China Hendak Blokir Taiwan dari Kemitraan Trans-Pasifik
Keputusan pemblokiran ini diumumkan China setelah berang atas niat Taiwan meskipun sebenarnya Taiwan sudah jauh lebih dulu mengutarakan niat bergabung dengan CPTPP.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
BEIJING, RABU — Drama pertikaian China dengan Taiwan terkait keinginan kedua pihak untuk bergabung dengan Kesepakatan Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik atau CPTPP semakin meruncing. Setelah mengirim 24 jet tempur ke langit Taiwan, Beijing kini mengutarakan hendak memblokir Taipei dari pakta perdagangan itu.
Taiwan mengajukan pendaftaran ke CPTPP pada 21 September lalu. Sepekan sebelumnya, China mengajukan pendaftaran. Lamaran kedua pihak masih dikaji CPTPP yang saat ini diketuai Jepang. Belum ada pengumuman apakah salah satu atau keduanya diterima masuk ke dalam pakta perdagangan yang bernilai 13,5 triliun dollar AS atau setara dengan 13,4 persen pendapatan domestik bruto global.
Keputusan pemblokiran ini diumumkan China setelah berang atas niat Taiwan meskipun sebenarnya Taiwan sudah jauh lebih dulu menyampaikan niat bergabung dengan CPTPP. Taiwan juga merupakan anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sejak 2002. Ketika mendaftar ke WTO dan CPTPP, Taiwan menggunakan nama ”Wilayah Bea dan Cukai Mandiri Taiwan, Penghu, Kinmen, dan Matsu”. Ini merujuk kepada pulau-pulau kecil yang diklaim Taiwan sebagai satuan geografisnya.
”Bagaimanapun juga lamaran Taiwan ini tidak sah karena mereka bagian dari Satu China. Provinsi ataupun wilayah otonom tidak berhak bergabung dengan pakta ataupun organisasi internasional mana pun,” kata juru bicara Kantor Urusan Taiwan untuk Kabinet Pemerintah China, Zhu Fenglian, di Beijing, Rabu (29/9/2021). Beijing menyuarakan keberatan dan secara tegas melarang Taiwan. Mereka meminta Taiwan mencabut pendaftaran ke CPTPP.
Dilansir dari harian The Japan Times, Yasutoshi Nishimura, menteri Jepang yang bertanggung jawab atas negosiasi CPTPP, mengungkapkan masih mengkaji portofolio kedua negara. Syarat bergabung dengan CPTPP adalah berkomitmen menjaga sistem perdagangan yang terbuka dan transparan. Artinya, setiap anggota tidak bisa secara sepihak memutuskan embargo terhadap anggota yang lain. Selama ini juga tidak ada kejadian satu anggota secara sepihak memblokir keanggotaan pihak lain.
Niat China bergabung dengan CPTPP ini justru yang dipertanyakan publik. Pasalnya, China sudah bergabung dengan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dengan semua anggota ASEAN, Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan. Pakta perdagangan ini setara dengan 30 persen PDB global dan merupakan kerja sama ekonomi terbesar di dunia.
Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Dan Tehan dalam jumpa pers di Canberra mengatakan, untuk bergabung dengan CPTPP, China harus melakukan pertemuan antarmenteri dengan negara-negara anggota. Sejak Januari 2021, Australia sudah meminta pertemuan dengan China guna membahas perang dagang kedua negara, tetapi tidak ada tanggapan.
Di sisi Taiwan, mereka tetap optimistis bisa diterima masuk CPTPP. Hal ini karena Taiwan memiliki rekam jejak perdagangan yang positif. Sebagai anggota WTO, Taiwan telah menunjukkan kemampuan untuk berlaku profesional dan transparan dalam menangani perdagangan serta investasi global.
Keanggotaan CPTPP akan mendongkrak perekonomian Taiwan karena penerapan nihil tarif ekspor impor di kalangan anggotanya. Menteri Pertanian Taiwan Chen Chi-chung memperkirakan, di sektor hasil pertanian saja akan ada peningkatan pendapatan 1,81 miliar dollar AS setiap tahun untuk lima tahun setelah resmi menjadi anggota.
”Ini hitung-hitungan dasar saja karena portofolio Taiwan akan meningkat dengan keanggotaan WTO dan CPTPP sehingga membuka peluang bisnis ke negara-negara di luar itu,” kata Chen, dikutip kantor berita Taiwan, Central News Agency. (AP)