Liburan Natal dan Tahun Baru, musim puncak bagi industri penerbangan dan pariwisata, terdisrupsi laju penyebaran galur Omicron yang pesat di seluruh dunia. Warga memprotes pembatasan yang terus dilakukan pemerintah.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
CANBERRA, SENIN — Walau banyak yang menilai galur Omicron tidak memiliki efek mematikan dibandingkan dengan galur Delta, galur ini dan cuaca buruk menjadi dua faktor utama pembatalan belasan ribu penerbangan di seluruh dunia sepanjang akhir pekan pergantian tahun. Situasi ini memaksa para pelaku ekonomi meredam optimisme pemulihan ekonomi dunia setidaknya di kuartal pertama 2022.
Berdasarkan data laman pelacakan penerbangan FlightAware.com, dari total 11.200 penerbangan yang dibatalkan sepanjang akhir pekan lalu, sejumlah 4.000 penerbangan dibatalkan hanya pada Minggu (2/1/2022). Agen perjalanan dan maskapai penerbangan yang biasanya memanfaatkan liburan Natal dan Tahun Baru untuk mendapatkan profit tidak bisa maksimal karena mereka menunda penerbangan atau bahkan mengurangi pelayanan karena kekurangan staf atau karena awak kabin serta pilot menjalani karantina.
Data FlightAware.com menyebut jumlah penerbangan yang dibatalkan hingga Minggu (2/1/2022) pukul 20.00 GMT atau 03.00 WIB, Senin (3/1/2022) dini hari, di Amerika Serikat saja mencapai 2.400 penerbangan. Dua penerbangan yang paling banyak membatalkan pelayanan ialah SkyWest dan Southwest, masing-masing membatalkan 510 dan 419 penerbangan.
Tawaran insentif bagi pilot dan staf pendukung tidak mendapatkan animo yang besar. Menurut beberapa serikat pekerja perusahaan penerbangan, kekhawatiran tertular serta keengganan berurusan dengan penumpang yang menolak mengikuti protokol kesehatan adalah dua alasan utama maskapai kekurangan sumber daya manusia di masa puncak liburan ini.
Laju infeksi Covid-19 yang disebabkan galur Omicron telah membuat New York menjadi salah satu titik panas, selain ibu kota Washington DC. Pada hari terakhir tahun 2021, New York mencatat infeksi baru sebanyak 85.476 kasus. Menurut penghitungan Reuters, pada hari pertama tahun 2022, infeksi baru di seluruh AS mencapai 346.849 kasus.
Pemerintah Australia juga berjibaku dengan kenaikan jumlah infeksi Covid-19 di beberapa negara bagian. Meski efek Omicron dinilai lebih ringan dibandingkan dengan Delta, laju infeksi yang naik signifikan dalam waktu singkat membuat pemerintah berhati-hati mengambil kebijakan.
Total infeksi harian di seluruh Australia, Senin (3/1/2022), mencapai 37.150 kasus, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah infeksi yang terjadi Sabtu (1/1/2022), sebanyak 35.327 kasus. Negara Bagian New South Wales (NSW) menjadi penyumbang terbesar infeksi, yaitu 20.794 kasus. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Sabtu (1/1/2022) karena pelaksanaan tes Covid-19 di lapangan juga rendah selama peralihan tahun.
Kenaikan jumlah kasus menyumbang kenaikan jumlah pasien Covid-19 yang harus menjalani rawat inap sebesar 10 persen di NSW menjadi 1.204 orang. Angka ini naik tiga kali lipat dibandingkan dengan saat perayaan Natal.
Perdana Menteri Australia, dalam wawancara dengan stasiun televisi Channel 7, mengatakan, meski laju infeksi meningkat tajam, warga diminta berhenti memikirkannya. Dia mengajak warga untuk menerima situasi itu serta mulai berpikir untuk hidup berdampingan dengan virus dan mengelola situasi kesehatan secara mandiri, termasuk gejala yang mungkin timbul. Hal ini, katanya, untuk menjaga agar perekonomian tetap berjalan.
Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengatakan, meski lebih menular, Omicron tidak memiliki efek ganas seperti Delta. Hal ini membuat risiko terhadap individu menjadi lebih ringan dan tekanan terhadap sistem kesehatan juga tidak terlalu signifikan.
Protes dan kematian
Pembatasan gerak untuk menjaga agar laju infeksi tidak menimbulkan gejolak baru tidak bisa diterima semua orang. Di Amsterdam, Belanda, ribuan orang turun ke jalan untuk menentang kebijakan pemerintah membatasi gerak warga.
”Ini Belanda! Kekuatan untuk rakyat!” teriak salah satu pengunjuk rasa yang berbaur dengan ribuan peserta lainnya di alun-alun utama kota Amsterdam.
Pada 18 Desember 2021, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan pembatasan gerak warga sebagai tanggapan atas gelombang baru infeksi Covid-19 yang dipicu Omicron. Toko-toko, restoran, bar, bioskop, teater, dan museum yang tidak penting akan tetap tutup hingga 14 Januari 2022. Sementara sekolah akan tutup hingga 9 Januari 2022.
Di bawah aturan baru, hanya dua orang yang boleh bertemu di luar ruangan, kecuali pada saat pemakaman. Meski ada pembatasan, pemerintah tidak menerapkan pembatasan perjalanan di seluruh wilayah.
Meski dinilai memiliki efek yang lebih ringan pada individu yang terpapar, kantor berita Korea Selatan, Yonhap, melaporkan adanya dua pasien Covid-19 yang meninggal akibat infeksi Omicron. Otoritas kesehatan di kota Gwangju masih menyelidiki penyebab pasti kematian dua pasien yang berusia 90-an tahun itu.
Sementara di Osaka, Jepang, otorias kesehatan setempat melaporkan adanya kluster Omicron pertama di sebuah panti wreda. (AP/AFP/Reuters)