Situasi tak mudah dihadapi Taiwan sekarang. Penyelesaian isu Taiwan bergantung cukup besar pada AS dan negara-negara Barat lainnya. Kita berharap solusi bagi ketegangan yang melingkupi Taiwan dapat dicapai secara damai.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Beberapa waktu terakhir, tekanan China terhadap Taiwan semakin besar. Bukan tak mungkin, penyelesaian isu Taiwan akan ditempuh lewat jalur militer.
Isu relasi Taiwan-China mencuat kembali setelah pejabat kantor perwakilan Taiwan di Hong Kong dipaksa untuk pulang pada Minggu (20/6/2021). Penyebabnya, mereka menolak untuk menandatangani dokumen persetujuan terhadap prinsip ”Satu China” versi Beijing saat hendak memperpanjang visa di Hong Kong.
Pada Mei 2021, Hong Kong juga menutup kantor perwakilan di Taipei. Alasan keputusan itu, Taiwan terlalu ikut campur urusan domestik Hong Kong. Langkah Hong Kong menutup kantor perwakilan di Taiwan diikuti Makau, 16 Juni lalu.
Tekanan Beijing terhadap Taiwan juga tampak saat 28 pesawat tempur China terbang menuju Taiwan, Selasa (15/6/2021). Dari beberapa kali pengiriman pesawat tempur China mendekati wilayah Taiwan, jumlah pesawat pada pekan lalu itu merupakan yang terbanyak.
Hong Kong dan Makau sepenuhnya di bawah koordinasi Beijing karena bagian dari China. Khusus untuk Taiwan, meski Beijing berulang kali menyatakan teritori itu di bawah China, Pemerintah Taiwan masih bebas dari Beijing.
Taiwan bahkan didukung Washington berupa izin membeli produk militer Amerika Serikat (AS). Setelah mengakhiri hubungan diplomatik dengan Taiwan dan membangun relasi diplomatik dengan China pada 1979, AS berdasarkan undang-undang dimungkinkan membantu pertahanan Taiwan. Hubungan informal keduanya itu ikut mewarnai dinamika persaingan AS-China.
Di tengah meningkatnya persaingan kedua negara serta tekanan Beijing yang kian besar terhadap Taipei, pertanyaan yang muncul ialah bagaimana isu Taiwan akan berakhir? Sikap China yang tak mengesampingkan pendekatan militer untuk menundukkan teritori itu membuat pengerahan peralatan tempur bisa saja digunakan oleh Beijing. Jika hal ini terjadi, konflik bersenjata pun bisa pecah antara China dan AS.
Sikap China yang tak mengesampingkan pendekatan militer untuk menundukkan teritori itu membuat pengerahan peralatan tempur bisa saja digunakan oleh Beijing.
Namun, Charles L Glaser, Profesor Politik dan Hubungan Internasional di Institute for Security and Conflict Studies, Elliott School of International Affairs, George Washington University, menulis dalam Foreign Affairs (28 April 2021), bahwa AS perlu realistis dalam melihat masalah Taiwan. Pertama, isu itu tak mengancam keamanan daratan AS. Kedua, kepentingan pokok AS di Asia Timur dan Pasifik Barat ialah menjaga Jepang serta Korea Selatan. Dengan kata lain, ia menawarkan gagasan: AS membiarkan Taiwan untuk berada sepenuhnya di bawah kendali Beijing dan tak mengambil risiko berkonflik senjata dengan China.
Situasi tidak mudah tengah dihadapi Pemerintah Taiwan sekarang. Penyelesaian isu Taiwan bergantung cukup besar pada AS dan negara-negara Barat lainnya. Dalam konteks ini, kita berharap solusi bagi ketegangan yang melingkupi Taiwan dapat dicapai secara damai dan tak merugikan bangsa-bangsa di sekitarnya.