Di mata Israel, Indonesia adalah negara kunci di negara-negara Asia Tenggara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Dalam kalkulasi Israel, jika bisa menembus Indonesia, Israel akan mudah menalukkan Malaysia dan Brunei.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·5 menit baca
Harian terbesar dan paling berpengaruh di Israel, Yedioth Ahronoth, hari Minggu (21/11/2021) lalu, merilis berita besar dan penting bagi pemerintah dan publik Israel. Berita tersebut adalah pertemuan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto dan penjabat duta besar Israel saat ini untuk Bahrain Itay Tagner di sela forum Dialog Manama Ke-17 tentang Keamanan Regional pada Sabtu (20/11/2021).
Dialog Manama, yang digelar pada Jumat sampai Minggu (19-21/11/2021), adalah forum bergengsi yang digelar tahunan dengan dihadiri para menteri luar negeri, menteri pertahanan, para duta besar, dan para pakar. Mereka berkumpul untuk membahas tantangan keamanan dan politik di Timur Tengah.
Bahrain sebagai tuan rumah untuk pertama kali mengundang Israel secara resmi guna berpartisipasi dalam forum dialog tersebut. Seperti diketahui, Bahrain membuka hubungan resmi dengan Israel pada September 2020 sebagai bagian dari Kesepakatan Abraham.
Yedioth Ahronoth menyebutkan, pertemuan menhan Indonesia dan dubes Israel itu merupakan pertemuan luar biasa dan pertemuan level tertinggi antara Israel dan Indonesia selama hampir tiga dekade ini. Sebelumnya, pertemuan tertinggi Israel-Indonesia digelar antara Presiden Soeharto dan PM Israel Yitzhak Rabin di Jakarta tahun 1993 menyusul tercapainya kesepakatan Oslo antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada tahun itu.
Sejauh ini, Pemerintah Israel belum memberi tanggapan resmi atas pertemuan menhan Indonesia dan penjabat dubes Israel di Bahrain tersebut. Pemerintah Israel juga tidak memberi keterangan resmi atas pertemuan Indonesia-Israel di Bahrain itu karena pertemuan tersebut tidak direncanakan atau terjadi secara kebetulan sehingga Israel tidak mengusung agenda tertentu dalam pertemuan tersebut.
Menggunakan istilah yang digunakan Juru Bicara Menhan Prabowo, Dahnil A Simanjutak yang dikutip Kompas hari Selasa (23/11/2021), bahwa Prabowo dan Tagner berpapasan di sela istirahat dalam forum tersebut.
Akan tetapi, media dan publik Israel cukup antusias dan memberi perhatian atas pertemuan itu. Hal ini bisa dilihat media yang merilis berita pertemuan tersebut adalah media sekelas Yedioth Ahronoth, harian terbesar berbahasa Ibrani dan paling berpengaruh di Israel.
Sudah maklum di Israel, berita apa pun yang dirilis Yedioth Ahronoth akan punya pengaruh besar dalam membentuk opini publik Israel dan bahkan juga dalam proses pengambilan kebijakan di jajaran Pemerintah Israel. Karena itu, berita pertemuan menhan Indonesia dan penjabat dubes Israel di Bahrain dipastikan mendapat perhatian besar publik dan Pemerintah Israel.
Barangkali keputusan Yedioth Ahronoth merilis cukup besar berita pertemuan menhan Indonesia dan penjabat dubes Israel di Bahrain tidak terlepas dari liku-liku upaya Israel ingin membuka hubungan resmi dengan Indonesia yang belum berhasil sampai saat ini. Israel dikenal selalu mencari dan menunggu berbagai kesempatan untuk minimal bisa melakukan komunikasi dan bahkan dapat menjalin hubungan resmi dengan Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar.
