Serukan Pemerataan Vaksin Global, WHO Sebut Pemberian Dosis Ketiga sebagai ”Keserakahan”
Belum ada bukti, pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 akan menimbulkan kekebalan yang dibutuhkan. Negara-negara kaya diimbau mementingkan pemerataan distribusi vaksin dibandingkan membaginya untuk kepentingan sendiri.
Oleh
Mahdi Muhammad
·6 menit baca
GENEVA, SELASA — Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tidak merekomendasikan pemberian vaksin dosis ketiga untuk meningkatkan kekebalan tubuh, seperti keinginan sejumlah negara. WHO menilai ketimpangan suplai vaksin yang berdampak pada percepatan dan pemerataan vaksinasi global saat ini lebih penting, terutama di negara-negara miskin dan tertinggal.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (12/7/2021), mengatakan bahwa disparitas atau kesenjangan vaksinasi saat ini terjadi karena apa yang disebutnya sebagai ”keserakahan”. Dia pun meminta dan mendorong para produsen vaksin untuk memprioritaskan vaksin yang mereka produksi untuk negara-negara miskin dibandingkan dengan melobi pemerintahan negara kaya untuk kembali menggunakan hasil produksinya.
”Varian Delta menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan kasus baru dan juga kematian. Varian Delta kini telah ditemukan di lebih dari 104 negara di dunia,” kata Tedros.
Setelah menikmati penurunan laju infeksi selama 10 pekan, jumlah kematian akibat varian Delta di seluruh dunia mulai meningkat lagi. Afrika, Amerika, Eropa dan Asia hingga Australia kini mengalami laju infeksi yang sangat cepat. Berbanding terbalik dengan kecepatan program vaksinasi karena keterbatasan stok vaksin.
Dua perusahaan bioteknologi yang mengembangkan vaksin Covid-10, yaitu Pfizer dan Moderna, sepakat untuk memasok platform distribusi vaksin global, Covax. Namun, jumlahnya sangat minim dibandingkan dengan pasokan untuk pembelian langsung dari negara-negara kaya. Akibatnya, pasokan vaksin bagi negara-negara miskin masih terbatas.
Dampak keterbatasan vaksin yang ada di pasaran membuat program vaksinasi di 60 negara miskin terhenti. Pemasok vaksin terbesar platform Covax pun, yaitu Serum Institute of India (SII), tidak bisa menjanjikan apa pun karena kebutuhan di dalam negeri India juga sangat besar.
Pfizer telah bertemu sejumlah pejabat pada otoritas kesehatan Amerika Serikat, Senin (12/7/2021), untuk bisa mendapatkan otorisasi penggunaan dosis ketiga bagi warga yang sudah mendapatkan dua dosis vaksin. Mereka berargumentasi, dosis ketiga menjadi sangat penting untuk memunculkan kekebalan tubuh yang baru setelah terjadi penurunan kekebalan tubuh setelah jangka waktu tertentu, terutama saat berhadapan dengan varian Delta.
Seusai pertemuan dengan Pfizer, Senin lalu, juru bicara Departemen Layanan Warga dan Kesehatan AS menekankan bahwa warga AS yang telah memperoleh vaksinasi penuh tidak perlu mendapatkan suntikan penguat (booster).
”Kesenjangan global pasokan vaksin Covid-19 sangat tidak merata. Beberapa negara dan kawasan sebenarnya telah memesan jutaan dosis untuk booster, penguat imunitas tubuh, sebelum negara lain memiliki pasokan untuk memvaksin pekerja kesehatan mereka dan kelompok-kelompok paling rentan,” kata Tedros.
Tedros menyatakan, pilihan para produsen vaksin dan negara-negara kaya memesan vaksin booster adalah sebuah pilihan sadar untuk tidak melindungi orang-orang atau kelompok yang benar-benar membutuhkan. ”Sekarang, kita membuat pilihan dengan sadar untuk tidak melindungi mereka yang sebenarnya sangat membutuhkan,” ujarnya.
Prioritas vaksinasi
Tedros menegaskan, prioritas vaksinasi saat ini adalah orang-orang yang sama sekali belum pernah mendapat suntikan vaksin Covid-19. Selain itu, WHO menilai saat ini belum ada data ilmiah yang cukup valid tentang kekebalan tubuh yang bisa dibangun dengan pemberian vaksin dosis ketiga, terutama pada orang-orang yang sudah mendapatkan imunisasi lengkap atau dua suntikan.
”Pada titik ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa booster benar-benar diperlukan,” kata Dr Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan WHO.
Swaminathan menambahkan, WHO akan membuat rekomendasi perlu atau tidaknya dosis booster jika diperlukan. Namun, rekomendasi seperti itu tetap harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan data, bukan pernyataan dari setiap perusahaan yang mendesakkan keyakinan mereka bahwa vaksin tambahan harus diberikan sebagai dosis booster.
Michael Ryan, Kepala Kedaruratan WHO, menyarankan bahwa jika negara-negara kaya tetap memaksa memberikan dosis booster dibanding menyumbang dosis tersebut kepada negara miskin dan berkembang, pada masanya nanti mereka akan menilai keputusan itu sebagai sebuah keputusan yang salah. ”Kita akan melihat ke belakang dengan marah, dan saya pikir kita akan melihat ke belakang dengan rasa malu,” kata Ryan.
