Varian Baru Menyebar, Chile Pertimbangkan Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga
Pemerintah Chile tengah mempertimbangkan guna menyuntikkan dosis ketiga untuk vaksinasi Covid-19 kepada warganya. Pemikiran ini muncul menyusul lonjakan kasus di negara itu sejak Mei.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
SANTIAGO, RABU — Pemerintah Chile tengah berdiskusi dengan para ahli kesehatannya mengenai kemungkinan perlunya menyuntikkan dosis ketiga untuk vaksinasi Covid-19. Dosis ketiga ini diharapkan bisa memperkuat daya tahan tubuh terhadap penularan virus korona varian baru yang tengah menyebar dan lebih agresif, seperti Delta.
”Kami sedang memeriksa bukti-bukti ilmiah capaian daya tahan tubuh masyarakat yang telah tercapai. Nanti akan diputuskan perlu atau tidak menyuntikkan dosis ketiga,” kata Presiden Chile Sebastian Pinera, Selasa (22/6/2021).
Ia juga meminta agar generasi muda usia 18-30 tahun bersedia divaksinasi dan segera mendatangi pusat-pusat kesehatan terdekat. Rentang usia ini menunjukkan keengganan divaksinasi karena merasa sehat. Padahal, mereka merupakan kelompok yang paling banyak bergerak karena kebutuhan untuk bekerja.
Chile sudah memvaksinasi 78 persen penduduknya. Sebanyak 61 persen sudah menerima suntikan vaksin Covid-19 lengkap. Jenis vaksin yang paling banyak digunakan ialah Sinovac. Pfizer-BioNTech, Cansino Biologics, dan AstraZeneca menyusul berikutnya. Akan tetapi, angka kasus positif belakangan melonjak lagi.
Wakil Menteri Kesehatan Chile Paul Daza mengatakan, dosis ketiga, apabila pemerintah memutuskan untuk dilakukan, akan diberikan mulai September. Pihaknya juga masih mencari tahu apakah dosis ketiga hanya dibutuhkan untuk vaksin jenis tertentu atau bagi semua jenis vaksin yang telah disuntikkan kepada rakyat.
Sejak pertengahan Mei, Chile mencatatkan jumlah kasus Covid-19 rata-rata 7.000 kasus per hari alias meningkat. Sejumlah pakar kesehatan internasional menilai bahwa masih tingginya kasus di Chile tersebut karena mayoritas penduduk disuntik dengan vaksin buatan China yang efektivitasnya di bawah 70 persen. Namun, para pakar kesehatan dalam negeri mengatakan bahwa faktor penyebabnya adalah penerapan pelonggaran protokol kesehatan yang terlalu cepat.
Dilansir dari portal media Chile Daily, pemerintah memberikan izin keluar rumah ketika mayoritas masyarakat telah memperoleh dosis kedua vaksin Covid-19. Tempat-tempat umum, seperti mal, taman hiburan, dan angkutan umum, membuka akses bagi masyarakat sepanjang menunjukkan sertifikat telah divaksinasi.
Misalnya, pada 28 Mei, taman hiburan Fantasilandia dipenuhi pengunjung dan terminal-terminal bus antarkota sibuk melayani penumpang yang bepergian. Di saat yang sama, kasus positif hari itu mencapai 8.600 kasus. Animo pergerakan masyarakat itu tidak turun hingga sekarang.
Data Pemerintah Chile menunjukkan, 85 persen tempat tidur unit perawatan intensif (ICU) sudah terisi. Sebanyak dua pertiganya diisi oleh pasien positif Covid-19.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Valparaiso yang juga kepala rumah sakit kampus, Luis Ignacio de la Torre, mengungkapkan bahwa di kota tersebut rumah sakit sudah kewalahan.
Ada rumah sakit yang tingkat keterisiannya telah mencapai di atas 90 persen. Tenaga kesehatan berjibaku di ambang kelelahan. Sistem kesehatan nyaris ambruk. ”Kami terpaksa mengumumkan kepada masyarakat bahwa kalau gejala Covid-19 ringan atau tidak ada kondisi penyakit apa pun yang darurat, jangan datang ke rumah sakit karena sudah penuh,” ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Israel menyerukan agar penduduk kelompok usia 12-15 tahun turut divaksinasi. Hal ini karena muncul kluster-kulster penularan Covid-19 di sekolah-sekolah.
Sejumlah pakar kesehatan negara itu mengatakan, penularan varian Delta sedang berlangsung. Bahkan, penduduk yang telah menerima vaksin Covid-19 dengan dosis lengkap pun ikut tertular. Pada 22 Juni, Israel mencatat 125 kasus baru.
Israel telah memulai program vaksinasi warganya sejak Desember 2020. Dari 9,3 juta penduduk Israel, 55 persen divaksinasi dengan Pfizer-BioNTech.
Puncak penularan terjadi pada Januari 2021 dengan jumlah kasus mencapai 10.000 per hari. Selanjunya, penularan berangsur-angsur turun hingga 94 persen pada April. Atas dasar situasi ini, Pemerintah Israel pada pekan lalu memberanikan diri melonggarkan protokol kesehatan secara drastis. Masker tidak lagi wajib dan kumpul-kumpul juga diizinkan.
Kantor berita Haaretz melaporkan, tak lama setelah pelonggaran protokol kesehatan, muncul kasus-kasus baru. Guru-guru yang telah diimunisasi ikut tertular. Bahkan, menurut Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, terdapat tiga personel militer yang telah divaksinasi, tetapi kini positif mengidap Covid-19. Data pemerintah menyebutkan, sepertiga dari kasus baru ini adalah orang-orang yang telah divaksinasi lengkap.
Terhadap peningkatan kasus yang terjadi belakangan, Kementerian Kesehatan Israel mengumumkan akan mengimunisasi anak berusia 12-15 tahun. Akan tetapi, keputusan untuk melakukannya di tangan orangtua masing-masing anak.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), akumulasi kasus Covid-19 per 23 Juni mencapai 178,7 juta kasus. Sebanyak 3,88 juta kasus berakhir dengan kematian. Sementara vaksin yang telah disuntikkan 2,41 miliar dosis. (REUTERS/DNE)