Sembilan Negara Tetangga Afghanistan Waspadai Penyebaran Terorisme
Sekitar 2.000 milisi Negara Islam di Irak dan Suriah-Khorasan (NIIS-K) berusaha menyeberang ke negara-negara Asia Tengah dengan menyamar sebagai pengungsi. Sembilan negara tetangga Afghanistan pun ajak bicara Taliban.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
MOSKWA, KAMIS — Sebanyak sembilan negara tetangga Afghanistan sepakat menjalin komunikasi dengan Taliban sebagai penguasa negara itu. Langkah ini didasarkan, antara lain, atas informasi bahwa ada usaha kelompok terorisme di Afghanistan menyeberang ke Asia Tengah.
Perwakilan pemerintah dari sembilan negara dan pimpinan Taliban menggelar pertemuan dengan format konsultasi di Moskwa, Rusia, Rabu (20/10/2021) waktu setempat atau Kamis (21/10/2021) waktu Indonesia. Kesembilan negara itu meliputi Rusia, China, Pakistan, Iran, India, Kazakhstan, Kirgistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
Hasil pertemuan dituangkan dalam pernyataan bersama sembilan negara yang terdiri atas sembilan poin. Salah satunya menyebutkan, semua pihak menegaskan kembali rasa hormat terhadap kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Afghanistan.
Semua pihak juga menegaskan kembali komitmen mereka terhadap Afghanistan sebagai negara yang damai, tak terpisahkan, mandiri, berkembang secara ekonomi, menghormati norma-norma dasar hak asasi manusia, serta bebas dari terorisme dan kejahatan terkait dengan narkoba.
Dinyatakan pula bahwa keterlibatan praktis lebih lanjut dengan Afghanistan perlu mempertimbangkan realitas baru, yaitu Taliban sebagai penguasa negara itu. Ini terlepas dari pengakuan resmi Pemerintah Afghanistan yang baru oleh masyarakat internasional. Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa tanpa keterlibatan Afghanistan, akan susah bagi Rusia dan negara-negara Asia Tengah menjegal perkembangan Negara Islam di Irak dan Suriah-Khorasan (NIIS-K). Menurut Putin, sekitar 2.000 milisi NIIS-K berusaha menyeberang ke negara-negara Asia Tengah dengan menyamar sebagai pengungsi.
Perdagangan narkoba dari Afghanistan, masih menurut Putin, juga melonjak. Uang hasil perdagangan ditengarai dipakai untuk membiayai kelompok terorisme itu.
Utusan Khusus Rusia untuk Afghanistan, Zamir Kabulov, mengatakan, pentingnya dunia bersikap dewasa terkait dengan Afghanistan. ”Kami memahami banyak sekali negara yang masih ragu untuk berhubungan dengan Taliban, tetapi jangan sampai keraguan ini berdampak pada penderitaan rakyat Afghanistan. Mereka jangan dihukum oleh sikap politik global,” katanya.
Namun, Kabulov melanjutkan, dunia juga menantikan Taliban menepati janjinya. Janji itu, antara lain, ialah menghormati hak asasi manusia, membentuk pemerintahan inklusif, dan menjalankan sistem pemerintahan yang moderat.
Wakil Perdana Menteri Taliban Abdul Salam Hanafi, yang hadir di Moskwa, mengatakan, Taliban sama sekali tidak ingin menjadi pemerintahan yang terisolasi. Mereka menantikan kerja sama dengan pihak internasional.
Menurut dia, negara-negara yang menarik pasukan ataupun sumber daya manusia dari Afghanistan setelah bertahun-tahun mengokupansi negara itu harus berkomitmen memberi bantuan kepada rakyat.
Pekan lalu, perwakilan Taliban mengadakan pertemuan serial dengan Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) di Doha, Qatar. Dalam pertemuan dengan UE, Taliban berharap bantuan kemanusiaan bisa kembali mengalir ke Afghanistan. UE menyatakan hendak menyumbang 1 miliar euro, tetapi prosedur pengiriman dan distribusinya belum jelas.
Sementara pada pertemuan dengan AS, Taliban meminta AS mencairkan cadangan Bank Sentral Afghanistan yang mayoritas disimpan di AS. Namun, AS tidak memberikan jawaban pada saat itu.
Sejumlah negara masih ragu membuka hubungan diplomatik dengan Taliban karena memiliki alasan kuat. Sejauh ini, tidak ada janji Taliban yang terpenuhi. Pemerintahan Taliban yang berjanji untuk inklusif, misalnya, tidak memiliki anggota perempuan ataupun individu dari kelompok etnis minoritas.
Terkait dengan janji menjunjung hak asasi manusia, fakta di lapangan justru sebaliknya. Persekusi terhadap perempuan aparat penegak hukum dan pemisahan pendidikan antara laki-laki dan perempuan terus terjadi. Ada juga penganiayaan terhadap wartawan yang meliput unjuk-rasa.
Negara yang sudah melakukan hubungan diplomatik dengan Taliban adalah China. Duta Besar China untuk Afghanistan Wang Yu, dilansir dari kantor berita Bakhtar, menandatangani perjanjian impor kacang pinus dari Afghanistan. (AFP)