Akibat pandemi Covid-19, perayaan Tahun Baru di banyak negara dibatalkan. Ada sejumlah negara yang masih merayakan Tahun Baru, tetapi dengan protokol kesehatan yang kuat.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
PARIS, SABTU —Akibat pandemi Covid-19 varian Omicron, pesta perayaan Tahun Baru 2022 di sejumlah negara buyar. Mulai dari kota Paris, Perancis, sampai Kuala Lumpur, Malaysia, membatalkan rencana perayaan Tahun Baru. Namun, tetap saja ada sejumlah kota yang melanjutkan rencananya, antara lain London, Inggris, dan Cape Town, Afrika Selatan.
Rencana pesta Tahun Baru di Paris dibatalkan setelah pemerintah kota mendapat masukan dari kalangan ahli kesehatan bahwa acara yang mengumpulkan banyak orang itu masih terlalu berisiko. Di Kuala Lumpur juga masyarakat tak boleh berkumpul. Sama seperti di Belanda yang mengerahkan aparat kepolisian untuk membubarkan ribuan orang yang nekat berkumpul di Lapangan Dam. Aturannya, maksimal hanya boleh empat orang yang berkumpul.
Di London, perayaan Tahun Baru dengan pertunjukan kembang api dan lampu sudah dibatalkan sejak Oktober lalu, tetapi kemudian tetap diadakan dan hanya bisa ditonton melalui televisi. Menara jam Big Ben juga dibunyikan saat Tahun Baru. Ini baru pertama kalinya setelah Big Ben direstorasi sejak 2017. ”Saya mendorong warga merayakan Tahun Baru dengan hati-hati dan satu-satunya cara untuk itu adalah dengan menonton pertunjukan di televisi saja,” kata Wali Kota London Sadiq Khan.
Pemerintah Inggris sebelumnya memublikasikan hasil studi dari jutaan kasus yang menemukan varian Omicron tetap bisa membuat orang sakit parah dan membutuhkan perawatan rumah sakit. Karena alasan itu, banyak negara kemudian memberlakukan kembali kebijakan pembatasan atau menutup perbatasan agar sistem layanan kesehatannya tidak kewalahan. Meski berisiko parah, jumlah kematian akibat Omicron dilaporkan rendah. Ini bisa berarti Omicron tidak semematikan varian Delta.
Bahkan, Cape Town mengklaim gelombang Omicron sudah berlalu sehingga kebijakan jam malamnya dicabut saat Tahun Baru. Afsel merupakan negara pertama yang mengidentifikasi adanya varian Omicron yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Amerika Serika dan Eropa menjadi wilayah yang paling parah terdampak Omicron.
Meski khawatir dengan penyebaran Omicron, perayaan Tahun Baru di New York masih tetap ada di Times Square. Hanya saja, jumlah orang yang boleh berkumpul maksimal hanya 15.000 orang. Biasanya, jumlahnya bisa mencapai 55.000 orang. Protokol kesehatan pun diperketat dengan kewajiban mengenakan masker, menjaga jarak, dan harus menunjukkan sertifikat vaksin. Prokes ini harus diperketat karena di New York jumlah kasusnya per Kamis saja sudah mencapai 74.000 kasus dan 22 persen dari hasil tes Covid-19 menunjukkan hasil positif.
Keriuhan perayaan Tahun Baru juga masih terasa di Madrid, Spanyol. Bahkan, ribuan orang mengantre selama berjam-jam untuk masuk ke Lapangan Puerta del Sol. Prokes yang sama diberlakukan, harus memakai masker dan kapasitas tempat hanya boleh diisi 60 persen.
Adapun di Asia, hampir semua negara di wilayah Asia membatalkan perayaan Tahun. Misalnya, Korea Selatan yang membatalkan rencana upacara tradisional membunyikan bel saat tengah malam. Di Tokyo, semua bentuk perayaan juga dibatalkan dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengimbau rakyat untuk selalu mengenakan masker dan membatasi jumlah orang yang hadir dalam pesta-pesta Tahun Baru di rumah masing-masing.
Wajib masker
Ketentuan mengenai perayaan Tahun Baru setiap negara tak sama. Ada Dubai yang tetap boleh jalan meski kasus naik terus karena 36 pertunjukan kembang api sudah telanjur disiapkan di 29 lokasi. Namun, otoritas memperingatkan barang siapa tidak mengenakan masker maka akan kena denda di tempat.
Hal yang sama dilakukan di Rio, Spanyol, dan jumlah orang yang boleh datang dibatasi sehingga perayaan di Pantai Copacabana tak seramai biasanya. ”Saya kira yang datang akan banyak, ternyata sedikit. Mau tak mau begini sekarang. Semoga tahun depan lebih baik,” kata ahli saraf asal Kolombia, Alejandra Luna (28).
Perayaan di Mexico City yang mayoritas dilakukan di luar ruang juga dibatalkan, termasuk konser musik. ”Keselamatan dan keamanan warga itu yang terpenting dan saya bisa memahami itu. Jadi, kalau semua acara dibatalkan, berarti kondisinya memang parah,” kata Victor Arturo Madrid (59).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah memperingatkan situasi yang tetap akan sulit di masa mendatang karena Omicron bisa memicu ”tsunami kasus Covid-19”. Meski sudah diperingatkan oleh WHO, para pemimpin negara di Barat masih enggan memberlakukan kembali kebijakan pembatasan yang ketat karena khawatir akan kembali melumpuhkan perekonomiannya.
Dengan kebijakan pembatasan yang kadang diberlakukan dan kadang tidak saja sudah memicu gelombang protes dari kelompok yang antivaksin, anti-pembatasan, dan anti-pemerintah. Padahal, sudah jelas Covid-19 mengancam nyawa. Lebih dari 285 juta orang terinfeksi Covid-19 sejak akhir 2019 dan sedikitnya 5 juta orang tewas.
Presiden AS Joe Biden mendorong rakyat AS untuk tetap menjaga kesatuan dan solidaritas dalam situasi seperti sekarang. ”Saya hanya ingin saudara-saudara ingat, kita akan bisa melakukan apa saja jika melakukannya bersama-sama. Kita akan bisa melaluinya bersama,” kata Biden melalui rekaman video di media sosial Twitter.
Harapan Biden juga sama dengan harapan rakyat AS yang lainnya, yakni agar Omicron tidak semematikan Delta. ”Semoga tahun 2022 akan lebih baik bagi kita semua. Semua orang di dunia ini membutuhkan perubahan yang luar biasa,” kata Oscar Ramirez (31), di Sydney, Australia. (REUTERS/AFP/AP)