pertemuan tatap muka, Jumat (21/1), Blinken dan Lavrov telah melakukan hubungan melalui sambungan telepon, Selasa (18/1). Dalam pembicaraan itu, Blinken menekankan pentingnya melanjutkan pembicaraan diplomatik antara kedua negara untuk mengurangi ketegangan. Sementara, Lavrov menegaskan kembali permintaan Rusia soal jaminan tertulis bahwa NATO tidak akan melakukan ekspansi ke Eropa timur, terutama ke negara-negara bekas Uni Soviet, dan menempatkan pasukan serta persenjataannya.
Nord Stream 2
Sikap Jerman yang dinilai Blinken tidak sejalan dengan AS tidak terlepas dari ketergantungan mereka terhadap pasokan gas alam negara itu dan sebagian besar negera Eropa dari Rusia melalui jalur pipa Nord Stream 2. Sejauh ini Jerman masih bersikap mendua, termasuk tidak mengesampingkan tindakan terhadap Nord Stream 2 jika Moskwa benar-benar menginvasi Ukraina.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, dikutip dari kantor berita TASS mengatakan, menunda operasional pipa gas Nord Stream 2 akan berdampak buruk, tidak hanya pelaksana proyek tapi juga konsumen serta bagi perekonomian Eropa secara keseluruhan.
“Tidak mungkin untuk menghentikan proyek internasional komersial Nord Stream 2 karena belum diluncurkan. Fakta bahwa belum diluncurkan itu buruk baik bagi mereka yang terlibat dalam proyek ini maupun bagi mereka yang mengkonsumsi gas di Eropa. Ini buruk bagi perkembangan ekonomi Eropa, yang juga menderita secara signifikan di masa pandemi ini," kata Peskov.
Moskow ingin rekan-rekannya, termasuk di Jerman, untuk memusatkan perhatian pada hal ini juga, tambah Peskov.
Jalur pipa Nord Stream 2 telah selesai dibangun pada 10 Desember 2021, terlambat sekitar satu tahun setelah AS menjatuhkan sanksi untuk menghambat proyek ini. Tapi, agar bisa beroperasi dan mengalirkan 55 miliar kubik gas alam dari Rusia ke Jerman dan beberapa negara Eropa, mereka harus mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Jerman.
Pada 16 November, Badan Jaringan Federal (Bundesnetzagentur) menangguhkan prosedur untuk mengesahkan Nord Stream 2 AG, yang berbasis di Zug (Swiss), sebagai operator transmisi independen karena masalah organisasi dan hukum. Regulator mencatat bahwa prosedur sertifikasi akan tetap ditangguhkan sampai aset utama operator dan sumber daya manusia dialihkan ke kepemilikan anak perusahaannya di Jerman.
Rusia terus mengukuhkan diri sebagai pemasok utama gas ke Eropa. Mereka menjadi pemasok utama gas bagi sejumlah negara anggota NATO, mulai dari Bulgaria, Republik Ceko, Estonia, Hungaria dan beberapa negara Eropa timur masing-masing mendapatkan pasokan 75-100 persen. Beberapa negara ini juga menggantungkan pasokan minyaknya pada Rusia.
Kini, Rusia memasok 40 persen lebih kebutuhan gas alam negara-negara Eropa. (AP/Reuters)