Pertanyaan Baru di Balik Pembukaan Dokumen FBI Terkait Peristiwa 9/11
FBI merilis dokumen baru tentang penyelidikan seputar serangan 11 September 2001, yang menjadi alasan AS menyerbu Afghanistan. Ada nama baru dan institusi baru yang diduga terlibat, meski belakangan dianulir.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Biro Investigasi Federal AS (FBI), Rabu (3/11/2021), kembali membuka sejumlah dokumen rahasia mereka. Langkah itu menjadi bagian dari eksplorasi kemungkinan keterlibatan sejumlah pejabat senior Pemerintah Arab Saudi dalam serangan 11 September 2001 (peristiwa 9/11). Alih-alih mengungkap keterlibatan Arab Saudi dan memberikan jawaban atas pertanyaan banyak pihak, termasuk keluarga korban, dokumen itu malah membuat banyak pertanyaan bermunculan.
Dokumen setebal 700 halaman yang dirilis itu adalah materi rahasia yang dibuka untuk publik setelah Presiden AS Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutif untuk men-deklasifikasinya. Sebelumnya, sehari setelah peringatan peristiwa 9/11, sebuah dokumen setebal 16 halaman yang terkait dengan peristiwa tersebut juga telah dibuka untuk umum.
Selama bertahun-tahun, para agen FBI mencoba menyelidiki dugaan keterlibatan sejumlah pejabat senior Pemerintah Arab Saudi, termasuk para diplomatnya di Amerika Serikat. Dugaan itu terkait dengan ketibaan dua pembajak pesawat, yaitu Nawaf al-Hazmi dan Khalid al-Mihdhar, di ”Negeri Paman Sam” pada tahun 2000. Namun, dalam Memo FBI yang terbit Mei 2021 dan menutup penyelidikan itu, penyelidik tidak menemukan bukti yang cukup untuk mendakwa beberapa diplomat Arab Saudi di AS yang diduga memberikan dukungan kepada dua pelaku.
Memo itu juga menyatakan bahwa FBI belum mengidentifikasi kelompok atau individu tambahan yang bertanggung jawab atas serangan itu selain yang saat ini telah didakwa.
Akan tetapi, dokumen tersebut mengungkapkan rincian baru tentang upaya FBI mencari kemungkinan keterlibatan Pemerintah Arab Saudi dan warganya di AS pada dua pembajak. Nama Omar al-Bayoumi, warga negara Arab Saudi di AS, diduga memberikan bantuan keuangan dan membantu mencarikan tempat tinggal bagi kedua pembajak di San Diego. Meski ada catatan mengenai peran Al-Bayoumi dan pernah dimintai keterangan, Al-Bayoumi tidak pernah didakwa dalam kasus ini.
Dalam catatan di memo yang sama, FBI juga merinci hasil penyelidikan mereka soal palaksanaan serangan. FBI menyebut Al Qaeda membagi peran dalam serangan utamanya dan mencoba merahasiakan rencana serangan karena kekhawatiran upaya itu akan terbongkar sebelum terlaksana.
”Secara khusus, sehubungan dengan serangan 9/11, para pembajak tahu ada operasi syahid. Tetapi, mereka tidak tahu tentang sifat operasi sampai sebelum serangan untuk alasan keamanan operasional,” demikian memo FBI.
Institusi dan nama baru
Walau tidak memberikan petunjuk yang jelas soal keterlibatan Pemerintah Arab Saudi, dokumen FBI yang baru dirilis menyebut satu nama dan institusi baru yang diduga memiliki kaitan dengan para pembajak. Dalam dokumen tersebut, FBI menyebut telah melakukan penyelidikan tentang dugaan keterkaitan Kementerian Urusan Islam Saudi yang mendanai masjid dan upaya mempromosikan Islam di seluruh dunia.
Menurut salah satu dokumen, FBI mempelajari apakah Al Qaeda telah menyusup ke dalam kementerian tanpa sepengetahuan Pemerintah Saudi atau apakah ada kolaborasi operator kelompok itu dengan elemen radikal tertentu dalam Kementerian Urusan Islam untuk tujuan yang saling menguntungkan.
Satu nama baru, yaitu Musaid al-Jarrah, muncul dalam dokumen. Menurut FBI, Al-Bayoumi melakukan komunikasi dengan Al-Jarrah yang menjabat sebagai Direktur Urusan Islam di Kedubes Arab Saudi di Washington. FBI menduga bahwa Al-Jarrah mungkin telah mencoba membawa para ekstremis ke AS menggunakan fasilitas yang didapatnya sebagai diplomat Arab Saudi.
Dalam ringkasan catatannya, FBI menggambarkan Al-Jarrah sebagai orang yang mengendalikan, membimbing, dan mengarahkan semua aspek aktivitas kelompok ekstrem di wilayah California selatan. Namun, kembali lagi, FBI tidak punya cukup bukti untuk membawa Al-Jarrah, Al Bayoumi, dan Fahad al-Thumairy dalam dugaan memainkan peran dan berkonspirasi.
Tak satu pun dari ketiganya didakwa dan semuanya telah meninggalkan AS. Saat AS diperintah Donald Trump, mereka berjuang untuk menjaga kerahasiaan identitas Al-Jarrah sebelum Departemen Kehakiman secara tidak sengaja merilisnya tahun lalu saat mengajukan berkas ke pengadilan. Dalam memo yang dibuat pada 8 September 2021, FBI mengoreksi pernyataan sebelumnya yang dibuat dengan mengatakan tidak ada bukti untuk membuktikan bahwa pria tersebut memiliki kontak pribadi langsung dengan dua pembajak.
Dokumen tersebut juga menunjukkan bahwa penyelidik berulang kali meminta keterangan Mohdar Abdullah, mahasiswa Yaman yang berteman dengan Al-Hazmi dan Al-Mihdhar ketika mereka menetap di San Diego. Abdullah ditangkap tidak lama setelah serangan terhadap menara kembar WTC terjadi dan ditetapkan sebagai saksi material. Ia membantah semua tuduhan. Setelah hampir tiga tahun ditahan, dia dideportasi ke Yaman pada 2004.
Abdullah mengatakan kepada penyelidik bahwa dia yakin pejabat Saudi mungkin terlibat dalam rencana 11 September dengan membantu para pembajak menetap di California Selatan. Namun, dia tidak bisa memberikan bukti kepada agen.
Akan tetapi, di sisi lain, pengacara utama untuk keluarga korban serangan 9/11, Andrew Maloney, mengatakan, dokumen yang barus dirilis FBI memperlihatkan bukti yang sangat memberatkan mengenai peran Pemerintah Saudi dalam membantu Al Qaeda dan dua pembajak.
Brett Eagleson, yang ayahnya adalah Bruce dan tewas dalam serangan World Trade Center, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rincian dalam dokumen membantu memperkuat argumen bahwa pejabat tinggi Saudi membantu dan mendukung pembajak 9/11.
Kedutaan Besar Saudi di Washington tidak menanggapi permintaan komentar. Namun, sebelumnya mereka mengeluarkan pernyataan pada bulan September yang menyebut tuduhan keterlibatan itu berbahaya dan pasti salah. (AP)