Perundingan di Iran, Perang di Afghanistan
Perwakilan Pemerintah Afghanistan dan pimpinan Taliban berunding di Teheran, Iran, Rabu (7/7/2021). Pada saat yang sama, di sejumlah wilayah di Afghanistan, perang antara pasukan pemerintah dan Taliban berlangsung.
KABUL, RABU - Perwakilan pemerintah Afghanistan dan pimpinan kelompok Taliban berunding di Teheran atas mediasi pemerintah Iran, Rabu (7/7/2021). Sementara di Afghanistan, pertempuran antara pasukan pemerintah Afghanistan bersama milisi sipil melawan Taliban masih terus berlangsung.
Mewakili Taliban dalam perundingan tersebut adalah Kepala Biro Politik Taliban di Qatar, Abbas Stanekzai. Sementara pemerintah Afghanistan diwakili mantan Wakil Presiden Afghanistan Yunus Qanooni beserta delegasi.
Perundingan perdamaian tingkat tinggi tersebut merupakan kelanjutan dari rangkaian dialog di Qatar yang lama mandeg akibat kebuntuan upaya diplomasi dan pecahnya kekerasan. Bahkan ketika perundingan berlangsung di Teheran, perang tetap berlangsung di Provinsi Badghis, wilayah bagian barat Afghanistan.
Baca juga Taliban Rebut Distrik Utama di Kandahar, Puluhan Warga Tinggalkan Rumah
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, menyatakan, situasi di Afghanistan amat genting. Oleh sebab itu, ia mendesak para pihak bertikai membuat keputusan demi masa depan Afghanistan. Iran siap memfasilitasi para pihak di Afghanistan untuk mencari solusi politik.
"Setelah kegagalan Amerika Serikat di Afghanistan, Iran siap mendampingi dialog dan menyelesaikan konflik yang sedang terjadi saat ini. Kembali ke meja perundingan dan berkomitmen mencapai solusi politik adalah pilihan terbaik," katanya.
Kembali ke meja perundingan dan berkomitmen mencapai solusi politik adalah pilihan terbaik.
Senin lalu, Presiden terpilih Iran Ebrahim Raeisi menelepon Perdana Menteri Pakistan Imran Khan untuk membahas Afghanistan. Iran dan Pakistan sama-sama berbatasan dengan Afghanistan. Raeisi mengaku khawatir dengan situasi Afghanistan yang terus memburuk.
Selama bertahun-tahun, Pakistan menyokong Taliban. Sementara Iran yang mayoritas syiah mendorong Taliban yang sunni untuk menjadi bagian pemerintahan Afghanistan.
Sementara perundingan berlangsung di Teheran, perang terus berlangsung di Afghanistan. Pada Rabu kemarin, milisi Taliban memasuki ibu kota Provinsi Badghis, Qala-e-Nau. Milisi Taliban dan pasukan serta milisi pendukung pemerintah dilaporkan masih baku tembak.
Gubernur Badghis, Hassamuddin Shams, bahkan dilaporkan mengenakan rompi dan helm anti peluru serta membawa senapan. Ia mengatakan akan melindungi ibu kota provinsi.
Beberapa pihak melaporkan, sejumlah pasukan pemerintah menyerah ke milisi Taliban pada Selasa malam. Sejak Mei 2021, Taliban mengklaim telah menduduki 150 dari 421 distrik di seluruh Afghanistan. Selain di Kandahar dan Helmand yang menjadi markas utama mereka, Taliban juga menduduki distrik-distrik di wilayah utara. Mereka antara lain merebut kembali Kunduz yang diduduki pasukan pemerintah pada 2016.
Baca juga Lebih dari 1.000 Tentara Afghanistan Kabur ke Tajikistan
Mereka juga menduduki provinsi-provinsi Afhganistan yang berbatasan dengan China dan Tajikistan seperti Baghlan, Takhar, dan Badakhshan. Hal ini membuat pemerintah Tajikistan meningkatkan penjagan perbatasan dengan mengerahkan sekitar 20.000 tentara di perbatasan. Rusia juga mengumumkan siap membantu Tajikistan mengamankan wilayahnya.
Eskalasi serangan Taliban membuat puluhan ribu warga mengungsi. Perserikatan Bangsa-bangsa menyebut, hampir 60.000 orang mengungsi dari Kunduz, Baghlan, Badakhshan dan Takhar setelah Taliban menguasai distrik-distrik itu.
Penasihat Keamanan Afghanistan, Hamdullah Mohib, menyatakan, pasukan pemerintah telah merebut lagi 14 distrik dari Taliban. Ia optimistis, ke depan akan semakin banyak distrik direbut lagi. Keyakinan ini antara lain karena pasukan pemerintah akan menerima tujuh helikopter serbu dari Amerika Serikat.
