Di tengah hantaman kritik seperti itu menjadi tanda tanya banyak orang: apa langkah Facebook Inc selanjutnya selain mengubah nama? Beberapa petunjuk bisa dilihat dari pernyataan beberapa petingginya, termasuk Zuckerberg.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Selang beberapa pekan setelah gangguan yang memalukan di seluruh dunia, Facebook Inc dikabarkan akan mengubah nama kelompok perusahaannya. Gangguan itu menghantam Facebook dan media sosial satu grup, Instagram dan Whatsapp, pada 4 Oktober lalu. Saat itu, selama enam jam, platform-platform media sosial tersebut tak bisa diakses. Perubahan nama grup perusahaan mereka adalah bagian dari upaya mengubah citra diri perusahaan.
Media The Verge mengabarkan soal pergantian nama itu, mengutip sumber yang mengetahui langsung masalah tersebut. Chief Executive Officer sekaligus pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, berencana mengumumkan perubahan nama perusahaan yang didirikan tahun 2004 itu pada konferensi tahunan perusahaan, Connect, 28 Oktober mendatang. Tidak tertutup kemungkinan, tulis The Verge, Zuckerberg akan mengumumkannya lebih cepat.
Manajemen Facebook tidak segera berkomentar. Mereka menyatakan tidak mengomentari rumor atau spekulasi.
Perubahan nama perusahaan Facebook tidak lepas dari semakin banyaknya kritik terhadap perusahaan ini. Tidak hanya dari luar, hantaman kritik juga muncul dari dalam. Frances Haugen, mantan pegawai Facebook, beberapa pekan lalu bersaksi di depan Kongres AS tentang kejahatan yang terjadi di perusahaan itu, mulai dari mempromosikan gangguan makan (eating disorder) hingga tindakan mereka yang membahayakan demokrasi di dunia.
Sebuah laporan, yang dilansir majalah The Economist, juga menyoroti penelitian internal Facebook yang menunjukkan bahwa platform Instagram telah memberi dampak negatif bagi remaja di Amerika Serikat. Laporan itu menyebutkan, satu dari lima remaja di AS merasa buruk tentang diri mereka sendiri akibat platform itu. Pada saat yang sama, penelitian itu juga mengungkapkan, Instagram telah membuat banyak orang yang merasa lebih baik dua kali lipat tentang diri mereka.
Laporan investigasi The Wall Street Journal, pertengahan September lalu, mengungkapkan fakta dan data tentang dampak negatif Instagram bagi para remaja. yang ditutupi pengelola Instagram sejak 2019. Media sosial, khususnya Instagram, telah membentuk cara pandang remaja perempuan tentang kondisi kehidupan sosial yang ideal.
Merasuknya gambaran ideal kehidupan sosial itu menyulitkan remaja memilah mana yang sesuai dengan kebutuhan dan mana yang tidak perlu diikuti. Kebuntuan untuk mengikuti tren bisa berujung depresi dan di beberapa kasus berpotensi mengancam nyawa (Kompas.id, 9/10/2021).
Di tengah hantaman kritik seperti itu, menjadi tanda tanya banyak orang: apa langkah Facebook Inc selanjutnya selain mengubah nama? Beberapa petunjuk bisa dilihat dari pernyataan beberapa petingginya, termasuk Zuckerberg.
Sejak Juli, Zuckerberg telah berbicara tentang metaverse. Secara umum, metaverse digambarkan sebagai ruang interaksi di dunia maya tempat orang-orang atau para penggunanya bisa berinteraksi dengan lebih hidup, lebih riil, melalui penggunaan teknologi realitas tertambahkan (augmented reality) dan realitas virtual (virtual reality).
Banyak orang mengasosiasikan metaverse dengan dunia gim yang sudah lebih dulu menerapkannya. Permainan Pokemon Go, yang sempat populer beberapa tahun silam, adalah salah satu gim yang pernah menerapkan konsep metaverse. Kini ada juga Roblox dan Fortnite Epic Games yang bisa dianggap sebagai bagian dari metaverse.
Selain Zuckerberg, dua petinggi Facebook lainnya, yaitu Nick Clegg (Wakil Presiden Urusan Global) dan Javier Olivan (Wakil Presiden Produk Sentral), juga menyatakan hal yang sama di laman blog Facebook. Bahkan, keduanya lebih detail mengungkapkan bahwa untuk membangun metaverse butuh banyak pekerja berketerampilan tinggi.
”Saat kami memulai perjalanan untuk menghidupkan metaverse, kebutuhan akan insinyur yang sangat terspesialisasi adalah salah satu prioritas paling mendesak di Facebook,” kata Clegg dan Olivan dalam unggahan mereka di blog Facebook.
Untuk memenuhi ambisinya membangun metaverse, Facebook berencana merekrut 10.000 pekerja di Uni Eropa untuk lima tahun ke depan, terutama di Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, hingga Irlandia.
Tuong Nguyen, seorang analis yang melacak pemanfaatan teknologi imersif (sistem atau tampilan komputer yang menggerakkan gambar tiga dimensi yang muncul di sekeliling penggunanya) untuk perusahaan riset Gartner, mengatakan, fokus tersebut akan membantu mengubah citra sekaligus meningkatkan profil Facebook. ”Setidaknya untuk saat ini (profil) sebagai salah satu pemimpin dalam inisiatif metaverse,” kata Nguyen. (AP/REUTERS)