Negara-negara Eropa kini tengah berjibaku dengan gelombang keempat Covid-19 setelah dalam beberapa hari terakhir lonjakan kasus meningkat. Vaksinasi, pembatasan kegiatan warga hingga penguncian jadi pilihan kebijakan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
BERLIN, JUMAT — Sejumlah negara Eropa, baik di Eropa tengah maupun Eropa timur, harus kembali bergulat dengan peningkatan jumlah kasus Covid-19, terutama pada warga yang belum divaksinasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan jumlah kematian di Eropa bisa mencapai 500.000 jiwa apabila pemerintah setempat tidak bisa mengendalikan laju infeksi. |
Jumlah kasus harian baru terus meningkat selama beberapa pekan terakhir di kawasan yang dijuluki Benua Biru ini. Menurut data nasional resmi yang dikumpulkan kantor berita AFP, Kamis (5/11/2021), total jumlah kasus harian meningkat mencapai 250.000 kasus. Jumlah kematian juga meningkat, sekitar 3.600 kematian terdaftar setiap hari dari kawasan ini saja.
Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan, situasi ini adalah peringatan bagi seluruh dunia, melihat kondisi Eropa meski vaksin Covid-19 sudah tersedia.
Kepala WHO Eropa Hans Kluge mengatakan, sekali lagi, Eropa menjadi episentrum pandemi Covid-19. Dia juga mengatakan, sebuah proyeksi yang bisa diyakini kebenarannya memperkirakan tingkat kematian di kawasan ini bisa mencapai setengah juta jiwa pada Februari mendatang jika pemerintah tidak bergerak dan segera berbuat sesuatu.
Negara terpadat di Uni Eropa, Jerman, berdasarkan data Robert Koch Institute, mencatat rekor jumlah kasus harian baru yang mencapai 34.000 kasus selama 24 jam terakhir membuat rekor baru untuk infeksi harian. Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn, dikutip dari laman Deutsch Welle, mengatakan, rakyat Jerman saat ini menghadapi gelombang keempat pandemi, yang terjadi karena masih banyak warganya yang belum divaksin dan menolak vaksinasi.
Selain Jerman, beberapa negara Eropa timur, seperti Ukraina, Kroasia, Slovenia, Slowakia, dan Rusia, juga mencatat kenaikan kasus infeksi harian.
Otoritas kesehatan di Kroasia melaporkan infeksi harian sebanyak 6310 kasus dan 32 kematian selama 24 jam terakhir. Otoritas Kesehatan juga memeringatkan tentang kemungkinan adanya tekanan pada pusat layanan kesehatan jika laju infeksi terus bergerak naik.
”Langkah terbaik melawan virus tetap vaksinasi,” kata Perdana Menteri Kroasia Andrej Plenkovic.
Kekhawatiran yang muncul akibat lonjakan kasus infeksi menyebabkan banyak warga Kroasia mendatangi pusat layanan vaksinasi di Zagreb untuk segera mendapatkan vaksinasi. Warga yang telah divaksinasi penuh juga mendatangi pusat-pusat vaksinasi di seluruh negeri untuk mendapatkan suntikan penguat (booster).
Sementara di Polandia, dalam dua terakhir, terdapat sekitar 15000 kasus baru dan 250 kematian. Sedangkan di Hongaria, otoritas kesehatan mencatat 6268 kasus baru selama dua hari terakhir, naik 2,5 kali lipat dibanding Kamis pekan sebelumnya. Jumlah kematian dalam dua hari tercatat 107 jiwa.
Longgar
Meningkatnya kasus Covid-19 di Eropa tidak terlepas dari mulai dilonggarkannya pembatasan kegiatan sosial dan masih banyaknya warga yang tidak divaksinasi. Di Jerman, negara dengan penduduk sekitar 86 juta jiwa, baru 66 persen warganya divaksin. Dibandingkan dengan Spanyol dan Portugal yang masing-masing telah memvaksin 81 persen dan 88 persen warganya, Jerman cukup tertinggal.
Hal yang sama terjadi di Bulgaria. Otoritas kesehatan mengatakan 4.922 kasus infeksi baru yang terjadi di negara itu dalam dua hari terakhir, sebanyak 86 persen diantaranya melibatkan warga yang tidak divaksin. Namun, tingkat vaksinasi di Hongaria juga masih tergolong rendah, yaitu hanya 28,5 persen dari sekitar 7 juta penduduk yang telah divaksinasi lengkap.
Dibandingkan negara-negara Eropa barat, negara Eropa tengah dan timur jauh tertinggal dalam persentase warganya yang menerima vaksin Covid. Apabila angka vaksinasi di negara Eropa barat rata-rata telah mendekati angka 80 persen, kecuali Jerman, angka vaksinasi di negara Eropa timur masih berkisar antara 30-40 persen. Meski begitu, di Ukraina, baru sekitar 17 persen dari total populasi sekitar 41 juta yang telah divaksin, jauh lebih rendah dari rata-rata angka vaksinasi di Eropa timur.
”Kita berada dalam situasi yang cukup serius. Satu-satunya solusi adalah vaksinasi,” kata Menteri Kesehatan Republik Ceko Adam Vojtech.
Pengetatan kembali
Koordinator Respons Pandemi Pemerintah Slovenia mengatakan, situasi yang kini tengah dihadapi banyak negara di Eropa terjadi karena warga yang belum divaksinasi keras kepala dan tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang lain, warga lain, yang telah divaksin. Mereka yang belum divaksin juga dinilai mengabaikan protokol kesehatan, pembatasan gerak sosial warga.
Pemerintah Federal Jerman, Kamis (4/11/2021), berdiskusi dengan 16 pemerintah negara bagian untuk menentukan langkah untuk mencegah laju infeksi terus bertambah. Menteri Kesehatan Negara Bagian Bavarian Klaus Holetschek yang memimpin pertemuan meminta agar vaksin penguat (booster) diberikan pada semua orang, tidak hanya pada kelompok tertentu yang dinilai rentan.
Dalam pertemuan itu, belum ada keputusan apakah pemerintah Jerman akan mencabut status negara dalam keadaan darurat yang akan berakhir pada 25 November mendatang atau memperpanjangnya. Dikutip dari laman DW, tiga partai koalisi pemerintah saat ini, yaitu SPD, FDP dan Partai Hijau, mengeluarkan sinyalemen status itu akan dibiarkan berakhir meski sejumlah pemimpin negara bagian meminta agar status itu diperpanjang.
Otoritas kesehatan Jerman berencana untuk mewajibkan tes PCR bagi warganya yang belum divaksin bila ingin mengikuti kegiatan tertentu, terutama kegiatan dalam ruangan. Namun, menurut Direktur Institut Virologi Universitas Bonn Hendrik Streeck, tindakan itu kini tidak memadai lagi. ”Baik warga yang sudah divaksin maupun yang belum harus menjalani tes dan membuktikan bahwa hasilnya negatif,” kata Streeck.
Dia mengatakan, selama ini, warga yang telah divaksin sama sekali tidak diwajibkan untuk menjalani tes PCR. ”Kita tidak tahu berapa banyak warga yang sudah divaksinasi ternyata terinfeksi kembali dan menularkannya ke orang lain,” katanya.
Kebijakan pembatasan kegiatan warga juga kembali diberlakukan di sejumlah negara. DI Slovakia, pemerintah menutup kegiatan operasional hotel, bar, restoran, pusat kebugaran dan kolam renang publik di 36 dari 79 kabupaten di negara itu. Sementara Pemerintah Serbia memutuskan memperpanjang libur musim gugur bagi anak-anak usia sekolah. (AP/AFP/Reuters)