Teror Bom NIIS Kacaukan Transisi Era Taliban, AS Siapkan Serangan Balasan
Presiden AS Joe Biden memerintahkan militer negaranya menggelar operasi serangan terhadap pimpinan, kubu, dan aset kelompok NIIS Khurasan. Jika dibutuhkan, AS siap mengerahkan pasukan tambahan untuk operasi itu.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 85 orang di Kabul, Afghanistan, bisa menghadirkan perang baru di negara itu melawan pecahan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah atau NIIS. Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Washington DC telah memerintahkan serangan balasan atas pengeboman di Bandar Udara Kabul pada Kamis (26/8/2021) siang waktu setempat.
Hingga Jumat (27/8/2021), sedikitnya 13 tentara AS dan 72 warga Afghanistan--termasuk 28 anggota Taliban--tewas dalam serangan itu. Korban tewas dikhawatirkan bertambah karena sedikitnya 150 tentara AS dan warga Afghanistan cedera akibat serangan tersebut. Para korban cedera tengah dirawat di sejumlah rumah sakit.
NIIS Khurasan, kelompok pecahan dari milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. NIIS Khurasan diduga mengerahkan sejumlah milisinya untuk meledakkan dua bom bunuh diri dan menembaki orang-orang di lokasi peristiwa.
Bom bunuh diri meledak di Gerbang Pesantren, salah satu akses ke Bandara Kabul, dan Hotel Baron di dekat bandara. Hotel Baron menjadi tempat Inggris memproses permohonan visa warga Afghanistan.
Sementara di gerbang, banyak warga sipil berdesakan masuk bandara. Sebagian dari mereka sampai masuk ke kanal di samping jalan masuk bandara. Sejumlah tentara AS juga dikerahkan untuk menjaga antrean. Sejauh ini belum ada kabar warga negara lain yang ikut menjadi korban dalam peristiwa itu.
Beberapa hari terakhir, sejumlah negara telah memperingatkan soal potensi serangan di Kabul. Kumpulan ribuan manusia yang berusaha masuk bandara membuat pemeriksaan sulit dilakukan.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan, pengamanan bandara merupakan tanggung jawab pasukan AS dan sekutunya walaupun milisi Taliban selalu terlihat di sekitar bandara. Seorang pejabat Taliban mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa sedikitnya 28 anggota Taliban juga tewas akibat serangan bom bunuh diri di area bandara di Kabul itu.
Serangan bom bunuh diri di area Bandara Kabul itu terjadi saat Afghanistan belum menuntaskan proses transisi kekuasaan dari pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, yang tumbang, menuju kelompok Taliban. Kelompok ini menguasai Afghanistan setelah menduduki ibu kota Kabul pada 15 Agustus lalu. Para pejabat elite Taliban saat ini dilaporkan tengah menyusun pembentukan pemerintahan baru berbentuk Emirat Islam Afghanistan.
Perintah serangan balasan
Beberapa jam selepas bom bunuh diri, Biden mengumumkan bahwa militer AS telah diperintahkan membalas NIIS Khurasan. ”Kepada yang menyerang, juga kepada siapa pun yang berharap membahayakan Amerika, pahami: kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan melupakan. Kami akan memburu dan membuat kalian membayar. Saya akan mempertahankan kepentingan dan rakyat kami dengan semua kewenangan,” katanya.
Biden mengungkapkan, serangan balasan sedang disiapkan. Militer diminta menyusun rencana operasi menyerang pimpinan, kubu, dan aset NIIS Khurasan. Jika dibutuhkan untuk operasi itu, pasukan tambahan akan diberikan. ”Kami akan membalas pada waktu yang tepat, di tempat dan cara yang kami pilih. Teroris NIIS tidak akan menang,” ujarnya.
Perintah Biden bisa membuat serangan AS di Afghanistan berlanjut. Saat pembubaran Komando Operasi Afghanistan, Panglima Komando Tengah AS Jenderal Kenneth McKenzie telah mengumumkan bahwa AS siap sewaktu menyerang lokasi mana pun di Afghanistan jika merasa ada ancaman dari sana.
Biden juga mengungkapkan hal senada dalam berbagai kesempatan selepas pernyataan McKenzie. ”Kami yakin mereka ingin meneruskan serangan ini. Kami akan bersiap,” kata McKenzie.
Biden berjanji akan terus memburu kelompok teroris. Insiden di Bandara Kabul bisa membuat perang melawan NIIS, yang diumumkan kalah di Irak dan Suriah pada akhir 2018, berlanjut di Afghanistan. Meski perang dinyatakan berakhir, pasukan AS terus berada di Irak dan sebagian wilayah Suriah untuk memburu sisa-sisa sel NIIS.
Meski ada insiden, Biden berjanji bahwa evakuasi warga akan dilanjutkan sampai 31 Agustus 2021. ”Kita akan menyelamatkan warga AS. Kita akan mengeluarkan sekutu Afghanistan kita. Misi akan terus berlanjut,” ujarnya.
Menurut McKenzie, kini tersisa sekitar 1.000 warga AS di Afghanistan. Sejauh ini, AS dan sekutunya telah mengevakuasi hampir 98.000 orang dari Bandara Kabul. Hampir 83.000 di antaranya dievakuasi oleh AS. Sisanya dievakuasi oleh sekutu AS dan negara lain. Dalam sehari, hingga 90 pesawat meninggalkan Bandara Kabul dan membawa warga sejumlah negara keluar dari Afghanistan.
Indonesia termasuk negara yang sudah mengevakuasi warganya dari Afghanistan. Pekan lalu, sebanyak 26 WNI tiba di Jakarta.
Retno temui wakil Taliban
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi juga terus memantau perkembangan di Afghanistan. Pemantauan dan pembahasan, antara lain, dilakukan dari Doha, Qatar. Di sana, Taliban mengoperasikan kantor perwakilan dan menjadi pusat komunikasi Taliban dengan komunitas internasional.
Dalam lawatan ke Doha pada Kamis, Retno menemui perwakilan Taliban. ”Saya menyampaikan kepada perwakilan Taliban tentang pentingnya pemerintahan Afghanistan yang inklusif, penghormatan pada hak perempuan, memastikan Afghanistan tidak menjadi tempat pembibitan kelompok teroris,” tulisnya di media sosial Twitter.
Pesan senada disampaikan Retno kepada Menlu Qatar Mohammed Abdulrahman al-Thani. Retno juga menemui Utusan Khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad di Doha. Khalilzad kerap berada di Doha untuk berkomunikasi dengan Taliban dan perwakilan pemerintahan Afghanistan di masa kepemimpinan Ashraf Ghani. (AFP/REUTERS)