AS Rilis Peringatan Keamanan, Warga Dilarang Pergi ke Bandara Kabul
Otoritas AS memperingatkan adanya ancaman serangan teroris seiring proses evakuasi warga dari Afghanistan. Kerumunan warga di Bandara Kabul rawan terhadap serangan tersebut.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
KABUL, KAMIS — Ketika negara-negara Barat bergegas mengevakuasi orang-orang dari Afghanistan, Rabu (25/8/2021), Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kabul meminta warganya tidak melakukan perjalanan ke Bandara Kabul. Peringatan itu berkaitan dengan situasi keamanan yang semakin rawan karena anggota Taliban bersenjata terus mengawasi perjalanan ke bandara.
”Karena ancaman keamanan di luar gerbang Bandara Kabul, kami menyarankan warga untuk menghindari perjalanan ke bandara. Hindari juga gerbang bandara saat ini, kecuali Anda telah menerima instruksi perseorangan dari perwakilan Pemerintah AS untuk melakukan perjalanan,” sebut situs Kedutaan Besar AS di Kabul.
Peringatan keamanan itu dirilis Kedubes AS di Kabul pada Rabu kemarin. ”Warga yang sudah berada di Gerbang Abbey, Gerbang Timur, dan Gerbang Utara bandara disarankan agar segera pergi,” kata Kedubes AS di Kabul. Peringatan keamanan itu dikeluarkan tanpa alasan yang rinci.
Beberapa hari lalu, kawasan sekitar Bandara Kabul sempat kacau-balau. Taliban, Minggu (22/8/2021), menuding AS telah membuat keonaran di sekitar bandara ketika puluhan ribu orang berusaha menerobos masuk bandara tak lama setelah Taliban menggulingkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang didukung Barat.
Tudingan Taliban itu terkait dengan kematian tujuh warga Afghanistan di dekat bandara pada Sabtu (21/8/2021). ”Ada kedamaian dan ketenangan di seluruh negeri,” kata Amir Khan Mutaqi, seorang pemimpin penting Taliban, tetapi ”kekacauan hanya di bandara Kabul.”
”Amerika, dengan segala kekuatan dan kemampuannya, dan dengan presiden mereka yang memberikan perhatian langsung pada proses evakuasi, telah gagal menertibkan bandara,” kata Mutaqi dalam pernyataan audio, seperti dilaporkan Voice of America.
Ancaman NIIS
Namun, Reuters melaporkan, peringatan keamanan dari Kedubes AS di Kabul itu menyusul peringatan Presiden AS Joe Biden dan pejabat AS lainnya tentang ancaman serangan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Operasi evakuasi kerumunan warga yang memadati gerbang bandara rawan keamanan.
”Waspadai lingkungan Anda setiap saat, terutama dalam suatu kerumunan besar,” sebut peringatan keamanan dari Kedubes AS di Kabul.
Negara-negara Barat sedang tergesa-gesa mengevakuasi orang-orang dari Afghanistan, Rabu. Banyak sekali warga Afghanistan yang sudah membantu mereka selama dua dekade perang terpaksa ditinggal untuk menghadapi nasib yang tidak pasti di bawah Taliban ketika pasukan asing pergi minggu depan.
Proses evakuasi itu berlangsung dengan latar belakang kekacauan di Kabul. Tak hanya di gerbang, kekacauan juga terjadi di dalam bandara saat puluhan pesawat udara silih berganti mengevakuasi warga negara asing dan keluarga mereka serta warga Afghanistan. Evakuasi itu bakal berlangsung hingga Selasa (31/8/2021), bersamaan dengan tenggat penarikan penuh pasukan asing.
Taliban juga telah memberikan tekanan kuat kepada negara-negara Barat, termasuk AS, bahwa evakuasi harus tuntas pada 31 Agustus dan tidak bisa diperpanjang.
Presiden Biden telah memerintahkan semua pasukan AS untuk keluar dari negara di Asia Selatan itu akhir bulan ini. Biden menolak permintaan dari negara-negara Eropa, termasuk sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), untuk memperpanjang waktu evakuasi, terutama untuk mengeluarkan warga Afghanistan yang telah membantu mereka selama konflik ke tempat yang aman.
Dalam 10 hari sejak Taliban menguasai Kabul, AS dan sekutunya telah melakukan salah satu evakuasi udara terbesar yang pernah ada. Setidaknya lebih dari 88.000 orang, termasuk 19.000 orang dalam 24 jam terakhir, telah dievakuasi dari Afghanistan. Militer AS mengatakan, lalu-lalang pesawat yang lepas landas dari Bandara Kabul terjadi sekitar setiap 39 menit.
Biden menerapkan penarikan yang dinegosiasikan oleh pendahulunya, Donald Trump, pascaperjanjian damai AS-Taliban di Doha, Qatar, pada 29 Februari 2020. Biden mengatakan, pasukan AS di Afghanistan menghadapi bahaya yang meningkat jika mereka tetap tinggal.
Gedung Putih mengatakan, Biden diberi masukan tentang rencana darurat untuk evakuasi dari Afghanistan serta ancaman dari kelompok militan, termasuk NIIS. Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan, situasi keamanan di Afghanistan tetap bergejolak dengan ”ancaman serangan teroris yang tinggi”.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, sedikitnya 4.500 warga Amerika dan keluarga mereka telah dievakuasi dari Afghanistan sejak pertengahan Agustus. Departemen Luar Negeri AS sedang berusaha membantu evakuasi sekitar 1.500 orang lain yang masih berada di Afghanistan.
Proses evakuasi terburu-buru dan makin sulit karena kuatnya tekanan Taliban. Taliban mengatakan, pasukan asing harus sudah keluar seluruhnya akhir Agustus ini.
Taliban memaksa warga Afghanistan untuk tetap tinggal. Kelompok ini juga mengatakan, warga yang memiliki izin untuk pergi masih akan diizinkan untuk pergi begitu penerbangan komersial dilanjutkan setelah pasukan asing pergi.
Blinken mengatakan pada konferensi pers di Washington bahwa tidak ada tenggat untuk semua upaya membantu orang-orang yang ingin pergi, baik orang Amerika maupun warga negara lainnya. Proses evakuasi akan berlanjut ”selama diperlukan”.
Adapun militer AS menyatakan, fokus mereka adalah menuntaskan penarikan pasukan dua hari sebelum batas penarikan berakhir.
Beberapa negara Barat sekutu AS menyebutkan, mereka tidak lagi punya waktu untuk menyelamatkan ribuan warga Afghanistan yang membantu pasukan mereka dan upaya diplomatik dan bantuan mereka.
Menteri Luar Negeri Inggris Inggris Dominic Raab mengungkapkan, batas waktu untuk mengevakuasi orang-orang hingga menit terakhir bulan ini.
Perancis melanjutkan evakuasi selama mungkin, tetapi kemungkinan akan mengakhirinya dalam beberapa jam atau beberapa hari mendatang.
Kanselir Angela Merkel mengatakan, Jerman akan mencoba membantu warga Afghanistan bahkan setelah batas waktu berakhir. (AP/AFP/REUTERS)