Perjuangan Timnas Sepak Bola Putri Afghanistan Keluar dari Negerinya
Upaya internasional untuk mengevakuasi anggota tim sepak bola putri nasional Afghanistan tidak mudah. Upaya itu sempat dikhawatirkan gagal, khususnya setelah terjadi serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
Sebagian besar anggota tim nasional sepak bola putri Afghanistan telah berada di Australia. Mereka berhasil dievakuasi setelah melewati lika-liku yang mendebarkan agar bisa keluar dari negara asal mereka. Dalam pelarian mereka, rasa takut dan khawatir pada kekejaman Taliban tidak juga sirna.
Upaya internasional untuk mengevakuasi anggota tim sepak bola putri nasional Afghanistan, bersama dengan lusinan anggota keluarga mereka dan para staf federasi sepak bola negara itu, tidak mudah. Upaya itu sempat dikhawatirkan gagal, khususnya ketika pekan lalu terjadi serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul. Kejadian itu menewaskan 169 warga Afghanistan dan 13 anggota militer Amerika Serikat.
Namun dengan tekad bulat evakuasi itu terus berlanjut. Pada saat itu, mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari Taliban. Mimpi untuk bisa berkembang membuat gadis-gadis yang hidupnya dalam bahaya itu tetap memiliki semangat.
”Mereka adalah para perempuan muda yang luar biasa yang seharusnya bermain di halaman belakang, bermain di ayunan, bermain dengan teman-teman mereka, dan di sini (Afghanistan) mereka berada dalam situasi yang sangat buruk karena tidak melakukan apa-apa selain bermain sepak bola,” kata Robert McCreary, mantan kepala staf kongres dan pejabat Gedung Putih di bawah Presiden George W Bush. McCreary bekerja dengan pasukan khusus di Afghanistan. ”Kita perlu melakukan segala yang kita bisa untuk melindungi mereka, untuk membawa mereka ke situasi yang aman.”
Kapten tim sepak bola putri Afghanistan itu, Farkhunda Muhtaj, mengungkapkan bahwa timnas sepak bola itu dibentuk tahun 2007. Muhtaj sendiri kini tinggal di Kanada. Ia mengungkapkan ancaman terhadap para anggota timnas itu terus terjadi dari Taliban. Kegiatan di luar rumah, apalagi dengan cabang olahraga, seperti sepak bola, adalah sesuatu yang sangat tidak umum bagi kelompok itu ketika dilakukan oleh perempuan.
Kapten tim sepak bola putri Afghanistan itu, Farkhunda Muhtaj, mengungkapkan bahwa timnas sepak bola itu dibentuk tahun 2007. Muhtaj sendiri kini tinggal di Kanada.
”Mereka hancur. Mereka putus asa, mengingat situasi yang mereka hadapi,” kata Muhtaj, yang terus berhubungan dengan gadis-gadis itu dan mendesak mereka untuk tetap tenang. Muhtaj mengungkapkan, para anggota timnas itu khawatir dengan anggota keluarga mereka. Bukan hanya karena mereka perempuan dan anak perempuan dilarang berolahraga, melainkan karena mereka adalah pendukung anak perempuan dan anggota aktif di komunitas mereka.
McCreary dan Muhtaj mengungkapkan, setidaknya ada lima upaya yang gagal untuk menyelamatkan gadis-gadis itu dalam beberapa hari terakhir. Evakuasi atas diri mereka tergolong rumit. Jumlah total mereka besar, yakni 133 orang. Mereka terdiri dari 26 anggota timnas plus keluarga mereka—orang dewasa, anak-anak dan termasuk bayi. Banyak yang tidak memiliki paspor atau dokumen lain yang diperlukan untuk naik pesawat dari Kabul.
McCreary mengatakan misi—yang disebut Operation Soccer Balls—didukung sejumlah pihak dari negara lain. Dia mengatakan Australia, Perancis, dan Qatar telah menyatakan minatnya untuk membantu. Dia juga mendesak Taliban untuk memudahkan jalan keluar bagi kelompok itu, dengan mengatakan bahwa hal tersebut akan menciptakan niat sekaligus hal yang baik bagi kelompok itu.
Mantan kapten tim sepak bola nasional putri AS, Julie Foudy, mengatakan, upaya penyelamatan itu memungkinkan para perempuan muda memiliki wawasan yang lebih luas. Penyelamatan itu, menurut dia, juga menjadi wujud dari upaya memperjuangkan kesetaraan. ”Seperti banyak dari kita yang dapat berdiri sebagai atlet perempuan—sebagai manusia—dan berkata, ’Ini adalah saat kita perlu bersatu dan melakukan apa yang benar,’ maka kita harus melakukannya,” kata Foudy yang mengantarkan AS juara Piala Dunia dua kali dan peraih medali emas Olimpiade dua kali.
Nic McKinley, seorang veteran CIA yang mendirikan lembaga DeliverFund, mengatakan, dia mengerti bahwa AS fokus pada relokasi warga Afghanistan yang membantu pasukan Amerika. Namun, AS disebutnya juga berupaya membantu mereka yang lain yang juga membutuhkan bantuan. DeliverFund adalah lembaga yang berbasis di Dallas. Lembaga itu adalah sebuah organisasi nirlaba yang menyediakan tempat hunian bagi 50 keluarga Afghanistan.
”Bagaimana dengan gadis kecil yang hanya ingin menendang bola di lapangan dan ingin melakukannya dengan baik, dan telah bekerja keras untuk melakukannya di tingkat dunia, tiba-tiba menemukan dirinya dalam bahaya hanya karena dia ingin bermain olahraga dan memiliki hasrat untuk memainkan olahraga itu?” kata McKinley. ”Satu-satunya kesalahan yang mereka lakukan di mata Taliban adalah fakta bahwa mereka terlahir sebagai perempuan dan mereka memiliki keberanian untuk bermimpi melakukan sesuatu.”
McCreary mengatakan, tim penyelamat merasa bertanggung jawab atas keselamatan para gadis dan keluarga mereka. ”Kita harus melindungi mereka sekarang,” katanya. ”Mereka seharusnya tidak berada dalam bahaya.” (AP)