Dorong Vaksinasi Covid-19, AS Tidak Akan Tutup Wilayah di Tengah Merebaknya Galur Delta
Untuk mencegah penularan dan perburukan infeksi Covid-19, Amerika Serikat memilih mengoptimalkan program vaksinasi.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Kasus positif Covid-19 di Amerika Serikat akibat merebaknya galur Delta terus meningkat. Akan tetapi, pemerintah federal, negara bagian, dan kota tidak merencanakan melakukan pembatasan wilayah. Sebaliknya, mereka lebih mendorong agar masyarakat segera mengikuti program vaksinasi Covid-19.
”Jumlah warga yang mendapat dosis lengkap vaksin Covid-19 semakin bertambah. Jika jumlahnya menjadi mayoritas secara nasional maupun perkotaan, kemungkinan besar kita tidak perlu melakukan penutupan wilayah,” kata penasihat kesehatan untuk Presiden AS, Anthony Fauci, Senin (2/8/2021).
Sebagai tindakan pencegahan, Fauci menyarankan agar masyarakat tetap memakai masker, terutama ketika berada di ruang tertutup untuk umum, seperti kafe, restoran, dan angkutan publik. Selain itu, ia juga mengatakan menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan sebisa mungkin dilakukan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mencatat, sejak awal pandemi di bulan Maret 2020, terdapat 35,1 juta kasus positif Covid-19. Angka kematian mencapai 618.407 jiwa. Negara Bagian California memiliki akumulatif kasus positif tertinggi, yaitu 4 juta kasus. Disusul oleh Texas dengan 3,1 juta kasus, Florida dengan 2,6 juta kasus, dan New York dengan 2,1 juta kasus.
Namun, selama dua hari terakhir, Florida dan Texas menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu sepertiga dari kasus harian nasional. Negara-negara bagian di wilayah selatan ini dikenal sebagai wilayah yang konservatif dan mayoritas masyarakatnya menolak divaksin Covid-19.
Meskipun angka kasus tinggi, Gubernur Florida Ron deSantis tidak mewajibkan pemakaian masker, termasuk di sekolah. ”Memakai masker atau tidak adalah pilihan individu. Demikian juga untuk para siswa di sekolah, terserah orangtua masing-masing,” ujarnya.
Menurut CDC, 60 persen penduduk berusia 12 tahun ke atas di AS sudah divaksin lengkap. Sebagian besar berada di negara-negara bagian utara yang berhaluan politik liberal ataupun moderat. Masyarakatnya relatif tidak resisten terhadap program vaksinasi Covid-19.
Tidak membuat kebal
Permasalahannya, kampanye vaksin Covid-19 dinilai masyarakat tidak transparan karena menjanjikan kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2. Baru beberapa pekan belakangan media-media arus utama menerbitkan artikel bahwa vaksin tidak memberikan kekebalan, tetapi mencegah agar gejala Covid-19 yang diderita tidak parah ataupun mengakibatkan kematian.
Di Negara Bagian Lousiana, misalnya, tiga perempat kasus positif ada pada orang-orang yang telah divaksin Covid-19, termasuk tenaga kesehatan. Sebanyak 6.000 perawat jatuh sakit dan terpaksa cuti sehingga banyak rumah sakit kekurangan tenaga.
Kesalahpahaman mengenai vaksin ini terlihat dari banyaknya acara-acara publik yang mendatangkan keramaian. Salah satunya di Provincetown, Negara Bagian Massachusetts, yang mengadakan festival musik pantai pekan lalu. Travis Dagenais (35), seorang peserta acara ini, tertular Covid-19, padahal sudah divaksin Covid-19.
”Saya dan banyak orang termakan kepercayaan vaksin membuat kebal sehingga kami tenang-tenang saja ikut acara keramaian tanpa memakai masker,” katanya. Dagenais mengaku gejala Covid-19 yang dialaminya hanya berupa flu ringan.
Sejumlah pemerintah daerah mulai menjadikan vaksin sebagai kewajiban. Misalnya di Negara Bagian New York dan New Jersey. Setiap petugas kesehatan, staf panti jompo, petugas angkutan umum, dan sipir di lembaga pemasyarakatan wajib mengikuti program vaksinasi Covid-19.
Ada pula pemerintah daerah yang mengambil langkah memberi imbalan bagi warganya yang mau diimunisasi. Contohnya di Henry County, Negara Bagian Georgia. Setiap guru dan tenaga pendidik yang divaksinCovid-19 akan diberi bonus gaji 1.000 dollar AS.
Sementara itu, surat kabar The Guardian melaporkan, di Negara Bagian Missouri yang konservatif kian banyak warga meminta divaksin Covid-19. Priscilla Frase, dokter sekaligus kepala bidang humas kesehatan Klinik Ozarks, mengatakan, fasilitas kesehatan itu banyak menerima warga yang diam-diam meminta divaksin.
”Mereka datang memakai topi, kacamata hitam, dan masker agar wajahnya tidak dikenali. Kepada staf kami, mereka mengaku tidak bilang-bilang kepada keluarga ataupun teman untuk divaksin Covid-19 karena takut dikucilkan,” ujarnya. (AP/AFP/Reuters)