Sejalan dengan itu, Kementerian Pertahanan Afghanistan mulai menjemput lagi sebagian dari 1.037 tentaranya yang lari ke Tajikistan pekan lalu. Pada Senin malam, pesawat-pesawat Afghanistan menerbangkan hampir 300 tentaranya dari Tajikistan.
Mohib menyebut, para tentara itu lari karena kehabisan amunisi dan kebingungan dengan situasi yang memburuk. Sejumlah tentara yang lari menyebut, mereka bingung karena tidak ada kejelasan perintah dari para komandan. Mereka diterima di Tajikistan karena alasan kemanusiaan.
Kabul juga berencana memanfaatkan aset yang ditinggalkan Amerika Serikat dan sekutunya di pangkalan Bagram. AS dan sekutunya antara lain meninggalkan 700 kendaraan tempur di Bagram. Kini, hampir 3.000 tentara Afghanistan telah masuk ke pangkalan yang dikosongkan AS pada Jumat pekan lalu itu.
Bagram merupakan pangkalan dengan dua landas pacu dan bisa menampung hingga 100 jet tempur, beberapa helikopter serbu, dan beberapa pesawat angkut berat. Bagram dikelilingi tembok berlapis yang tahan ledakan dan dilengkapi kawat berduri.
Panglima Afghanistan di Bagram, Jenderal Mir Asadullah Kohistani, menyebut AS dan koalisinya pergi diam-diam. “Kami mendengar isu mereka akan pergi. Ternyata pada pukul 07.00 pagi, pangkalan benar-benar kosong,” kata dia.
Kini, pasukan Kohistani berusaha mencari cara menggunakan aneka aset militer yang ditinggalkan AS. Ada sejumlah senapan ringan dengan amunisi terbatas. Sementara sejumlah senjata altileri nyaris tanpa amunisi. Ada pun kendaraan-kendaraan tempur ditinggalkan tanpa kunci sehingga belum bisa dinyalakan.
Pasukan Kohistani juga tengah mencari cara mempertahankan penjara dekat pangkalan. Penjara itu menampung sedikitnya 5.000 orang. Sebagian dari mereka merupakan petinggi Taliban dan Al Qaeda. Hal itu membuat penjara tersebut rawan disebut Taliban dan Al Qaeda. Kala AS masih di Bagram, Taliban tidak berani mendekati penjara yang dikendalikan Afghanistan sejak 2013 tersebut.
Dalam pernyataan pada Selasa, Komando Tengah AS, yang membawahkan operasi AS di Afghanistan, mengumumkan 90 persen pasukan dan aset militer AS telah ditarik dari Afghanistan. Penarikan peralatan menggunakan 984 penerbangan pesawat C-17. Di Afghanistan, hanya tersisa perlengkapan yang dinilai tidak strategis.
Kendaraan operasional yang ditinggalkan diparkir di pangkalan Bagram. AP/RAHMAT GULDalam beberapa pekan terakhir dilaporkan, Taliban merebut berbagai kendaraan tempur yang ditinggalkan AS dan koalisinya di berbagai penjuru Afghanistan. Dengan kendaraan itu, mereka meningkatkan ke serangan ke wilayah yang masih dikuasai pemerintah.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan Fawad Aman mengatakan, di berbagai penjuru Afghanistan telah terbentuk milisi warga untuk menghadapi Taliban dan kelompok penentang pemerintah. Inisiatif ini menunjukkan warga muak dengan Taliban.
Milisi warga antara lain dibentuk di distrik Salangi. Seorang anggota parlemen setempat, Zahir Salangi, mendadak jadi komandan pasukan beranggota 500 milisi itu. Mereka menembaki rumah, serta membakar rumah, ladang, dan toko. Mereka tidak memberi ampun pada siapa pun, “ kata salah seorang milisi bernama Daoud.
Warga melawan karena Taliban dinilai keji dan membantai siapa pun yang tidak mendukung mereka. “Mereka menembaki rumah, membakar rumah, ladang, dan toko. Mereka tidak memberi ampun pada siapa pun,“ kata salah seorang milisi bernama Daoud.
Baca juga Kemunduran Dunia Intelijen Amerika di Afghanistan
Baca juga Perwakilan Asing Batasi Kegiatan di Afghanistan
Baca juga Turki Berambisi Kelola dan Amankan Bandara Kabul
Seorang tentara Afghanistan, Amir Amiri, menyebut bahwa milisi rela berkorban demi melindungi tanah air mereka. Mereka tahu tidak ada bayaran apa pun dan bisa kehilangan nyawa.
Sementara Gubernur Logar, Abdul Quayom Rahimi, mengajak ratusan milisi bersenjata berparade di ibu kota Loga, Pol-e Alam. Ia menyebut, banyak orang memintanya membentuk milisi untuk menghadapi Taliban. Warga ingin menunjukkan bahwa Taliban tidak akan diterima. (AFP/REUTERS/RAZ)