Taiwan Khawatirkan Pendaftaran China ke Kemitraan Trans-Pasifik
Apabila berhasil menjadi anggota CPTPP, Taiwan akan bisa mengurangi tarif ekspor dan impor secara drastis. Niat China bergabung di blok itu dikhawatirkan akan memupus harapan Taiwan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
TAIPEI, JUMAT - Otoritas Taiwan yang telah beberapa waktu mendambakan bergabung dengan Kesepakatan Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik atau CPTPP cemas kesempatan mereka terancam pupus. Hal ini karena China pada Kamis (16/9/2021) membuat pernyataan resmi hendak bergabung ke blok yang sama.
Aksi China itu dibuktikan dengan pengiriman surat resmi dari Menteri Perdagangan China Wang Wentao kepada Menteri Perdagangan Selandia Baru Damien O\'Connor. Niat China ini akan dibahas oleh sebelas negara anggota CPTPP dengan Jepang selaku ketuanya.
"Pastinya kami akan melihat semua aspek harus sesuai standar," kata Menteri Perdagangan Jepang Yasutoshi Nishima di Tokyo, Jumat (17/9/2021).
Menanggapi situasi tersebut, Taiwan mengutarakan keberatan. Syarat menjadi anggota CPTPP adalah memiliki serta berjanji mempertahankan sistem ekonomi yang berbasis perdagangan bebas dan transparan. China selama ini dikenal gemar memberi sanksi ekonomi atau mendadak menghentikan impor tanpa alasan yang jelas.
"Jangan sampai niat China ini memengaruhi kesempatan Taiwan masuk CPTPP. Kami mengupayakan kalaupun China diterima, harus sesudah Taiwan resmi masuk," kata Menteri Perdagangan Taiwan Wang Mei-hua.
Surat kabar Taipei Times menerbitkan analisis Institut Kajian Ekonomi Chung-Hua yang menjabarkan betapa pentingnya Taiwan diterima menjadi anggota CPTPP. Taiwan memiliki status kenegaraan yang unik karena mayoritas negara di dunia mengakui prinsip Satu China, sehingga secara formal Taiwan dianggap sebagai salah satu provinsi China.
Oleh sebab itu, Taiwan tidak memiliki hubungan diplomasi dengan kebanyakan negara. Mereka memiliki hubungan perdagangan yang berdasarkan kesepakatan bilateral. Akibatnya, Taiwan terpaksa membayar tarif ekspor dan impor berbeda-beda untuk setiap negara. Agar bisa meningkatkan perdagangan internasional, Taiwan harus bisa menjadi pemain penting dalam kawasan.
Niat ini menghadapi tantangan karena ada Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang beranggotakan sepuluh negara ASEAN, China, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Blok perdagangan ini menguasai 30 persen pendapatan domestik bruto global. Meskipun demikian, Taiwan tidak mau menyentuh RCEP karena ada China di dalamnya.
Oleh sebab itu, harapan Taiwan ada pada CPTPP. Ini adalah inisiatif yang dibangun Presiden Amerika Serikat 2009-2017 Barack Obama untuk menyaingi pengaruh China. Penerusnya, Donald Trump, tidak mau meneruskan prakarsa ini sehingga kepemimpinan diambil alih oleh Jepang.
Anggota CPTPP adalah Jepang, Kanada, Meksiko, Peru, Chile, Australia, Selandia Baru, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Beberapa negara mengajukan ketertarikan masuk ke dalam kerja sama ini, antara lain Thailand dan Inggris.
Menurut laporan tersebut, apabila berhasil menjadi anggota CPTPP, Taiwan akan bisa mengurangi tarif ekspor dan impor secara drastis. Pada saat yang sama, keanggotaan juga meningkatkan jumlah serta jangkauan ekspor.
Banyak pihak menanyakan alasan China ingin bergabung dengan CPTPP. Pasalnya, niat mereka diumumkan 24 setelah pencanangan AUKUS, yaitu kerja sama antara AS, Inggris, dan Australia. Wujudnya berupa pengadaan kapal selam berteknologi nuklir untuk Australia dari kedua mitra AUKUS.
"Ini sama sekali tidak ada hubungan dengan ketiga negara itu. China hanya ingin semakin berkontribusi di kawasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.
Sementara itu, dalam wawancara dengan media Bloomberg, Direktur Pusat Ekonomi Politik Internasional Eropa yang berada di Belgia, Hosuk Lee-Makiya, menuturkan, akan susah bagi CPTPP menolak lamaran China. Jumlah penduduk China sebanyak 1 miliar jiwa merupakan pasar impian semua ekonomi dunia. China juga banyak melakukan proyek investasi di negara-negara lain.
"Siapa yang berani menolak China? Tapi, lebih penting lagi apakah jika mereka menjadi anggota CPTPP bisa dipastikan tidak menyetir kepentingan kerja sama itu?" ujarnya. (Reuters)