Fumio Kishida, Puncak Karier Politik Penentang Nuklir
Sebagai orang yang besar di Hiroshima, PM baru Jepang Kishida menentang penggunaan nuklir untuk senjata. Ia pernah mengajak pemimpin dunia datang ke Hiroshima dan Nagasaki menyaksikan sendiri dampak senjata nuklir.
Oleh
Kris Mada
·5 menit baca
Fumio Kishida (64) akhirnya menduduki jabatan yang diimpikan semua politisi Jepang, perdana menteri. Dikenal sebagai orang yang tenang dan sederhana, ia pernah menjadi sasaran rasisme kala masih kecil. Sebagai warga Hiroshima, ia menentang senjata nuklir.
Jalan Kishida menjadi PM Jepang terbuka setelah memenangi pemilihan Ketua Umum Partai Demokratik Liberal (LDP) Jepang pada Rabu (29/9/2021). Sudah puluhan tahun kursi PM pasti diduduki Ketua Umum LDP, partai yang menguasai mayoritas kursi di parlemen Jepang. Parlemen Jepang akan menggelar sidang istimewa untuk menetapkan Kishida sebagai PM. Selanjutnya, Kishida akan mendapat pengesahan dari Kaisar Naruhito.
Perjalanan Kishida, termasuk hingga menjadi PM, menunjukkan bahwa kegagalan tidak boleh menjadi alasan untuk berhenti berusaha. Kishida mencalonkan diri sebagai Ketua Umum LDP pada September 2020. Kalah saat itu, ia tidak menyerah dan kembali mencalonkan diri pada September 2021. Kali ini, dia menang.
Salah satu penyebab kegagalannya pada 2020, antara lain, kritik keras atas foto yang merekam dirinya dan istrinya, Yuko, makan sambil berdiri. Kala itu, Yuko menyajikan makanan kepada Kishida. Alih-alih meraih simpati dengan menunjukkan interaksi keluarga, Kishida malah kehilangan dukungan gara-gara foto itu.
Kegagalan lain dalam hidup Kishida adalah tiga kali tidak lolos seleksi masuk Tokyo University. Akhirnya, ia masuk Fakultas Hukum Waseda University dan lulus pada 1982. Salah satu teman kuliahnya adalah Takeshi Iwaya, yang pernah menjadi Menteri Pertahanan Jepang dan sudah beberapa periode menjadi anggota DPR Jepang.
Lulus dari Waseda, Kishida bekerja di Long-Term Credit Bank of Japan Ltd sampai 1987. Mulai 1987, ia memasuki dunia politik dengan menjadi sekretaris bagi ayahnya, Fumitake. Kala itu, Fumitake telah menjadi anggota DPR. Ayah Fumitake, Masaki, juga menjadi anggota DPR. Demikian pula kerabat jauh Kishida dari keluarga Miyazawa.
Salah satu anak Masaki menikah dengan Hiroshi Miyazawa yang pernah jadi Gubernur Hiroshima dan Menteri Kehakiman Jepang. Anak Hiroshi, Yoichi, menjadi anggota parlemen sejak tahun 2000 dan pernah pula menjadi Menteri Perdagangan Jepang. Adapun kakak Hiroshi, Kiichi, malah pernah jadi PM Jepang.
Di masa kepemimpinan Kiichi, LDP kalah pemilu 1993. Pada pemilu itu pula untuk pertama kalinya Kishida terpilih menjadi anggota DPR Jepang dari daerah pemilihan Hiroshima. Meski lahir di Tokyo, Kishida memang besar di Hiroshima.
Ia menghabiskan hampir empat tahun di New York, Amerika Serikat, kala ayahnya bertugas di sana pada dekade 1960-an. Ia tinggal dan sekolah di kawasan Queens. Sebagai anak Jepang di lingkungan mayoritas orang Hispanik dan Afro-Amerika, ia menjadi sasaran rasisme. Fakta itu menjadi salah satu pemicu munculnya kesadaran Kishida soal keadilan.
Gagasannya soal keadilan, antara lain, diperjuangkan lewat DPR dan kini lewat program sebagai PM. Ia bisa terus bertahan sebagai anggota parlemen dan kini terpilih sebagai PM antara lain karena terus membina koalisi.
Kishida kini jadi petinggi faksi Kochikai, salah satu faksi di LDP. Faksi itu dibentuk Ikeda Hayato, salah satu PM Jepang. Selain Hayato dan Kishida, anggota faksi Kochika yang pernah jadi PM adalah Kiichi Miyazawa, Ohira Masayoshi, dan Suzuki Zenko.
Kishida juga bergabung dengan organisasi masyarakat Nippon Kaigi. Organisasi nasionalis itu kerap menyuarakan sentimen anti-China. Selama kampanye menjelang pemilihan Ketum LDP, Kishida beberapa kali menunjukkan keinginan bersikap keras pada China.
Nuklir
Sebagai orang yang besar di Hiroshima, satu dari dua daerah Jepang yang pernah merasakan dampak bom nuklir, Kishida menentang penggunaan nuklir untuk senjata. Pada 2014, ia pernah menulis artikel yang mengajak pemimpin dunia datang ke Hiroshima dan Nagasaki untuk menyaksikan dampak bom nuklir.
”Bagi saya, Hibakusha (warga Hiroshima-Nagasaki yang masih hidup setelah kota itu dibom AS) kematian akibat bom nuklir amat nyata,” ujarnya.
Sebagai Menteri Luar Negeri, ia memang sukses mengajak salah satu pemimpin dunia datang ke Hiroshima. Pada 2015, Presiden AS Barack Obama berkunjung ke kota yang pernah diratakan AS pada Perang Dunia II itu.
Kishida mengaku kerap mendengar cerita kengerian soal bom nuklir dari neneknya. Dia lahir 12 tahun setelah AS menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki.
Penolakan pada senjata nuklir juga ditunjukkan selama masa kampanye pemilihan ketua umum LDP pada 2021. Kala itu, ia menegaskan Jepang tidak butuh kapal selam bertenaga nuklir. Pernyataan tersebut disampaikan selepas AS membentuk aliansi militer bersama Australia dan Inggris. Salah satu tujuan aliansi itu membantu Australia memiliki delapan kapal selam bertenaga nuklir.
Meski menentang senjata nuklir, ia mendukung sikap Jepang yang tidak menandatangani Perjanjian Pengendalian Senjata Nuklir. Ia juga mendukung penggunaan nuklir sebagai sumber energi untuk keperluan damai. Bagi dia, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah pilihan rasional untuk mencapai target pengendalian dampak perubahan iklim sekaligus memenuhi kebutuhan energi. Ia mendukung penggunaan PLTN dan pengaktifan ulang PLTN yang dihentikan karena berbagai alasan.
Ia menjelaskan dukungannya pada PLTN secara tenang. Kishida memang dikenal sebagai politisi yang tenang, tidak mengagitasi, serta pandai menemukan trik diplomasi.
Salah satu triknya adalah bertanding minum sake dan vodka dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov. Pertandingan itu membuatnya dekat dengan Lavrov. Berbeda dengan Yoshihide Suga yang digantikannya sebagai Ketum LDP dan PM Jepang, Kishida kuat minum alkohol. Meski demikian, ia bukan pemabuk dan pecandu alkohol.
Alkohol memang dekat dengan keluarga Kishida. Keluarga besar istrinya punya pabrik sake. Bagi banyak orang Jepang, sake adalah salah satu pelengkap sosialisasi. Kishida dan Yuko tinggal di Tokyo bersama tiga anaknya. Di rumah, Kishida rutin mencuci piring dan mengepel lantai. (AFP/REUTERS)