Bom meledak dua kali di gerbang Bandara Kabul, Afghanistan, Kamis (26/8/2021). Sejumlah orang, termasuk anak-anak, dikabarkan tewas. Sementara puluhan lainnya luka-luka.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
KABUL, KAMIS — Sedikitnya terjadi dua kali ledakan bom di gerbang di Bandara Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Kamis (26/8/2021). Sejumlah korban tewas dan luka, termasuk anak-anak, dalam peristiwa yang diduga akibat bom bunuh diri itu.
Sampai dengan Kamis pukul 23.15 WIB belum ada data pasti tentang jumlah korban tewas dan luka. Namun, salah seorang pejabat Taliban menyebutkan, sedikitnya 13 orang tewas, termasuk anak-anak. Sejumlah pejuang Taliban juga luka-luka.
Fotografer AFP melaporkan, setidaknya lima mayat dan puluhan korban luka dibawa ke rumah sakit di Kabul. ”Ada banyak mayat dan korban luka, setidaknya lima tewas,” katanya.
Menurut seorang pejabat Pemerintah Amerika Serikat (AS), terdapat sejumlah korban dalam peristiwa itu. Namun, ia belum tahu persis jumlah dan kewarganegaraan korban.
Ledakan bom terjadi sehari setelah Pemerintah AS mengeluarkan peringatan adanya ancaman teror yang menyasar Bandara Kabul. Peringatan serupa juga disampaikan Pemerintah Inggris dan Australia.
Peringatan itu kian santer menjelang batas akhir penarikan pasukan AS dari Afghanistan per 31 Agustus 2021. Sementara itu, ribuan warga, baik asing maupun lokal, masih mengantre, menunggu penerbangan keluar dari negara itu.
Beberapa hari terakhir, ribuan orang mengalir dan menumpuk di Bandara Kabul. Mereka ingin segera keluar dari Afghanistan menyusul Taliban yang mengambil alih kekuasan di Afghanistan per 15 Agustus 2021. Rezim Taliban yang represif pada 1996-2001 memberikan mimpi buruk bagi warganya.
Presiden AS Joe Biden menyatakan, ada ancaman serangan teror di bandara yang nyata dan serius. Biden menyebut nama cabang kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang disebut NIIS Khorasan atau NIIS-K.
Kedutaan Besar AS di Kabul meminta warga AS untuk tidak melakukan perjalanan ke Bandara Kabul. Peringatan ini dikeluarkan pada Rabu (25/8/2021). Hal sama diserukan Inggris dan Australia. ”Situasi keamanan di Afghanistan bergejolak. Ada ancaman serangan teroris,” kata Kementerian Luar Negeri Inggris dalam pernyataannya.
Seorang juru bicara Taliban menyatakan, kelompoknya terus melindungi warga sipil di luar Bandara Kabul. Disebutkan bahwa pasukan Barat harus memenuhi tenggat untuk menyelesaikan evakuasi pada akhir Agustus. ”Penjaga kami juga mempertaruhkan nyawa di Bandara Kabul. Mereka pun menghadapi ancaman dari kelompok NIIS,” kata pejabat itu.
Merujuk keterangan seorang diplomat negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), laporan intelijen tentang ancaman serangan teror dari NIIS tidak dapat diabaikan. Berkumpulnya massa di sejumlah titik di pintu Bandara Kabul diduga kuat dapat menjadi sasaran teror.
”Pasukan Barat, dalam keadaan apa pun, tidak ingin berada dalam posisi untuk melancarkan serangan ofensif atau defensif terhadap siapa pun di Afghanistan. Mandat kami memastikan evakuasi berakhir pada 31 Agustus,” ungkap diplomat itu.
Sebelum ledakan bom, seorang juru bicara Taliban lain mengakui risiko gangguan di Afghanistan. Gangguan itu berpotensi terjadi, khususnya di Bandara Kabul.
Beberapa bulan setelah NIIS mendeklarasikan wilayah kekuasaannya di Irak dan Suriah pada 2014, para pejuang yang memisahkan diri dari Taliban Pakistan bergabung dengan militan di Afghanistan. Mereka membentuk cabang regional yang berjanji setia kepada pemimpin NIIS, Abu Bakr al-Baghdadi. Kelompok ini diakui pimpinan pusat NIIS setahun kemudian.
Kelompok itu secara resmi diakui oleh pimpinan pusat NIIS setahun kemudian. Mereka berakar di timur laut Afghanistan, khususnya provinsi Kunar, Nangarhar dan Nuristan. Cabang NIIS Itu juga berhasil mendirikan sel-sel tidur di bagian lain Pakistan dan Afghanistan, termasuk Kabul, menurut pemantau PBB.
”Khorasan” adalah nama historis untuk wilayah tersebut, mengambil bagian dari apa yang sekarang disebut Pakistan, Iran, Afghanistan, dan Asia Tengah. Kelompok cabang NIIS itu telah bertanggung jawab atas beberapa serangan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir. Aksi serangan mereka digelar di sejumlah tempat di Afghanistan dan Pakistan, termasuk di masjid, tempat suci, dan bahkan rumah sakit.
Lebih dari 80.000 orang telah dievakuasi dari Bandara Kabul sejak 14 Agustus 2021. Namun hingga Kamis (26/8/2021), kerumunan besar masih terjadi di luar bandara. Warga Afghanistan berbaur dengan warga asing, dan berharap dapat segera keluar dari Afghanistan.
Sejumlah pejabat Barat mengemukakan kemungkinan pengunduran batas waktu akhir evakuasi dari jadwal semula. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Taliban telah membuat komitmen untuk mengizinkan keberangkatan warga AS, warga Afghanistan, dan warga dari negara lain. Komitmen ini tetap berlaku setelah 31 Agustus.
Blinken berbicara beberapa jam setelah utusan Jerman untuk Kabul mengatakan hal serupa. Disebutkan, seorang juru runding Taliban telah meyakinkannya bahwa warga Afghanistan yang membawa dokumen sah dapat pergi setelah 31 Agustus. Presiden Biden mengonfirmasi keterangan ini. (AP/AFP/REUTERS/BEN/LAS)