Dia menyatakan, kegagalan untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin ditambah dengan penolakan negara-negara kaya untuk membaginya dengan penduduk di negara miskin dan berkembang, sangat mengecewakan. ”Ini adalah orang-orang yang ingin memiliki kue dan memakannya. Kemudian mereka membuat kue lagi dan mereka ingin memakannya juga,” ujarnya menganalogikan situasi ketimpangan vaksin global.
Satu persen di negara miskin
Tom Hart, penjabat CEO kampanye ONE, sebuah kelompok advokasi, mencatat bahwa hanya 1 persen orang di negara-negara miskin yang telah menerima, bahkan satu dosis vaksin Covid-19.
”Gagasan bahwa orang yang sehat dan divaksinasi bisa mendapatkan suntikan booster sebelum perawat atau nenek di Afrika Selatan bisa mendapatkan satu suntikan adalah keterlaluan,” katanya.
Selain AS, Inggris juga sedang mempertimbangkan kemungkinan rencana vaksinasi booster di musim gugur. Menurut rencana, vaksin dosis ketiga ini menargetkan warga kelompok usia di atas 50 tahun dan kelompok warga yang paling rentan.
Kementerian Kesehatan Israel telah mengeluarkan petunjuk tentang pemberian vaksin dosis ketiga terhadap warga yang membutuhkan. Kemenkes Israel telah merilis kelompok khusus warga yang bisa mendapatkan dosis ketiga vaksin Pfizer-BioNTech, yaitu pasien penerima cangkok jantung, paru-paru dan ginjal, pasien kanker serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Dikutip dari laman The New York Times, Pusat Medis Sheba di dekat Tel Aviv mulai memberikan dosis ketiga kepada lusinan penerima transplantasi jantung pada Senin sore, satu jam setelah menerima lampu hijau dari Kementerian Kesehatan setempat.
”Sangat mendesak untuk melakukannya sekarang,” Prof Galia Rahav, Kepala Unit Penyakit Menular dan Laboratorium di Pusat Medis Sheba. Rumah sakit mengatakan, akan menguji dan melacak penerima suntikan ketiga untuk tujuan penelitian.
Dosis ketiga bagi tenaga kesehatan
Di beberapa negara, terutama yang banyak menggunakan vaksin Sinovac (China), pemberian dosis ketiga dibutuhkan bagi para tenaga kesehatan. Otoritas kesehatan di Thailand dan Indonesia, misalnya, merekomendasikan suntikan dosis ketiga vaksin Covid-19 guna mencapai imunitas bagi para tenaga kesehatan. Rekomendasi itu dibuat setelah banyak tenaga kesehatan terpapar Covid-19 meski telah mendapat dua kali suntikan vaksin.
Pejabat senior Kementerian Kesehatan Thailand, Sopon Iamsirithawon, Minggu (11/7/2021), mengungkapkan, lebih dari 600 tenaga kesehatan, yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac terpapar Covid-19. Data Kementerian Kesehatan Thailand per April-Juli 2021 menunjukkan, dari 677.348 tenaga kesehatan yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac, sebanyak 618 orang terinfeksi Covid-19. Seorang perawat meninggal, seorang tenaga kesehatan lainnya dalam kondisi kritis.
Jumat pekan lalu, Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin juga mengungkapkan, pemerintah akan memberikan suntikan dosis ketiga bagi 1,47 juta tenaga kesehatan dengan vaksin buatan AS, Moderna. Lebih dari selusin orang dari sekitar 1.000 tenaga kesehatan yang meninggal akibat Covid-19 telah mendapatkan vaksinasi penuh.
”Suntikan ketiga hanya akan diberikan kepada para tenaga kesehatan karena para tenaga kesehatan adalah orang yang bisa terpapar virus pada risiko tingkat tinggi setiap hari,” kata Budi dalam konferensi pers. ”Mereka harus dilindungi dengan cara apa pun.”
Pada Juni lalu, Pemerintah Chile juga tengah berdiskusi dengan para ahli kesehatan mengenai kemungkinan perlunya menyuntikkan dosis ketiga vaksinasi Covid-19. Chile sudah memvaksinasi 78 persen dari 19 juta penduduknya.
Sebanyak 61 persen sudah menerima suntikan vaksin Covid-19 lengkap. Jenis vaksin yang paling banyak digunakan ialah Sinovac. Pfizer-BioNTech, Cansino Biologics, dan AstraZeneca menyusul berikutnya. Akan tetapi, angka kasus positif belakangan melonjak lagi.
Wakil Menteri Kesehatan Chile Paul Daza mengatakan, dosis ketiga, apabila pemerintah memutuskan untuk dilakukan, akan diberikan mulai September. Pihaknya juga masih mencari tahu apakah dosis ketiga hanya dibutuhkan untuk vaksin jenis tertentu atau bagi semua jenis vaksin yang telah disuntikkan kepada rakyat. (AP/AFP/REUTERS/SAM)