Covid-19 ”Pulang Kampung”, Wuhan Gelar Tes Massal pada Seluruh Penduduknya
Setelah satu tahun lebih bebas dari Covid-19, kota Wuhan di China menemukan tujuh kasus baru hasil penularan domestik. Untuk mencegah persebaran virus, otoritas kota itu menggelar tes Covid-19 bagi seluruh penduduknya.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
WUHAN, SELASA — Pemerintah kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, kini menggelar tes massal untuk seluruh penduduknya setelah ditemukan tujuh infeksi baru Covid-19. Penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 ini ”mudik” ke Wuhan, tempat pertama kalinya virus tersebut ditemukan pada Desember 2019, setelah kota itu bebas dari infeksi dalam waktu lebih dari satu tahun terakhir.
Otoritas berwenang di Wuhan, Selasa (3/8/2021), mengatakan bahwa mereka akan mengadakan tes massal Covid-19 untuk seluruh penduduknya. Langkah itu diambil setelah instansi dan lembaga terkait pengendalian Covid-19, Senin (2/8/2021), mengumumkan tujuh kasus infeksi baru pertama dalam lebih dari setahun ini. Kasus itu terjadi akibat penularan lokal di antara pekerja migran.
Kasus Covid-19 di dunia ditemukan pertama kali di Wuhan pada pertengahan Desember 2019 hingga menyebar ke seluruh dunia. Setelah 76 hari menjalani karantina ketat pertama akibat Covid-19 tahun lalu, Wuhan menyatakan bebas setelah satu pasien terakhir keluar dari rumah sakit pada akhir April 2020.
Kini petugas menemukan tujuh kasus baru pertama dalam setahun terakhir. Li Tao, pejabat senior pemerintah kota berpenduduk 11 juta jiwa itu, Selasa, mengatakan bahwa petugas akan ”dengan cepat meluncurkan pengujian asam nukleat komprehensif untuk semua penduduk kota”.
Foto-foto dari Wuhan menunjukkan para pengunjung supermarket memborong semua barang kebutuhan pokok hingga rak-rak barang kosong. Warga menimbun kebutuhan sebagai persiapan jika pemerintah menerapkan penguncian yang ketat, seperti pada awal pandemi. Mereka belajar dari pengalaman tahun lalu ketika kota Wuhan terputus dari dunia luar selama 76 hari akibat penguncian ketat untuk menekan penyebaran Covid-19.
Para pejabat di Wuhan berusaha menenangkan warga dengan mengunggah berbagai imbauan dan seruan di media sosial, Selasa ini. Mereka berjanji ”menenangkan suasana panik penduduk kota”. Diumumkan, toko juga berjanji menjaga stabilitas harga dan rantai pasokan kebutuhan pokok.
Mao (27), warga Wuhan, mengaku tidak khawatir akan kemunculan kasus baru karena ”Wuhan telah memiliki segudang pengalaman”, termasuk vaksinasi yang dilakukan secara masif. ”Saya sama sekali tidak khawatir kota ini akan dikunci lagi,” katanya.
Sementara itu, daerah tujuan wisata Zhangjiajie di Provinsi Hunan, China tengah, Selasa ini, juga tiba-tiba mengumumkan bahwa warga dilarang bepergian keluar kota. Larangan diumumkan setelah otoritas menutup semua tempat wisata dan pusat pertunjukan serta melarang semua warga kota hingga wisatawan meninggalkan Zhangjiajie.
”Semua penduduk, wisatawan, dan personel lainnya dilarang meninggalkan Zhangjiajie,” demikian isi pemberitahuan singkat yang diterbitkan media lokal, Zhangjiajie Daily, yang dikelola Partai Komunis China (PKC) wilayah setempat.
Seruan tinggal di rumah
Di tingkat nasional, China saat ini sebenarnya sedang berjuang melawan pandemi Covid-19 terbesarnya dalam beberapa bulan terakhir. Pada 2 Agustus, China daratan telah mencatat 93.193 kasus infeksi yang dikonfirmasi dengan jumlah kematian kumulatif tetap pada angka 4.636 kasus.
Otoritas meminta penduduk di semua kota besar untuk tinggal di rumah saja, memutus jaringan transportasi, dan meluncurkan pengujian massal. Beijing melaporkan ada 90 kasus infeksi baru harian pada Senin dan 61 kasus infeksi domestik pada Selasa.
Komisi Kesehatan Nasional China menyebutkan, jumlah infeksi baru harian yang dilakukan pada Senin itu turun delapan kasus jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, yakni 98 kasus harian. Kasus baru ini seluruhnya akibat Covid-19 varian Delta. Penyebaran yang cepat telah menjadi soal tersendiri bagi strategi China yang ingin bebas dari Covid-19 dan memiliki vaksin buatan sendiri.
Pemerintah lokal di kota Yangzhou, dekat Nanjing, juga telah memerintahkan penduduk untuk tinggal di rumah saja setelah hasil tes massal menemukan 40 infeksi baru selama sehari terakhir. Lebih dari 1,3 juta penduduk Yangzhou sekarang dikurung di rumah mereka. Setiap rumah tangga diizinkan diwakili oleh hanya satu orang untuk berbelanja kebutuhan pokok.
Pengumuman itu muncul setelah kota Zhuzhou, dekat Zhangjiajie, menerapkan kebijakan serupa dalam beberapa hari terakhir terhadap lebih dari 2 juta penduduknya. Bulan lalu, wabah Covid-19 dari Nanjing juga menyebar ke Hunan setelah orang-orang di kluster bandara menghadiri pertunjukan teater di Zhangjiajie.
Tes massal
Gelombang terbaru mengancam keberhasilan China yang pada pertengahan Juli lalu melaporkan lebih dari 400 kasus penularan domestik. Sementara petugas kebersihan bandara di Nanjing, Provinsi Jiangsu, telah memicu infeksi di lebih dari 20 kota yang tersebar di belasan provinsi.
Kota-kota besar, termasuk ibu kota Beijing, kini telah melaksanakan tes Covid-19 kepada jutaan penduduknya sambil menutup kompleks-kompleks perumahan dan mengisolasi kontak-kontak terdekat. Beijing sebelumnya membanggakan keberhasilannya dalam mengendalikan pandemi, sehingga memungkinkan ekonomi pulih dan aktivitas normal lagi saat sebagian besar dunia masih berjuang menanggulangi pandemi.
Jutaan orang juga masih berada di bawah pembatasan pergerakan di Australia. Pihak berwenang telah berjuang untuk menghentikan penyebaran varian Delta yang sangat menular di kota-kota negara itu. Lebih dari 3.600 kasus baru tercatat sejak pertengahan Juni. Meski sekitar 15 persen dari 25 juta orang di Australia telah divaksinasi penuh, pemerintah tetap mengandalkan penguncian untuk memperlambat penyebaran virus.
Virus varian Delta ini bahkan telah menyebar di beberapa negara tempat program vaksinasi relatif berhasil. Amerika Serikat mengalami gelombang baru penularan yang dipicu oleh varian Delta, yang membuat fasilitas sakit rawat inap penuh sesak lagi untuk pertama kali setelah musim panas lalu.
Di tingkat global, infeksi Covid-19 telah mencapai lebih dari 200 juta kasus, lebih dari 4 juta orang meninggal. (AFP/REUTERS)