Kasus Covid-19 Melonjak, Austria Terapkan ”Lockdown” Nasional Keempat Kalinya
Austria memberlakukan penguncian wilayah atau ”lockdown” nasional mulai Senin (22/11/2021) karena meningkatnya laju infeksi Covid-19. Percepatan vaksinasi diperlukan meski ada perlawanan dari partai oposisi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
VIENNA, SABTU — Pemerintah Austria memutuskan untuk memberlakukan penguncian wilayah atau lockdown secara nasional setelah hanya dalam waktu sehari, Jumat (19/11/2021), penularan Covid-19 di negara itu mendekati angka 16.000 kasus. Selain menerapkan penguncian wilayah, tindakan yang pertama kali dilakukan di Eropa di tengah gelombang infeksi terbaru akhir-akhir ini, Pemerintah Austria mewajibkan penduduknya menjalani vaksinasi Covid-19 secara lengkap mulai Februari mendatang.
Kewajiban vaksinasi ini membuat Austria menjadi wilayah kedua di Uni Eropa yang mewajibkan hal tersebut setelah Vatikan.
Keputusan melakukan penguncian wilayah dan kewajiban vaksinasi disampaikan langsung oleh Kanselir Austria Alexander Schallenberg, Jumat. ”Warga Austria tidak diizinkan meninggalkan rumah kecuali untuk bekerja, belanja kebutuhan pokok, dan berolahraga. Pembatasan akan dilakukan selama 20 hari dengan evaluasi setelah 10 hari,” kata Schallenberg.
Walau ada kebijakan penguncian wilayah, pemerintah memberikan lampu hijau agar sekolah tetap beroperasi dan kegiatan belajar-mengajar terus berlangsung. Meski begitu, orangtua diminta untuk menjaga anak-anak mereka tetap tinggal di rumah jika memungkinkan. Bekerja dari rumah juga dianjurkan.
Sebelum mengumumkan kebijakan penguncian nasional, Pemerintah Austria juga telah memberlakukan pembatasan pergerakan warganya yang belum divaksinasi atau yang baru saja sembuh dari Covid-19. Mereka diperintahkan untuk tinggal di rumah sejak Senin (15/11/2021). Namun, kebijakan itu tidak cukup efektif untuk menghadang laju infeksi.
Selama dua hari terakhir, menurut data Worldometer, infeksi baru di Austria mencapai lebih dari 30.000 orang. Adapun jumlah pasien yang meninggal akibat Covid-19 lebih dari 100 orang.
Salah satu pusat perbelanjaan utama di Vienna, Mariahilfer Strasse, Jumat (19/11/2021), penuh sesak dengan warga yang hendak berbelanja. Mereka ingin memastikan kebutuhan hidup keluarganya terpenuhi selama masa pembatasan kegiatan berlangsung.
Sejumlah warga menyambut kebijakan itu dengan antusias walau mereka menilai pemerintah bisa bertindak lebih cepat. ”Sejujurnya, menurut saya ini sudah terlambat,” kata Luca Eder (21), warga setempat.
Rumah sakit siaga
Dokter di sejumlah rumah sakit di Austria, terutama dokter yang mengelola ruang perawatan intensif (ICU), menyambut baik keputusan pemerintah tersebut. Mereka memperingatkan bahwa hanya soal waktu sebelum bangsa ICU di setiap rumah sakit di negara itu kebanjiran pasien Covid-19.
“”ni benar-benar waktu yang tepat untuk berhenti total,” kata Walter Hasibeder, Presiden Masyarakat Ahli Anestesi, Resusitasi, dan Pengobatan Intensif (Society for Anesthesiology, Resuscitation and Intensive Care Medicine) kepada kantor berita Austria, APA.
Wilayah Salzburg dan Upper Austria menjadi dua wilayah yang paling terpukul oleh meningkatnya kasus Covid-19. Di Salzburg, tingkat infeksi baru selama sepekan terakhir hampir dua kali lipat rata-rata nasional.
Kondisi tersebut membuat rumah sakit di kedua negara bagian itu memperingatkan bahwa kapasitas ICU mulai mendekati kapasitas maksimal. Di Salzburg, pengelola rumah sakit telah mendiskusikan kemungkinan hanya akan menerima kasus terburuk.
Menteri Kesehatan Austria Wolfgang Mueckstein mengatakan, banyak faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan jumlah infeksi, termasuk tingkat vaksinasi Austria yang lebih rendah dan dampak musiman virus. Namun, sambil meminta maaf, dia juga menyebut soal keengganan para pemimpin negara bagian dan federal untuk lebih awal menerapkan pembatasan yang lebih keras.
”Sayangnya, bahkan kami sebagai pemerintah federal telah gagal memenuhi standar kami di beberapa daerah. Saya ingin meminta maaf untuk itu,” kata Mueckstein.
Schallenberg pada awal November sempat mengindikasikan akan menerapkan pembatasan penguncian total di seluruh wilayah, yang membuat kebijakan itu menjadi kebijakan penguncian keempat Austria sejak pandemi Covid-19 terjadi. Namun, hal itu urung dilakukan. Ia pun memberlakukan pembatasan hanya pada mereka yang tidak divaksinasi.
Pada pekan ini, melihat angka kasus penularan Covid-19 terus melonjak, Schallenberg yakin untuk memberlakukan penguncian wilayah secara nasional.
Politisasi vaksinasi
Schallenberg menyebut, politik membuat kampanye vaksinasi, yang diyakini menjadi jalan keluar dari pandemi, lebih sulit.
”Terlalu banyak kekuatan politik di negara ini, yang dengan keras, masif, dan terang-terangan menentang (vaksinasi). Ini sebenarnya serangan terhadap sistem kesehatan kita. Hasilnya adalah unit perawatan intensif yang penuh sesak dan penderitaan manusia yang luar biasa,” katanya.
Mengutip data OurWorld in Data, jumlah penduduk Austria yang telah mendapatkan vaksin dalam dosis lengkap sebanyak 5,776 juta atau sekitar 64,5 persen. Angka ini lebih rendah dari rata-rata Eropa yang telah mendekati 70 persen. Schallenberg mengatakan, meski telah berbulan-bulan melakukan pendekatan, pemerintah belum berhasil meyakinkan banyak orang untuk divaksin.
Dua keputusan Pemerintah Austria untuk menekan laju infeksi menjadi senjata bagi partai oposisi. Bagi oposisi, kebijakan itu dinilai memengaruhi kebebasan individu.
Herbert Kickl, pemimpin Partai Kebebasan (FPOe), sebuah partai sayap kanan Austria dan partai ketiga terbesar di parlemen, mengunggah pernyataan di laman Facebooknya. Ia menyebut tindakan pemerintah sebagai awal sebuah kediktatoran. Partai tersebut merencanakan protes pada hari Sabtu, tetapi Kickl tidak dapat hadir karena ia dinyatakan positif Covid-19.
Sementara, partai oposisi lainnya, Partai NEO, menyatakan, pemerintah seharusnya bisa bertindak lebih cepat untuk menekan laju infeksi yang berujung pada tertekannya rumah-rumah sakit.
Schallenberg mengatakan, mempercepat vaksinasi adalah satu-satunya cara untuk keluar dari lingkaran setan gelombang virus dan penguncian untuk selamanya. ”Kita tidak ingin ada gelombang kelima, keenam, ataupun ke tujuh,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)