Omicron Batalkan Pesta Tahun Baru di Sejumlah Negara
Aneka pesta malam pergantian tahun yang sudah disiapkan di sejumlah negara urung digelar akibat lonjakan kasus Omicron. Pembatalan itu diiringi dengan pemberlakuan lagi sejumlah pembatasan kegiatan warga akibat Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
PARIS, JUMAT — Sejumlah negara membatalkan aneka pesta menyambut pergantian tahun di tengah terus melonjaknya kasus penularan Covid-19. Menjelang akhir tahun ini jumlah kasus terkonfirmasi baru Covid-19 secara harian di seluruh dunia melampaui satu juta untuk pertama kali, menembus 7,3 juta kasus dalam satu pekan terakhir.
Pertama kali terdeteksi dua tahun lalu dan dinyatakan sebagai pandemi global pada Maret 2020, Covid-19 telah menewaskan lebih dari 5,4 juta orang di dunia dan memicu krisis ekonomi global. Galur terbaru Covid-19, Omicron, telah mendorong tingkat infeksi ke tingkat rekor dalam beberapa hari terakhir. Kondisi itu antara lain terjadi di Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa, terutama Inggris dan Perancis.
”Saya sangat prihatin Omicron, yang lebih menular, beredar pada saat yang sama dengan Delta, menyebabkan tsunami jumlah kasus,” kata Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. ”Ini bakal terus memberikan tekanan besar kepada petugas kesehatan yang kelelahan dan sistem kesehatan pun di ambang kehancuran.”
Aneka pesta di malam pergantian tahun yang sudah disiapkan pun urung digelar. Pembatalan itu diiringi dengan pemberlakuan kembali sejumlah pembatasan kegiatan warga. Pihak berwenang yang membatalkan atau membatasi pertemuan publik, antara lain, otoritas di Perancis, Spanyol, Yunani, dan Meksiko.
Hanya Afrika Selatan, negara pertama yang melaporkan galur Omicron, yang melawan tren pembatasan. Afsel mencabut jam malam dari tengah malam menjadi jam 4 pagi untuk memungkinkan perayaan pergantian tahun berlangsung. Aturan baru itu diberlakukan setelah otoritas kesehatan negara itu mengatakan bahwa penurunan penularan dalam sepekan terakhir menunjukkan puncak gelombang baru Covid-19 telah berlalu.
Di Paris, warga berusia di atas 11 tahun diwajibkan mengenakan masker di luar ruangan mulai Jumat (31/12/2021). Kelab malam di kota itu juga telah ditutup hingga Januari tahun depan.
Di Spanyol, perayaan publik juga telah dibatalkan di sebagian besar wilayah dan di kota-kota terbesar, kecuali Madrid. Kerumunan orang dibatasi dengan jumlah maksimal 7.000 orang. Sebagai perbandingan, kerumunan orang pada tahun 2019 atau sebelum pandemi mencapai 18.000 orang.
Di Spanyol, perayaan publik juga telah dibatalkan di sebagian besar wilayah dan di kota-kota terbesar kecuali Madrid.
Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris mengatakan, pihaknya akan mulai membuka rumah sakit lapangan sementara untuk menampung kemungkinan lonjakan pasien di negara itu. Sejauh ini Pemerintah Inggris tidak memberlakukan pembatasan pada perayaan Tahun Baru.
”Mengingat tingginya tingkat infeksi Covid-19 dan meningkatnya jumlah warga yang periksa di rumah sakit, NHS sekarang berada dalam posisi siap perang,” kata Stephen Powis, Direktur Medis Nasional Inggris.
Di Benua Amerika, Mexico City telah membatalkan perayaan besar-besaran Malam Tahun Baru sebagai tindakan pencegahan setelah melihat peningkatan kasus Covid-19. ”Saya merasa (situasi) ini menimbulkan keraguan pada banyak hal yang kami pikir sebelumnya sudah aman karena memang menakutkan dan mengkhawatirkan,” kata Aaron Rosas, seorang mahasiswa.
Pihak berwenang di Arab Saudi juga menerapkan kembali langkah-langkah jarak sosial di Masjidil Haram di kota suci Mekkah setelah mencatat jumlah infeksi tertinggi dalam beberapa bulan. Adapun Israel menjadi salah satu negara pertama yang memberi lampu hijau suntikan penguat vaksin keempat Covid-19 untuk warganya yang mengalami gangguan kekebalan.
Pasien-pasien terkonfirmasi galur Omicron sudah mulai membanjiri sejumlah rumah sakit di AS. Ini menjadikan AS sebagai salah satu negara yang paling terpukul Omicron hingga sejauh ini. Data Universitas Johns Hopkins menunjukkan jumlah kasus Covid-19 galur Omicron di AS mencapai 265.427 kasus.
Ahli epidemiologi dan imunologi Harvard, Michael Mina, menduga jumlah itu kemungkinan hanya ”puncak gunung es” semata, mengindikasikan jumlah sebenarnya kemungkinan jumlah kasus Omicron jauh lebih tinggi karena minimnya pengujian.
Otoritas kesehatan AS menyarankan warganya menghindari naik kapal pesiar selama masa liburan, bahkan di saat mereka sudah divaksinasi lengkap. ”Setengah dari keluarga tertular (Covid-19),” kata Victoria Sierralta, warga AS di Miami. ”Sepertinya kita kembali seperti tahap pertama Covid-19. Ini benar-benar gila.”
Di China, 13 juta penduduk kota Xi'an diberlakukan penguncian wilayah (lockdown) oleh otoritas setempat akibat lonjakan kasus galur Omicron. Sejumlah warganya mengaku berjibaku untuk memastikan cukupnya persediaan makanan selama penguncian.
Beijing bersikeras persediaan makanan dan minuman warga memadai. Media televisi pemerintah menunjukkan rekaman pekerja dengan pakaian hazmat menyortir telur, daging dan sayuran, sebelum mengirimkannya ke penduduk dari pintu ke pintu. (AFP)