Taliban Kepung Kandahar, Tembakkan Tiga Roket ke Bandara
Dua roket kelompok Taliban menghantam landasan pacu Bandar Udara Kandahar, Afghanistan selatan. Tak ada laporan korban jiwa dalam serangan ini. Otoritas Afghanistan terpaksa menghentikan penerbangan dari dan ke kota itu.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
KANDAHAR, MINGGU — Otoritas Afghanistan, Minggu (1/8/2021) dini hari, menghentikan penerbangan dari dan ke Bandar Udara Kandahar, kota terbesar kedua setelah Kabul, menyusul serangan tiga roket pada Sabtu malam. Kelompok Taliban terus mengepung Kandahar setelah merebut sebuah distrik utama di kota itu.
Dua roket di antaranya menghantam landasan pacu bandara di kota tersebut. Tidak ada laporan soal korban jiwa dalam serangan itu. Kandahar adalah kota bekas benteng terakhir Taliban sebelum pemerintahan kelompok tersebut jatuh pada 2001.
”Tadi malam, tiga roket ditembakkan ke bandara. Dua di antaranya menghantam landasan pacu. Semua penerbangan dibatalkan,” kata Kepala Bandara Kandahar Massoud Pashtun, Minggu pagi. Seorang pejabat otoritas penerbangan sipil di Kabul mengonfirmasi serangan roket tersebut.
Serangan roket itu terjadi di tengah kian menguatnya posisi Taliban di seluruh negeri. Menurut Pashtun, pekerjaan perbaikan landasan pacu sedang berjalan dan diharapkan bandara segera beroperasi lagi.
Pangkalan udara Kandahar, kota di Afghanistan selatan, sangat penting untuk mendukung ketersediaan dan suplai logistik, serta kekuatan udara untuk menjaga agar Taliban tidak merebut kota itu. Fasilitas ini juga penting untuk memberikan perlindungan udara bagi sebagian besar wilayah Afghanistan selatan.
Serangan ke bandara itu terjadi saat Taliban beringsut lebih dekat untuk menguasai dua ibu kota provinsi lainnya, yakni Herat di barat dan Lashkar Gah di selatan. Keberhasilan Taliban selama ini sebagian besar terjadi di daerah perdesaan yang jarang penduduknya.
Dalam beberapa pekan ini, Taliban telah meningkatkan tekanan pada beberapa ibu kota provinsi dan merebut pos-pos lintas batas utama ke Asia Tengah dan Asia Selatan. Perebutan pusat kota besar mana pun di Afghanistan memicu kekhawatiran bahwa tentara Afghanistan tak mampu melawan Taliban.
Pada awal Juli lalu, puluhan keluarga warga Distrik Panjwai mengungsi setelah Taliban merebut distrik utama di Kandahar. Panjwai adalah salah satu dari beberapa distrik yang direbut Taliban dari pasukan pemerintah yang telah melarikan diri.
Kelompok Taliban juga terus memperluas wilayah mereka di Afghanistan utara, yang berbatasan dengan negara-negara Asia Tengah. Saat itu, Taliban merebut beberapa distrik dari pasukan Afghanistan yang melarikan diri, sebagian bahkan menyeberangi perbatasan ke Tajikistan.
Keuntungan teritorial yang paling signifikan bagi Taliban diperoleh sejak AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memulai tahap akhir penarikan personel militer mereka sejak awal Mei 2021. Serangan kelompok militan itu kini semakin gencar saat penarikan pasukan asing mendekati batas akhir pada 31 Agustus ini.
Taliban telah berminggu-minggu melancarkan serangan mematikan di pinggiran kota Kandahar, bekas benteng pertahanan terakhir mereka sebelum jatuh oleh invasi AS pada 2001. Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Taliban hampir merebut kota berpenduduk lebih dari 600.000 jiwa itu.
Pemerintah di Kabul telah berulang kali menyangkal keuntungan teritorial Taliban selama musim panas karena wilayah-wilayah yang dikuasai Taliban dinilai kurang memiliki nilai strategis. Pasukan Pemerintah Afghanistan berjuang melawan serangan Taliban di beberapa kota besar, Minggu ini, ketika kelompok tersebut meningkatkan serangan secara nasional, termasuk menembakkan roket ke Bandara Kandahar.
