Pandemi Covid-19 galur Omicron kian merajalela. Australia dan India kini kewalahan karena kasus harian melonjak hingga mencapai rekor tertinggi. Kekurangan alat tes Covid-19 juga menjadi isu genting di Australia.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
SYDNEY, SELASA —Pandemi Covid-19 galur Omicron kian merajalela. Australia, Selasa (4/1/2022), mencatat rekor terbaru kasus Covid-19 galur Omicron dengan 47.799 kasus dalam sehari dan empat orang tewas di dua negara bagian.
Padahal sehari sebelumnya, tercatat 38.000 kasus. Melonjaknya kasus Omicron ini membuat masyarakat Australia bergegas untuk tes Covid-19 dan vaksin. Tingkat vaksinasi yang sudah mencapai 92 persen diyakini telah membantu mencegah kematian.
Sampai saat ini Pemerintah Australia tidak menyebutkan pasien tewas akibat varian Omicron atau Delta. Namun, 74 persen pasien yang berada di unit perawatan intensif rumah sakit-rumah sakit New South Wales sejak 16 Desember lalu disebutkan terinfeksi Delta. Selain layanan kesehatan yang mulai kewalahan, Australia juga menghadapi persoalan kurangnya alat tes antigen, lambannya hasil tes reaksi polimerase berantai (PCR), ditutupnya sejumlah tempat tes, dan laboratorium patologi yang kebanjiran hasil tes.
”Masalahnya sekarang stok alat tes cepat antigen kurang. Ini menghambat tanggung jawab pribadi dan jelas membuat orang frustrasi. Pengelolaan Covid-19 ini terlihat sangat kacau,” kata Wakil Presiden Asosiasi Medis Australia Chris Moy kepada stasiun radio ABC.
Otoritas Australia saat ini sedang membentuk tim untuk menindaklanjuti keluhan dan dugaan harga alat tes cepat antigen yang dinaikkan. Meski jumlah kasusnya melonjak, Perdana Menteri Australia Scott Morrison tidak mau mendengarkan permintaan masyarakat untuk menggratiskan alat tes antigen.
”Kita sekarang ini ada di situasi pandemi lagi serta tidak bisa mengelak dari ini dan menggratiskan semuanya. Kita harus bisa hidup berdampingan dengan virus ini,” kata Morrison.
Alat tes antigen diburu hingga orang rela antre berjam-jam di tempat-tempat yang menyediakan alat tes antigen. Meski galur Omicron diyakini tidak semematikan Delta, tetap saja orang takut. Australia pada awal pandemi relatif berhasil menekan penularan Covid-19 dengan cara menutup perbatasan serta agresif melakukan tes Covid-19 dan pelacakan kontak.
Namun, Australia kemudian tak kuat menahan terjangan Delta, terutama di kota-kota besar seperti Sydney dan Melbourne. Tak seperti negara-negara lain, Australia juga bergantung pada vaksin sebagai perlindungan. Sekitar 91,5 persen dari total penduduk sudah divaksin dan 2,5 juta orang sudah menerima vaksin penguat.
Kepala Medis New South Wales Kerry Chant meminta masyarakat untuk mengusahakan agar tidak berobat ke rumah sakit kecuali memang dalam situasi darurat. Pasalnya, ini dikhawatirkan akan membuat layanan kesehatan kewalahan bahkan lumpuh karena saat ini konsentrasi sedang fokus pada penanganan pasien Covid-19. Tempat-tempat tes Covid-19 juga terpaksa ditutup lagi di New South Wales, Victoria, dan Queensland karena kekurangan karyawan. Laboratoriumnya sudah tak sanggup memberikan hasil dalam waktu cepat meski sudah bekerja tanpa henti.
Moy menjelaskan, banyak tenaga medis di rumah sakit yang juga sudah dirumahkan karena tertular Covid-19. Akibatnya, tenaga medis yang masih ada tidak mampu memberikan perawatan memadai. ”Bayangkan saja. Banyak pasien masuk rumah sakit dan pada saat yang sama tenaga medis juga dirumahkan,” ujarnya.
Empat kali lipat
Bukan hanya Australia yang kelabakan dengan melonjaknya kasus Omicron. India pun sama. Kasus Omicron bertambah empat kali lipat hanya dalam satu pekan. Dalam 24 jam terakhir, tercatat 37.379 kasus dan 124 orang di antaranya tewas. Untuk mencegah penularan Omicron yang lebih parah, Pemerintah India memerintahkan warga untuk tinggal di rumah saja selama beberapa pekan ke depan.
Menteri Besar Delhi Arvind Kejriwal juga tertular Covid-19 galur Omicron sehari setelah ia berpidato dalam kampanye pemilu di Negara Bagian Uttarakhand tanpa mengenakan masker. Kejriwal, melalui akun Twitter, menceritakan dirinya diisolasi di rumah dan hanya sakit ringan. Ia meminta siapa saja yang kemarin sempat kontak dengannya agar segera tes Covid-19.
Kasus harian di India ini merupakan yang tertinggi sejak September 2021. Para ahli menilai, karena Omicron lebih cepat menyebar, galur itu sudah mengalahkan Delta. Wakil Menteri Besar Delhi Manish Sisodia mengatakan, setiap hari ada 4.000 kasus baru di Delhi saja. Meski mayoritas pasien hanya menunjukkan gejala-gejala yang tidak parah dan bisa cepat pulih, warga tetap diimbau untuk tidak di rumah saja selama akhir pekan.
Pada hari kerja, perusahaan hanya boleh mempekerjakan separuh karyawannya di kantor. Sisanya, bekerja dari rumah. ”Bagi mereka yang kemungkinan terinfeksi atau sakit ringan, tinggal di rumah saja supaya rumah sakit bisa menangani kasus-kasus yang berat,” ujarnya.
Pada tahun lalu, Delta menyebar cepat gara-gara kampanye-kampanye pemilu seperti yang dilakukan Kejriwal. Situasi yang sama dikhawatirkan akan terulang mengingat masih ada beberapa pemilihan negara bagian beberapa bulan mendatang. Ini yang dikhawatirkan para ahli kesehatan. Pengadilan di Negara Bagian Uttar Pradesh mendesak pemerintah setempat untuk menunda pemilu di wilayah itu.
Pemerintah federal menyebutkan, kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat akan diberlakukan jika lebih dari 5 persen tes Covid-19 menunjukkan hasil positif. Delhi sudah melewati angka itu, Senin lalu.
Tingkat kasus positif di India sudah hampir tiga kali lipat sejak November 2021. Sejumlah kota, sekolah, dan perguruan tinggi sudah ditutup. Butuh waktu berhari-hari untuk mengonfirmasi jenis virus dengan cara pengurutan genom. Kementerian Dalam Negeri India sejauh ini hanya mengonfirmasi 1.892 kasus Omicron di seluruh India dan sebagian besar terdapat di Mumbai, Maharashtra, dan Delhi. (REUTERS/AFP/AP)