Cegah Gelombang Baru Covid-19, Jerman dan AS Desak Warga Disiplin pada Protokol Kesehatan
Otoritas Jerman dan Amerika Serikat kembali mengingatkan warganya untuk disiplin pada protokol kesehatan. Libur Paskah dinilai berpotensi meningkatkan kasus positif Covid-19 jika aktivitas warga tidak dibatasi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BERLIN, MINGGU — Kanselir Jerman Angela Merkel, pada Minggu (29/3/2021), mendesak negara-negara bagian di Jerman untuk konsisten menjalankan langkah-langkah yang disepakati terkait upaya menahan laju penularan Covid-19. Desakan itu muncul mengingat jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di Jerman kembali naik dalam beberapa waktu terakhir. Langkah-langkah penanganan Pemerintah Jerman yang dinilai tidak optimal juga telah membuat menurunnya pamor partai Merkel, Partai Persatuan Demokrat Kristen (CDU).
Di Berlin pada tengah pekan lalu, Merkel dan para pemimpin regional Jerman sepakat untuk tetap berpegang pada langkah-langkah penutupan termasuk ”rem darurat” yang akan diterapkan di wilayah dengan tingkat insiden tinggi kasus terkonfirmasi Covid-19. Rencana tersebut mencakup rencana pemberlakuan jam malam di daerah dengan catatan lebih dari 100 infeksi baru per 100.000 orang selama tujuh hari terakhir.
Ukuran itu menurut Merkel akan menjadi alat yang sangat efektif untuk mengekang tingkat penularan Covid-19. ”Kami membutuhkan tindakan di negara bagian,” kata Merkel dalam wawancara dengan penyiar ARD. ”Kami harus mengambil tindakan yang tepat dengan sangat serius. Beberapa negara melakukannya, yang lain belum melakukannya.”
Namun, di bawah sistem federal Jerman, setiap negara bagian pada akhirnya dapat memutuskan aturan mereka sendiri. Nyatanya, beberapa dari mereka dinilai telah gagal memberlakukan jam malam dan justru melanjutkan langkah-langkah pelonggaran aktivitas warga sekalipun mendapat tentangan keras dari sejumlah pihak. Negara bagian kecil di barat daya Jerman, Saarland, misalnya, berencana mengakhiri penutupan wilayah sepenuhnya dan membuka fasilitas rekreasi, olahraga, dan hiburan setelah Paskah bagi mereka yang dapat memberikan hasil negatif.
Jerman secara luas dipuji karena penanganan gelombang pertama pandemik Covid-19. Namun, negara itu kembali harus berupaya keras untuk menahan infeksi baru sejak mereka mulai lepas kendali pada gelombang kedua pada akhir tahun lalu.
Jerman secara luas dipuji karena penanganan gelombang pertama pandemi Covid-19. Namun, negara itu kembali harus berupaya keras untuk menahan infeksi baru sejak mereka mulai lepas kendali pada gelombang kedua pandemi yang terjadi pada akhir tahun lalu. Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 mulai turun setelah Natal, tetapi kemudian varian virus korona tipe baru dari Inggris telah menyebabkan lonjakan dramatis dalam beberapa pekan terakhir, tepat di saat negara itu sejatinya tengah mengambil langkah pelonggaran.
Merkel dan para pemimpin regional pekan lalu menyetujui penutupan singkat pusat-pusat pertokoan selama Paskah. Warga pun didesak untuk tinggal di rumah. Namun, kebijakan itu kemudian dianulir. Merkel mengakui tidak ingin kebijakan itu akan kembali menghambat perputaran roda ekonomi Jerman. Ia pun menghadapi gerakan mosi tidak percaya di parlemen. Merkel memohon maaf atas sesuatu yang dinilainya sebagai sebuah kesalahan.
Badan kesehatan Robert Koch Institute (RKI) menyebutkan bahwa penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di Jerman belakangan ini adalah fenomena pertumbuhan ”eksponensial”. Sejumlah pihak pun kemudian mendorong agar para pengampu kepentingan di negara itu segera bertemu. Jadwal sebelumnya, yakni tanggal 12 April, didesakkan agar dimajukan.
Pihak RKI melaporkan ada 17.176 kasus terkonfirmasi Covid-19 baru di Jerman pada Minggu, hampir 3.500 lebih banyak dari pekan sebelumnya. Kepala staf Merkel, Helge Braun mengatakan kepada harian Bild bahwa Jerman berada ”dalam fase paling berbahaya dari pandemi”. Situasi itu menimbulkan kekhawatiran bahwa gelombang ketiga dapat memunculkan mutasi virus yang lebih berbahaya. Menteri Kesehatan Jens Spahn pada akhir pekan lalu mengatakan seluruh negeri membutuhkan paling tidak 10-14 hari penutupan wilayah sehingga wabah dapat lebih terkendali.
Jangan lengah
Peringatan kehati-hatian juga disampaikan otoritas Amerika Serikat. Kemampuan negara itu menggelar vaksinasi dengan rata-rata jumlah orang yang divaksin di atas 2 juta orang per hari diharapkan tidak mengendurkan pelaksanaan protokol kesehatan. Penasihat utama pandemi Covid-19, Anthony Fauci, menilai penambahan kasus terkonfirmasi di AS kemungkinan besar akibat pelonggaran yang terlalu prematur atas status-status kewaspadaan terhadap pandemi.
Presiden AS Joe Biden mengingatkan agar semua pihak, termasuk warga tidak lengah. ”Berdasarkan apa yang saya dengar tampaknya orang-orang lengah, tetapi saya akan mengadakan pertemuan dengan tim besok dan saya akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik,” katanya.
Amerika mengalami lonjakan kasus Covid-19 selama musim gugur dan musim dingin. Jumlahnya mencapai ratusan ribu kasus baru setiap hari. Kini jumlah infeksi Covid-19 di negara itu mendekati 50.000 per hari. Amerika telah mencatat jumlah korban tertinggi, yakni 549.000 kematian sejak pandemi dimulai. Dorongan agresif vaksinasi diharapkan ikut menanggulangi pandemi di negara itu.
Namun, Fauci kembali mewanti-wanti agar semua pihak tetap waspada. Dalam acara Face the Nation di CBS, dia mengatakan varian virus korona adalah bagian dari masalah yang harus dihadapi. Kelindan permasalahan itu termasuk juga kebijakan pengenduran mitigasi yang dinilainya terlalu cepat di sejumlah wilayah. Ketika jumlah kasus mulai stabil, dia menegaskan semua pihak justru ada dalam bayang-bayang bahaya, yaitu kemungkinan terjadinya lonjakan kasus baru.
”Kita telah melihat itu di negara kita sendiri, dan itulah yang (juga) terjadi di Eropa, di beberapa negara di Uni Eropa, di mana mereka mencatat (jumlah kasus) stabil dan kemudian mulai (naik) kembali.”
Negara bagian AS termasuk Texas, Maryland, Connecticut, dan Mississippi telah melonggarkan pembatasan. Negara-negara bagian itu, antara lain, telah mencabut kewajiban mengenakan masker bagi warga. Selain itu, otoritas setempat juga telah mengizinkan restoran, pengecer, dan kegiatan lainnya untuk beroperasi kembali, dengan lebih sedikit pembatasan, atau bahkan tanpa pembatasan. Fauci juga memperingatkan bahwa perjalanan selama liburan Paskah dapat memicu lonjakan kasus baru, seperti yang terjadi setelah liburan akhir tahun lalu. (AFP/REUTERS)