Hasil Kajian Kasus Nyata Vaksin Covid-19 Efektif Cegah Kematian
Dalam kajian di Inggris dan Chile terungkap bahwa vaksin efektif mencegah terjadinya infeksi yang parah ataupun kematian. Namun warga tetap diminta untuk disiplin protokol kesehatan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
LONDON, RABU — Inggris dan Chile melakukan kajian mengenai keefektivan vaksin Covid-19 yang telah disuntikkan kepada masyarakat. Terungkap bahwa vaksin-vaksin tersebut efektif mencegah terjadinya infeksi yang parah ataupun kematian. Akan tetapi, para ahli kesehatan mewanti-wanti semua pemerintah agar tidak menarik napas lega dulu. Selama perkembangan virus masih terjadi, protokol kesehatan mutlak diterapkan.
Studi yang pertama dilakukan di Inggris melalui kerja sama perguruan tinggi Imperial College dan Ipsos MORI, perusahaan pengkajian pemasaran. Dalam hasil yang diumumkan pada Selasa (3/8/2021), mereka meneliti 98.233 hasil tes usap yang diambil secara acak pada periode 24 Juni hingga 12 Juli. Di dalamnya mencakup sampel dari orang yang telah diimunisasi Covid-19 lengkap dan tidak diimunisasi. Di Inggris, vaksin yang dipakai ialah merek Oxford-AstraZeneca.
Penelitian membuktikan bahwa imunisasi Covid-19 efektif mencegah terjadinya infeksi yang parah sebesar 50-60 persen. Dari sampel itu tampak satu dari 160 orang positif mengidap Covid-19. Prevalensi atau risiko penularan di orang yang tidak diimunisasi adalah 1,21 persen dan pada orang yang diimunisasi 0,40 persen. Artinya, pemberian vaksin mengurangi risiko penularan sampai dengan tiga kali lipat.
”Kami tetap meminta kepada pemerintah dan warga agar terus menjaga protokol kesehatan. Meskipun gejala Covid-19 pada orang yang telah diimunisasi terbukti tidak parah, kita tidak boleh lengah dengan protokol kesehatan,” kata epidemiolog Imperial College Paul Elliott yang menjadi koordinator tim peneliti.
Berdasarkan data Pemerintah Inggris, rata-rata kasus positif periode 20 Mei-7 Juni adalah 0,15 persen. Jumlahnya meningkat di kurun 24 Juni-12 Juli menjadi 0,63 persen akibat penyelenggaraan kejuaraan sepak bola Piala Eropa. Warga ramai berkerumun untuk menyaksikannya. Dari segi pasien positif, usianya juga semakin muda. Sebanyak 25 persen warga Inggris berusia 5-24 tahun dan kini mereka adalah 50 persen dari total pasien positif Covid-19.
Sejauh ini, mulai terjadi penurunan jumlah kasus, meskipun belum ada kejelasan penyebabnya. Misalnya, pada hari Senin (2/8/2021) jumlah kasus harian ada 21.952 kasus dan pada Selasa (3/8/2021) kasus baru ada 21.691. Sejumlah dugaan berdasarkan penelitian tersebut ialah saat ini sedang libur musim panas sehingga anak-anak tidak berkumpul di sekolah. Masyarakat juga lebih banyak berada di luar ruangan menikmati sinar matahari. Meskipun demikian, juga ada dugaan bahwa jumlah masyarakat yang mengikuti tes cepat Covid-19 menurun karena apabila terbukti positif, mereka terpaksa mengambil cuti tanpa gaji ataupun upah.
Sinovac dan vaksin Barat
Di Chile, pemerintah melakukan kajian berdasarkan kasus nyata. Mereka memantau perkembangan kasus positif pada 8,6 juta penduduk yang diimunisasi memakai vaksin Sinovac buatan China, 4,5 juta warga yang disuntik vaksin Pfizer-BioNTech, dan 2,3 juta orang yang menerima Oxford-AstraZeneca. Secara keseluruhan 60 persen rakyat Chile telah diimunisasi Covid-19.
Hasilnya adalah Sinovac sukses mencegah infeksi parah sebesar 58,5 persen. Vaksin ini juga 89 persen sukses mencegah orang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan 86 persen mencegah kematian. Adapun Pfizer 87,7 persen efektif mencegah infeksi dan 100 persen mencegah kematian. AstraZeneca 68,7 persen efektif cegah infeksi dan 100 persen cegah kematian.
”Kita tetap harus menggenjot program imunisasi. Kalau tidak, galur-galur baru akan terus berkembang dan efikasi vaksin akan berkurang,” kata pejabat kesehatan Pemerintah Chile Rafael Araos yang mengumumkan hasil penelitian.
Harian The Santiago Times mengabarkan, Chile juga telah menyetujui pemakaian vaksin Sputnik V buatan Rusia yang diproduksi di dalam negeri. Uji klinis membuktikan efikasi Sputnik V mencapai 91,6 persen. Pemerintah Chile telah memesan 3-4 juta dosis yang diperuntukkan bagi warga berusia 18 tahun ke atas, kecuali perempuan hamil karena Sputnik V belum pernah diujicobakan ke mereka.
Dalam media Medical Daily, peneliti senior kesehatan global Fakultas Kedokteran Universitas Southampton, Inggris, Michael Head menulis esai bahwa hendaknya jangan sampai ada politisasi vaksin Covid-19. Berbagai negara Barat menyerang efikasi vaksin buatan China, yaitu Sinovac dan Sinopharm yang berbasis teknologi virus yang dilemahkan dengan vaksin Barat yang berbasis mRNA, seperti Pfizer dan Moderna.
”Bukti kasus nyata di setiap negara jauh lebih penting dibandingkan dengan uji klinis di laboratorium karena di situ kita bisa melihat kinerja setiap vaksin. Tidak boleh lupa juga variabel penting seperti jumlah penduduk yang telah divaksin dibandingkan dengan total penduduk suatu negara, penegakan protokol kesehatan, dan kecepatan program vaksinasi,” paparnya.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 19 Juli menyebutkan, angka Covid-19 global mengalami kenaikan 12 persen. Penyebabnya ialah ketimpangan program imunisasi Covid-19 di berbagai negara. Negara-negara maju umumnya telah mengimunisasi 60 persen penduduknya, sebaliknya untuk satu Benua Afrika yang terdiri atas 54 negara secara keseluruhan baru mengimunisasi 4,7 persen penduduknya.
”Pada akhirnya, pemakaian jenis vaksin tergantung kepada kemampuan pengadaan dan penyimpanan setiap negara. Hal terpenting ialah setiap vaksin Covid-19 yang bekerja adalah vaksin yang berguna,” kata Head. (AFP/Reuters)