Blok Perdagangan Asia-Pasifik Jadi Front Baru Persaingan Sengit Taiwan-China
Tak lama setelah Taiwan mengumumkan pendaftaran ke blok perdagangan Asia-Pasifik, CPTPP, China mengirim 24 jet tempur terbang di zona pertahanan udara Taiwan. Dilaporkan ada dua jet yang mengangkut bom nuklir.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar dan Mh Samsul Hadi
·5 menit baca
TAIPEI, JUMAT — Taiwan, pada Kamis (23/9/2021), resmi mendaftar bergabung dengan blok perdagangan bebas Asia-Pasifik, Kesepakatan Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership atau CPTPP). Langkah itu dilakukan Taipei kurang dari sepekan sepekan setelah China meminta bergabung dengan pakta perdagangan yang sama.
Tak lama setelah Taiwan mengumumkan pendaftarannya ke CPTPP, China mengirim 24 pesawat tempur terbang di zona pertahanan udara Taiwan sebagai peringatan. Melalui juru bicaranya, Kementerian Luar Negeri China juga menyatakan bahwa China menentang tegas negara mana pun yang menjalin hubungan resmi dengan Taiwan. Beijng juga menolak aksesi Taiwan pada pakta atau organisasi resmi mana pun.
CPTPP adalah organisasi kerja sama perdagangan yang cikal bakalnya (Kemitraan Trans-Pasifik atau TPP) dicanangkan Presiden Amerika Serikat 2009-2017 Barack Obama untuk menghalangi pengaruh China di Indo-Pasifik. Anggotanya kala itu adalah AS, Kanada, Meksiko, Peru, Chile, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Jepang, Vietnam, Australia, dan Selandia Baru. Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, AS keluar dari TPP. Kepemimpinan saat ini dipegang oleh Jepang.
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi menyambut baik pendaftaran Taiwan. Menurut dia, Taiwan dan Jepang adalah sahabat lama dan penting sebagai dua mitra yang sama-sama menjunjung demokrasi. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Jepang Yashutoshi Nishima juga menyambut pendaftaran dari China yang dimasukkan melalui Kementerian Perdagangan Selandia Baru.
Taiwan merupakan anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), tetapi ingin meningkatkan kemitraan di kawasan Asia-Pasifik. Bergabung dengan CPTPP memungkinkan Taiwan untuk memiliki jangkauan perdagangan yang luas meskipun secara formal tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara di Indo-Pasifik.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat berpidato di kota pelabuhan Keelung, Taiwan utara, menyatakan negaranya sudah siap betul untuk bergabung CPTPP. ”Bergabung dengan CPTPP bakal memperkuat status strategi global utama dan ekonomi serta perdagangan Taiwan, dan semakin mengintegrasikan kami dengan dunia,” kata Tsai.
Menurut ketua tim negosiasi Taiwan untuk bergabung dengan CPTPP, John Deng, prinsip demokrasi merupakan landasan sistem perdagangan di Taiwan. ”Kami selalu menerapkan sistem yang transparan dan berlandaskan dialog,” ujarnya.
Taiwan mempermasalahkan pendaftaran China ke CPTPP karena China terkenal tidak transparan dalam berbisnis. Mereka juga kerap secara tiba-tiba mengembargo ekspor dan impor tanpa alasan yang jelas. Salah satu contoh terkini ialah China menghentikan impor jambu air dan srikaya dari Taiwan dengan alasan ada hama kutu putih. Menurut Taiwan, alasan ini dicari-cari.
Di samping itu, China juga sudah memiliki Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang beranggotakan 10 negara ASEAN, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan China. Ini saja sudah menguasai 30 persen pendapatan domestik bruto global.
Pendaftaran ke CPTPP dilakukan China di tengah semakin kerasnya upaya sejumlah negara menghadang Beijing, antara lain, melalui pembentukan blok keamanan terbaru antara AS, Australia, dan Inggris, yang dikenal dengan sebutan AUKUS.
