Taliban Larang 4 Pesawat Lepas Landas, 1.000 Orang Tertahan di Mazar-i-Arif
Mereka tidak memiliki paspor dan atau visa sehingga tidak dapat meninggalkan Afghanistan. Mereka bekerja di perusahaan yang bersekutu dengan militer AS atau Jerman.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
MAZAR-I-ARIF, SENIN — Sekitar 1.000 warga Afghanistan dan Amerika Serikat yang hendak meninggalkan Bandara Mazar-i-Arif, Afghanistan utara, dengan empat pesawat carter, telah berhari-hari terjebak dan tidak bisa terbang.
Kelompok Taliban, penguasa baru negara itu, dilaporkan telah melarang pesawat lepas landas dan melarang orang-orang itu keluar dari Afghanistan. Taliban melarang mereka karena sebagian besar diberitakan tidak memiliki dokumen pendukung perjalanan, seperti paspor atau visa.
Informasi tersebut disampaikan oleh seorang pejabat di Mazar-i-Arif, Minggu (5/9/2021) waktu setempat, dan sumber lain di Washington DC seperti dilaporkan Reuters, Senin (6/9/2021). Laporan yang muncul saling bertentangan, terutama mengapa penerbangan pesawat carter itu dilarang.
AS telah berulang kali menegaskan untuk bekerja sama dengan Taliban guna menjamin siapa saja yang ingin keluar dari Afghanistan. Jaminan juga diberikan oleh Taliban, tetapi terbatas pada orang-orang yang memiliki dokumen perjalanan yang sah.
Bandara Mazar-e-Sharif baru-baru ini mulai mengelola penerbangan internasional, yang sejauh ini hanya ke Turki. Empat pesawat itu dilaporkan hendak terbang menuju Doha, Qatar. Tidak jelas siapa yang mencarter mereka atau mengapa mereka menunggu di Mazar-i-Arif.
Menurut pejabat tadi, para calon penumpang adalah warga Afghanistan. Umumnya mereka tidak memiliki paspor atau visa sehingga mereka tidak dapat meninggalkan negara itu. Mereka bekerja di perusahaan yang bersekutu dengan militer AS atau Jerman.
”Hal yang mengganjal adalah banyak yang tidak memiliki dokumen perjalanan yang sah,” katanya.
Namun, salah satu petinggi Partai Republik di Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Mike McCaul, di Washington DC mengatakan, rombongan tersebut termasuk warga Amerika. Mereka semua sudah berada di pesawat. Taliban tidak mengizinkan pesawat mereka lepas landas dan ”menahan mereka sebagai sandera”. Dia tidak menyebut sumber laporan tersebut, tetapi sejumlah laporan lain bertentangan dengan klaim McCaul.
Rombongan 1.000 orang itu adalah bagian dari puluhan ribu warga Afghanistan dan Amerika yang putus asa dan berusaha lari dari negara tersebut. Hari-hari terakhir perang 20 tahun di Afghanistan ditandai evakuasi massal yang kacau-balau dari Bandara Kabul. AS dan sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengkhawatikan keselamatan warga yang pernah membantu mereka.
Namun, ketika pasukan terakhir AS ditarik penuh pada 30 Agustus, banyak orang yang ingin pergi dari Afghanistan terpaksa tinggal. Sekitar 1.000 orang yang hendak menggunakan pesawat carter tersebut sebenarnya juga bagian dari persoalan tersebut.
AS berjanji untuk terus bekerja sama dengan para petinggi Taliban guna mengeluarkan mereka yang ingin meninggalkan Afghanistan. Taliban pun sudah berjanji untuk mengizinkan siapa pun yang memiliki dokumen legal untuk pergi. Namun, McCaul, anggota DPR AS dari Texas, mengatakan kepada Fox News Sunday, banyak warga AS dan penerjemah Afghanistan ditahan.
”Taliban tidak akan membiarkan mereka meninggalkan bandara,” kata McCaul. Dia khawatir ”mereka (kelompok Taliban) akan menuntut lebih dan lebih. Apakah itu uang tunai atau legitimasi sebagai penguasa (baru) Afghanistan”. Dia tidak memberikan keterangan yang lebih detail.
Sementara penyelenggara perjalanan yang bertanggung jawab atas penerbangan carter kesal karena penundaan tersebut. Penyelenggara menuding Departemen Luar Negeri AS telah gagal memberi tahu Taliban tentang persetujuannya untuk lepas landas dari Bandara Internasional di Mazar-i-Sharif.
”Mereka (Departemen Luar Negeri) harus bertanggung jawab karena membahayakan nyawa orang-orang ini,” kata penyelenggara, yang tidak mau disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini.
Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, menentang pemikiran bahwa warga Amerika berisiko. Dia mengatakan, Pemerintah AS ”belum mengonfirmasi apakah ada warga Amerika di Mazar-i-Sharif yang mencoba meninggalkan bandara”.
Ditanya tentang penerbangan carter tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri tidak membahas tuduhan penyelenggara tersebut secara spesifik. Namun, dia menekankan bahwa AS tidak memiliki petugas atau personel di lapangan sehingga tidak memiliki sarana yang dapat diandalkan untuk mengonfirmasi tentang detail penerbangan carter tersebut.
Akibat persoalan itu AS juga sulit memverifikasi jumlah warga AS dan lainnya di pesawat, termasuk soal manifes penumpang atau ”di mana mereka berencana untuk mendarat”. Juru bicara tersebut, yang tidak disebut namanya, menambahkan, ”Kami akan memegang janji Taliban untuk membiarkan orang bebas meninggalkan Afghanistan.”
Anggota DPR AS lainnya dari Partai Republik, Mike Waltz, meminta Departemen Luar Negeri AS bekerja dengan kelompok-kelompok nonpemerintah demi membantu kelancaran penerbangan carter yang mengevakuasi warga Amerika dan Afghanistan yang berisiko. (AP/REUTERS)