Ratusan pasukan komando juga dikerahkan ke Herat, ibu kota Provinsi Herat, Afghanistan barat. Sementara pihak berwenang di Lashkar Gah, ibu kota Provinsi Helmand, Afghanistan selatan, meminta Kabul mengirim lebih banyak pasukan untuk membendung serangan Taliban.
”Pertempuran sedang berlangsung di dalam kota dan kami telah meminta pasukan khusus untuk dikerahkan di kota itu,” Ataullah Afghan, Kepala Dewan Provinsi Helmand.
”Kota ini dalam kondisi terburuk. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi,” kata Halim Karimi, warga Lashkar Gah, kota berpenduduk 200.000 jiwa. ”Taliban tidak akan mengasihani kami. Pemerintah juga tidak akan menghentikan pengeboman.”
Rumah sakit dibom
Seorang pemilik rumah sakit swasta di Afghanistan mengatakan, Angkatan Udara Afghanistan mengebom fasilitasnya pada Sabtu, menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya. Dia mengatakan, rumah sakit menjadi sasaran karena militer menyakini pejuang Taliban dirawat di sana.
Mohammad Din Narewal, pemilik Rumah Sakit Khusus Ariana Afghanistan, mengatakan bahwa pejabat Pemerintah Provinsi Helmand mengabarkan, rumah sakitnya di Lashkar Gah telah menjadi sasaran serangan udara. Rumah sakit kecil itu memiliki 20 tempat tidur.
”Sebenarnya tidak ada Taliban di rumah sakit itu,” kata Narewal. Kementerian Pertahanan Afghanistan tidak segera menanggapi peremintaan konfirmasi dari wartawan AP yang telah berusaha menghubungi mereka.
”Saya diberi tahu ada kesalahan karena mereka diberi informasi yang salah bahwa Taliban ada di dalam rumah sakit itu,” katanya. Taliban sebenarnya menerima perawatan di rumah sakit lain di kota itu.
Lebih jauh ke barat, pertempuran berlanjut di pinggiran kota Herat pada Sabtu malam dengan serangan udara yang menarget posisi Taliban. Juru bicara gubernur Provinsi Herat, Jailani Farhad, mengatakan bahwa sekitar 100 anggota Taliban tewas dalam serangan itu.
Pasukan keamanan Afghanistan semakin mengandalkan serangan udara untuk mendorong gerilyawan mundur dari kota-kota provinsi. Namun, mereka juga menghadapi risiko mengenai warga sipil di daerah-daerah berpenduduk padat.
Baik Taliban maupun pasukan pemerintah cenderung membesar-besarkan klaim mereka tentang korban pada pasukan lawan. Jumlah yang sebenarnya sulit diverifikasi secara independen.
Pada Minggu ini, Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan, ratusan pasukan komando telah dikirim ke Herat untuk memukul mundur serangan kelompok Taliban. ”Pasukan ini akan meningkatkan operasi ofensif dan menekan Taliban di Herat,” cuit kementerian itu di Twitter.
Taliban sebelumnya telah merebut beberapa kota, tetapi hanya berhasil sebentar mempertahankannya. Taliban menyerbu Kunduz dua kali pada 2015 dan 2016. Mereka sempat menguasai kota Ghazni setelah membakar gedung-gedung utama pemerintah dan menghancurkan menara telekomunikasi.
Dalam beberapa pekan terakhir, angkatan udara Pemerintah Afghanistan, yang didukung oleh militer AS, sejauh ini mampu mencegah kelompok Taliban menguasai daerah-daerah perkotaan. Meskipun dalam tahap akhir penarikan, militer AS juga telah melancarkan serangan udara yang menarget Taliban. ”Militer AS telah terlibat dalam cara yang terbatas,” kata Duta Besar AS di Kabul Ross L Wilson kepada jurnalis minggu ini. (AFP/AP)