Kirim pesawat tempur
Begitu kabar bahwa Taiwan mendaftar ke CPTPP tersiar, China segera mengirim 24 pesawat tempur mereka ke langit zona pertahanan udara Taiwan. Di dalam barisan jet tempur itu ada dua pesawat yang mengangkut bom nuklir.
Kementerian Luar Negeri China juga mengeluarkan pernyataan tidak mengizinkan Taiwan bergabung dengan pakta kerja sama ataupun organisasi internasional mana pun. Alasannya, berdasarkan prinsip Satu China, Taiwan adalah bagian dari China.
”Kami menentang hubungan resmi antarnegara dengan Taiwan,” kata Juru Bicara Kemlu China Zhao Lijian.
Kemlu Taiwan mengeluarkan pernyataan balasan yang mengatakan bahwa China sama sekali tidak berhak mengatur Taiwan karena Taiwan adalah pemerintahan yang otonom dan memiliki sistem pemerintahan sendiri. Perilaku China mengirim pesawat tempur ini murni sikap merundung dan ingin mengancam Taiwan.
Sementara itu, Ketua Dewan Perdagangan AS-Taiwan Rupert Hammond-Chambers menjelaskan bahwa sebenarnya pendaftaran China dan Taiwan ke CPTPP tidak saling memengaruhi kemungkinan diterima mereka di blok kemitraan tersebut. CPTPP akan menilai portofolio ekonomi masing-masing negara, bukan dari pengaruh politik di kawasan.
”Taiwan sendiri sudah membuktikan selama ini memiliki sistem perdagangan yang patut diperhitungkan dari skala internasional,” tuturnya.
Persyaratan ketat
Jepang, selaku Ketua CPTPP tahun ini, mengatakan bahwa pendaftaran Taiwan maupun China akan diperiksa secara teliti berdasarkan standar-standar perdagangan yang ketat di blok kemitraaan tersebut. Sementara reaksi positif diberikan kepada Taiwan, respons berhati-hati ditunjukkan terhadap China.
Deputi Perdana Menteri Jepang Taro Aso mengungkapkan keraguannya tentang peluang China untuk diterima dalam CPTPP. Ia merujuk pada aturan-aturan ketat terkait perusahaan-perusahaan milik negara. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato tidak menjawab secara langsung saat ditanya wartawan soal pendaftaran Taiwan dan China tersebut.
Kato enggan menjawab secara detail posisi Jepang terkait pendaftaran China. Ia hanya menyebut kesamaan nilai-nilai CPTPP dengan Taiwan. Berdasarkan aturan-aturan blok perdagangan itu, peluang keanggotaan Taiwan di CPTPP terbuka. Kato juga menyebut kenyataan bahwa Taiwan sudah menjadi anggota independen di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).
Selain Taiwan dan China, negara baru yang sudah mendaftar bergabung CPTPP adalah Inggris. Menteri Perdagangan Jepang Yashutoshi Nishima mengatakan, pertemuan pertama untuk membahas pendaftaran Inggris akan digelar pada 28 September mendatang. Negara-negara yang ingin bergabung harus mendapat dukungan dari seluruh anggota CPTPP.
Dengan persyaratan, baik Taiwan maupun China harus berjuang keras agar diterima seluruh anggota kemitraan dagang tersebut. Pendaftaran China terjadi di tengah semakin memanasnya perseteruan mereka dengan negara-negara Barat, khususnya Australia. China belakangan memberlakukan pembatasan hubungan perdagangan dengan Australia.
Canberra pada pekan ini menegaskan, China harus mengakhiri pembekuan kontak dengan para politisi senior Australia jika Beijing berharap bisa diterima masuk CPTPP. Namun, negara-negara anggota yang lebih kecil diperkirakan tidak mau mengambil risiko ditekan Beijing dengan menyetujui Taiwan bergabung blok tersebut. (AP/AFP/REUTERS)