Uzbekistan cemas kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan di Afghanistan akan menyebabkan membeludaknya pengungsi ke Uzbekistan. Kemenangan Taliban juga dikhawatirkan membangkitkan gerakan garis keras di Uzbekistan.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Sejak Taliban berkuasa lagi di Afghanistan pada 15 Agustus lalu, Uzbekistan segera mengumumkan siaga penuh. Kedua negara berbagi perbatasan sepanjang sekitar 144 kilometer.
Uzbekistan merupakan negara tetangga di sebelah utara Afghanistan. Jalur utama yang menghubungkan Afghanistan dan Uzbekistan adalah jembatan persahabatan diatas Sungai Amu Darya.
Pemerintah Uzbekistan sangat terkejut kota Kabul begitu cepat jatuh ke tangan Taliban. Uzbekistan cemas kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan di Afghanistan akan menyebabkan membeludaknya pengungsi dari Afghanistan ke Uzbekistan.
Apalagi, situasi di Lembah Panjshir (sekitar 80 km arah utara kota Kabul), yang masih melawan kekuasaan Taliban, bisa membuat situasi di Afghanistan makin tidak menentu. Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid, dalam konferensi pers di Kabul, Senin (6/9/2021), mengklaim Taliban telah menguasai penuh lembah Panjshir dan perang di Afghanistan sudah berakhir.
Meski demikian, milisi Panjshir yang disebut Gerakan Perlawanan Nasional (NRF) menegaskan akan melanjutkan perlawanan terhadap Taliban. NRF menyatakan, klaim kemenangan Taliban salah. Kepala Hubungan Luar Negeri NRF Ali Maisam Nazary, melalui laman media sosial, mengatakan, anggota kelompok tersebut masih berada dalam posisi strategis di seantero lembah dan terus melawan.
Selain itu, Uzbekistan juga cemas kemenangan Taliban bisa membangkitkan gerakan Islam garis keras di Uzbekistan dan Asia Tengah. Apalagi, Negara Islam di Irak dan Suriah Provinsi Khorasan (NIIS-K) disebut masih memiliki sel-sel tidur di Uzbeskistan. Anggota NIIS-K banyak pula yang berasal dari kelompok radikal di Uzbekistan.
Kota Termez di Uzbekistan yang tak jauh dari perbatasan kedua negara—hanya berjarak sekitar 80 km dari kota Mazar-i-Sharif di Afghanistan—merupakan kota yang paling dilanda kecemasan.
Ketika Mazar-i-Sharif jatuh ke tangan Taliban pada 14 Agustus lalu, banyak pasukan pemerintah Afghanistan dan penduduk kota Mazar-i-Sharif lari ke Termez melalui jembatan persahabatan. Di Termez pun sempat terjadi kekacauan, imbas dari situasi kacau di kota Mazar-i-Sharif.
Militer dan aparat keamanan Uzbekistan segera melakukan patroli di jalan-jalan kota Termez untuk mengembalikan ketertiban. Militer Uzbekistan juga menutup jembatan persahabatan untuk mencegah pengungsi Afghanistan berbondong-bondong ke Termez.
Keterikatan
Termez sangat terpengaruh situasi di Afghanistan karena kehidupan kota tersebut bergantung pada perdagangan dengan Afghanistan. Penduduk Termez dan Mazar-i-Sharif sudah biasa lalu lalang setiap hari antara dua kota tersebut karena keterikatan hubungan dagang. Secara etnis pun, penduduk Termez dan Mazar-i-Sharif sama-sama etnis Uzbek sehingga ada persamaaan budaya.
Termez dikenal sangat digemari orang Afghanistan, khususnya warga Mazar-i-Sharif, karena budaya Termez yang lebih liberal. Banyak pusat perbelanjaan yang jauh lebih modern dibanding kota Mazar-i-Sharif atau kota lain di Afghanistan. Kota Termez menjadi tempat liburan warga Afghan.
Tokoh politik dan militer Afghanistan yang berasal dari etnis Uzbek, Abdul Rashid Dostum, dan mantan Gubernur Provinsi Balkh yang beribu kota Mazar-i-Sharif, Atta Muhammad Nur, disebut punya rumah di Termez.
Uzbekistan tetap membuka kantor konsulatnya di kota Mazar-i-Sharif dan kantor kedutaan besarnya di Kabul untuk menjaga hubungan dengan Taliban. Ini sekaligus sebagai upaya Uzbekistan berkoordinasi dengan Taliban untuk menghadapi NIIS-K.