Indonesia dengan penduduk 267,6 juta jiwa, dengan sekitar 86,70 persen beragama Islam, merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia. Indonesia juga tercatat sebagai anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Di mata Israel, Indonesia adalah negara kunci di negara-negara Asia Tenggara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Selain Indonesia, ada dua negara berpenduduk mayoritas Muslim di Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Brunei Darussalam. Dalam kalkulasi Israel, jika bisa menembus Indonesia, Israel akan mudah menalukkan Malaysia dan Brunei Darussalam.
Maka, Israel melihat forum dialog Manama yang dihadiri pejabat tinggi Indonesia dan Israel sebagai peluang emas untuk dijadikan forum komunikasi langsung Israel-Indonesia. Israel pun memandang pertemuan menhan Indonesia dan penjabat dubes Israel di Manama sebagai suatu kemajuan luar biasa meskipun masih jauh menuju langkah ke arah pembukaan hubungan resmi kedua negara.
Apalagi, pertemuan tersebut terjadi setelah Israel secara psikologis cukup terpukul menyusul kegagalan menggiring Indonesia bergabung dalam forum Kesepakatan Abraham (Abraham Accord) tahun lalu. Saat itu Israel sempat optimistis Indonesia bersama Kesultanan Oman dan Pakistan bersedia bergabung dalam forum Abraham Accord, yakni membuka hubungan resmi dengan Israel.
Seperti diketahui, ada empat negara Arab yang tergabung dalam forum Abraham Accord, yaitu Uni Emirat Arab (UEA) yang membuka hubungan resmi dengan Israel pada Agustus 2020, Bahrain pada September 2020, Sudan pada Oktober 2020, dan Maroko pada awal Desember 2020.
Situs Bloomberg pada 22 Desember 2020 mengutip pejabat eksekutif pada badan pengembangan untuk hubungan kerja sama keuangan dan internasional AS (DFC), Adam S Boehler, bahwa mantan Presiden AS Donald Trump menawarkan transaksi dalam bentuk bantuan dana 1-2 miliar dollar AS kepada Jakarta dengan imbalan kesediaan Jakarta membuka hubungan resmi dengan Israel.
Namun, ternyata Jakarta menolak tawaran AS tersebut. Gagalnya upaya AS menggiring Indonesia bergabung ke dalam forum Abraham Accord itu membuat gagal pula proyek Israel di Indonesia dan Asia Tenggara. Karena itu, Israel melihat pertemuan menhan Indonesia dan penjabat dubes Israel di Bahrain, meskipun tidak terencana, sebuah harapan baru dan penting secara psikologis.
Israel tentu akan berusaha bisa melakukan pertemuan serupa dengan pejabat tinggi Indonesia lainnya di forum-forum yang lain di mana pun dan kapan pun selama ada kesempatan itu dalam konteks pola hubungan tidak resmi. Israel menyadari masih banyak kendala bagi Indonesia untuk membuka hubungan resmi dengan Tel Aviv saat ini. Israel tampaknya saat ini menerima realitas memilih mengembangkan pola hubungan tidak resmi kedua negara.
Ini yang membuat media-media Israel sering mengungkap hubungan tidak resmi Israel-Indonesia selama ini. Misalnya, media Israel kerap mengangkat isu wisatawan Indonesia yang datang ke Israel dan wilayah otoritas Palestina. Jumlah wisatawan Indonesia, seperti kerap dilaporkan media Israel, sekitar 40.000 orang per tahun pada sebelum pandemi.
Media Israel juga sering mengungkap tentang adanya hubungan dagang tidak langsung antara Israel dan Indonesia sejak lama melalui jalur ketiga, seperti Singapura dan Dubai, UEA.
Media Israel pernah pula mengangkat berita cukup besar tentang kunjungan anggota tim penasihat presiden RI dan sekaligus tokoh Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf, ke Israel pada 2018 untuk menghadiri sebuah forum internasional di Israel.
Israel memandang, hubungan tidak resmi dengan Indonesia selama ini sebagai fenomena penting sebelum terwujudnya impian, yakni terjalinnya hubungan resmi kedua negara.