Diplomasi Publik di Masa Pandemi
Penerima Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia mengenalkan Indonesia kepada orang di negara mereka dari sudut pandang mereka, kesan-kesan menyenangkan yang mereka dapat selama ikut BSBI.
Diplomasi tidak berhenti, sekalipun dunia tengah dilanda pandemi. Perlu kreasi agar mesin diplomasi tetap beroperasi dan mencapai tujuan utama : meningkatkan hubungan dengan pihak lain.
Di masa kini, diplomasi lebih kerap dipahami sebagai upaya membangun hubungan lintas bangsa. Diplomasi bilateral atau antara dua negara secara langsung akan menentukan hubungan antarnegara menjadi lebih relevan atau tidak.
Bangsa Mesir kuno membangun hubungan bilateral dengan bangsa Assiria, Babilonia, hingga Syam hampir 35 abad lalu. Bangsa-bangsa masa kini meneruskan upaya itu dengan cara dan kepentingan masing-masing.
Baca juga Menjaga Diplomasi dan Demokrasi Tetap Relevan
Indonesia termasuk salah satu negara yang meneruskan tradisi ribuan tahun itu. Upaya Indonesia bukan hanya dilakukan forum lintas negara seperti konvensi internasional atau perundingan lembaga internasional. Upaya Indonesia juga dilakukan lewat diplomasi publik, salah satu instrumen kekuatan non-militer dalam hubungan antarbangsa.
Seperti halnya dilakukan pula oleh negara lain, diplomasi publik oleh Indonesia bertujuan mempromosikan hal ideal dan hal yang diinginkan pemerintah Indonesia melalui hubungan dengan masyarakat dan kelompok non-pemerintah di negara lain atau di negara sendiri.
Diplomasi di negara sendiri dengan tujuan warga negara sendiri memang menjadi hal yang semakin disadari. Hal itu antara lain termaktub dalam “Making U.S. Foreign Policy Work Better for the Middle Class” yang disusun Jake Sullivan bersama sejumlah orang lain.
Sullivan menyusun itu kala masih menjadi peneliti Carnegie Endowment for International Peace atau sebelum ditunjuk menjadi Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat di masa Presiden Joe Biden. Dalam dokumen itu, Sullivan dan kawan-kawan antara lain menekankan pentingnya membuat kebijakan luar negeri yang berdampak bagi warga di dalam negeri.
Baca juga Tantangan Diplomasi Hibrida
Di Indonesia, pemerintahan Presiden Joko Widodo lebih dulu mengenalkan dan mempraktikkan istilah diplomasi yang berdampak. Para diplomat Indonesia tidak hanya harus mendekati pemerintah dan warga negara lain. Diplomat Indonesia, sebagaimana diterjemahkan lewat transformasi Kementerian Luar Negeri di masa Hassan Wirajuda, juga perlu mendekati warga dalam negeri.
Hassan serius mendorong diplomasi publik. Baginya, sikap dan opini publik menjadi hal penting. Oleh karena itu, negara harus mengakui peran publik memengaruhi kebijakan negara lain, secara langsung maupun tidak langsung.
Hassan juga merumuskan, diplomasi publik tidak hanya harus dilakukan diplomat profesional. Diplomasi publik dapat dilakukan aktor non-negara. Siapa pun bisa menjadi diplomat dalam tataran diplomasi publik.
Sebagian aktor itu adalah keluarga dan sanggar asuh bagi peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Dirintis di masa Hassan, BSBI telah diikuti 920 peserta dari 77 negara.
“Mereka (penerima BSBI) diundang untuk tinggal dan mempelajari budaya di Indonesia,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah.
Sampai 2019, BSBI berjalan lancar. Sebab, mudah bagi penerimanya untuk datang dan tinggal berbulan-bulan di Indonesia. Selama di Indonesia, mereka terutama belajar seni sesuai daerah tempat tinggal masing-masing. Mereka juga belajar mengenali Indonesia dengan tinggal di rumah warga.
Baca juga Perlu Perkuatan Infrastruktur Diplomasi di Afrika
Setelah program selesai, sebagian peserta kembali ke Indonesia bersama keluarganya. Sebagian lagi, meski belum pernah kembali, terus menjalin hubungan dengan orang yang dikenalnya selama di Indonesia. Mereka mengenalkan Indonesia kepada orang di negara mereka dari sudut pandang mereka, termasuk kesan-kesan menyenangkan yang mereka dapat selama ikut BSBI.
Pandemi Covid-19 memaksa BSBI ditiadakan. Sebab, kala itu perbatasan banyak negara ditutup. Perjalanan lintas negara nyaris mustahil. Sampai 2021 pun, perjalanan lintas negara belum sepenuhnya pulih. Pembatasan masih diberlakukan di banyak negara, walau tidak seketat pada 2020.
Meski demikian, BSBI diputuskan tetap berjalan. Seperti banyak aktivitas lain, BSBI diselenggarakan secara virtual. ”Di sebagian besar (periode) pandemi (Covid-19), diplomasi menjadi virtual dan terbukti layak,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi.
Sebagai salah satu alat diplomasi Indonesia, BSBI 2021 akhirnya diselenggarakan sepenuhnya secara virtual. Diikuti 47 pendaftar dari 21 negara, Kementerian Luar Negeri RI menggandeng sejumlah sanggar seni untuk menjadi tuan rumah BSBI 2021, hal yang juga selalu dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.
Tujuannya, mengenalkan seni dan budaya Indonesia kepada kaum muda dari negara lain. Melalui pelatihan virtual, kaum muda di berbagai negara belajar cara membuat kriya, menari, dan menyanyi lagu tradisional Indonesia.
Mengingat acara digelar secara virtual, maka zona waktu menjadi mempertimbangkan. Akan sangat sulit menggelar pertemuan virtual kalau pengelola sanggar sudah tidur di malam hari. Sementara penerima BSBI di negara lain baru akan bangun tidur di pagi hari. Oleh karena itu, BSBI 2021 dibatasi untuk peserta di Asia dan Pasifik. Sebab, perbedaan zona waktu di Kawasan itu dengan Indonesia tidak terlalu jauh.
BSBI 2021 dibatasi untuk peserta di Asia dan Pasifik. Sebab, perbedaan zona waktu di Kawasan itu dengan Indonesia tidak terlalu jauh.
Faizasyah tidak menampik, tidak semua hal bisa seperti BSBI 2019 dan tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya adalah jumlah peserta yang tidak sebanyak biasanya. Sebelum pandemi, rata-rata peserta mencapai 70 orang. Hal lain, peserta tidak bisa benar-benar merasakan kehidupan sehari-hari di Indonesia. Sebab, mereka tetap tinggal di negara masing-masing.
Meski demikian, para peserta tetap bisa mengenal seni tradisi Indonesia yang sangat beragam. Mereka tahu Indonesia punya lagu Bungong Jeumpa hingga Gemu Fa Mi Re. Mereka juga tahu Indonesia punya Gondang Sembilan hingga Gendang Beleq.
Seorang peserta asal Melbourne, Yana Gill, menyebut bahwa BSBI memberinya kesempatan mengenal hal baru selama pandemi. Ia bisa mengisi waktu di tengah pembatasan ketat selama lebih dari setahun di Australia. “Saya sangat berterima kasih untuk program yang berlangsung selama hampir dua bulan yang tidak hanya mengajarkan kami tentang budaya, tapi juga sahabat dan keluarga baru,” ujarnya dalam penutupan BSBI 2021 pada 20 November 2021. (RAZ)