Menlu AS dan Emir Qatar Bahas Solusi Krisis Afghanistan
AS dan Qatar membahas krisis Afghanistan setelah kelompok Taliban kembali berkuasa di negara itu, yang luluh lantak akibat perang dalam 20 tahun terakhir.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
DOHA, SELASA — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken bertemu Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani di Doha, Qatar, Senin (6/9/2021) waktu setempat. Pertemuan itu membicarakan solusi berbagai krisis di Afghanistan setelah kelompok Taliban kembali berkuasa di negara yang luluh lantak akibat perang dalam 20 tahun terakhir itu.
Dalam pertemuan itu Blinken didampingi Menteri Pertahanan Lloyd Austin. Keduanya merupakan pejabat AS paling senior yang mengunjungi wilayah itu sejak kelompok Taliban menggulingkan pemerintahan Afghanistan yang didukung Barat dan berkuasa lagi, 15 Agustus lalu. Taliban kini sedang menyiapkan pemerintahannya sesuai hukum syariah.
Dalam pertemuannya dengan Al-Thani, Blinken menyampaikan terima kasih kepada penguasa negara Teluk tersebut. Ucapan itu terutama atas ”dukungan luar biasa Qatar dalam memfasilitasi transit yang aman bagi warga AS, mitra kami, dan warga Afghanistan lainnya yang berisiko” di tengah kekacauan saat penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Dalam sebuah pernyataan singkat Departemen Luar Negeri AS disebutkan, Blinken dan Al-Thani juga membahas masalah bilateral penting lainnya. Diplomat senior AS itu juga dilaporkan tidak akan bertemu dengan salah satu perwakilan Taliban di Doha.
Pejabat Departemen Luar Negeri AS, Dean Thompson, mengatakan bahwa Washington akan terus terlibat dengan kelompok Taliban. Pelibatan itu diperlukan ”untuk memastikan pesan kami kepada mereka sudah sangat jelas”.
Qatar, yang menjadi tuan rumah pangkalan udara utama AS, telah menjadi pintu gerbang bagi 55.000 orang yang dievakuasi dari Afghanistan. Jumlah tersebut hampir setengah dari jumlah total yang dievakuasi oleh pasukan pimpinan AS setelah pengambilalihan Taliban. Ada ratusan ribu orang melarikan diri karena khawatir atas kelompok itu.
Sebelum kedatangannya, Blinken mengatakan bahwa di Qatar dia akan ”mengungkapkan rasa terima kasih kami yang mendalam atas semua yang mereka lakukan untuk mendukung upaya evakuasi”. Dia juga bertemu dengan warga Afghanistan yang diselamatkan.
Blinken juga akan bertemu dengan diplomat AS setelah Washington memindahkan kedutaan besarnya dari Kabul ke Doha. Selain AS, beberapa negara sekutu, termasuk Inggris dan Belanda, juga untuk sementara memindahkan kedutaan besarnya ke negara Teluk itu.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Blinken akan membahas dengan Qatar soal upayanya bersama Turki untuk membuka kembali Bandara Kabul. Hal itu penting untuk menerbangkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan dan untuk mengevakuasi ribuan warga Afghanistan yang masih tersisa.
Qatar mengundang Taliban untuk membuka kantor politik di Doha pada 2013, kemudian menjadi tuan rumah pembicaraan antara Washington dan Taliban yang berakhir pada tahun 2020 dengan perjanjian penarikan pasukan. Itu diikuti oleh negosiasi langsung antara Taliban dan Pemerintah Afghanistan.
Taliban, Senin kemarin, mengklaim kendali penuh atas Afghanistan. Kelompok ini mengatakan bahwa mereka telah memenangi pertempuran penting di Lembah Panjshir. Front Perlawanan Nasional Afghanistan di Panjshir adalah satu-satunya dari 34 provinsi di negara itu yang menentang kekuasaan Taliban.
Setelah dari Doha, Blinken pada Rabu (8/9/2021) akan menuju pangkalan udara AS di Ramstein, Jerman. Pangkalan tersebut menjadi tempat penampungan sementara bagi ribuan warga Afghanistan yang akan pindah ke AS. Blinken dan Menlu Jerman Heiko Maas akan mengadakan pertemuan tingkat menteri secara virtual dengan 20 negara.
Para pejabat AS mengatakan, beberapa warga Amerika mungkin telah meninggalkan Afghanistan sejak AS mengakhiri perang 20 tahun pada akhir Agustus. Namun, mereka melakukan perjalanan tersebut dengan biaya sendiri.
Sesaat sebelum Blinken mendarat di Qatar, seorang pejabat mengungkapkan bahwa empat warga Amerika telah meninggalkan Afghanistan dengan sepengetahuan Taliban. Seorang pejabat senior AS mengatakan, keempat orang itu disambut diplomat AS. ”Taliban tidak menghalangi mereka,” kata pejabat itu.
Washington saat ini dilaporkan sedang mengamati dengan cermat apakah Taliban memenuhi janjinya untuk membiarkan warga AS dan sekutunya pergi dari Afghanistan. Perlakuan Taliban terhadap warga asing itu akan menentukan bagaimana AS dan sekutunya akan menangani penguasa baru Afghanistan itu.
Para pejabat AS mengatakan, lebih dari 100 orang warga Amerika, sebagian besar berkewarganegaraan ganda, masih tetap berada di Afghanistan setelah evakuasi terhadap puluhan ribu orang di hari-hari terakhir perang terpanjang AS di negara itu. AS menuntaskan penarikan pasukannya pada 30 Agustus tengah malam.
Saingan Presiden Joe Biden dari Partai Republik dengan cepat menuduh dia meninggalkan warga Amerika. Puluhan ribu penerjemah atau orang lain yang mendukung misi AS dan anggota keluarga mereka diyakini tetap tinggal dan tidak dapat dievakuasi pada akhir Agustus lalu. Mereka ketakutan akan pembalasan meskipun ada jaminan dari Taliban. (AFP/REUTERS)