Tunisia Ajukan Draf Resolusi Atasi Konflik Bendungan Sungai Nil
Konflik antara Sudan, Mesir, dan Etiopia soal bendungan di Sungai Nil Biru belum menemui titik terang. Tunisia berinisiatif mengakhiri kebuntuan melalui Dewan Keamanan PBB.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
NEW YORK, RABU — Pemerintah Tunisia telah mengajukan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB, yang mendesak Addis Ababa menghentikan pengisian bendungan raksasa di Sungai Nil Biru. Etiopia, Mesir, dan Sudan diminta melanjutkan negosiasi guna mengakhiri kebuntuan diplomatik antarmereka.
Sumber-sumber diplomatik, dikutip dari AFP, Rabu (7/7/2021), mengatakan, negosiasi untuk mengakhiri pertikaian antara Etiopia, Sudan, dan Mesir dipraksai Uni Afrika dan PBB. Ketua Uni Afrika Cyril Ramaphosa dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memimpin langsung upaya tersebut.
Rancangan resolusi PBB terkait Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) atau Bendungan Hidase itu diajukan Tunisia di tengah eskalasi ketegangan antara Etiopia, Sudan, dan Mesir. Meski Sudan dan Mesir meminta Addis Ababa menghentikan pengisian dan mendahulukan negosiasi, Etiopia bergeming dan melanjutkan pengisian air tahap dua GERD di Nil Biru.
Sungai Nil Biru yang berhulu di Etiopia adalah salah satu dari dua anak sungai utama Sungai Nil yang selama musim hujan menyumbang hingga 80 persen bagi debit air Sungai Nil.
Jika pengisian airnya rampung, bendungan Etiopia itu dapat menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar di Afrika. Namun, bendungan itu menyebabkan ketegangan diplomatik selama hampir satu dekade antara Etiopia dan dua negara hilir di Sungai Nil, yakni Mesir dan Sudan.
Addis Ababa mengatakan, proyek GERD amat penting bagi kelanjutan pembangunan di Etiopia. Namun, Kairo dan Khartoum khawatir proyek tersebut bisa membatasi akses air warga mereka.
Mesir dan Sudan mendesak Etiopia agar terlebih dahulu meneken kesepakatan yang lebih mengikat atas pengisian dan operasi GERD. Kedua negara hilir Sungai Nil itu juga meminta DK PBB untuk menjadi penengah.
Dalam rancangan resolusi PBB usulan Tunsia disebutkan, ”Mesir, Etiopia, dan Sudan agar melanjutkan negosiasi atas undangan bersama Ketua Uni Afrika dan Sekjen PBB. Negosiasi terkait naskah perjanjian yang mengikat tentang pengisian dan pengoperasian GERD agar dituntaskan dalam waktu enam bulan.”
Teks rancangan resolusi PBB itu menyebutkan, perjanjian itu harus ”memastikan kemampuan Etiopia untuk menghasilkan (listrik) tenaga air dari GERD sambil mencegah potensi bahaya yang signifikan pada keamanan air negara-negara hilir”.
Dalam berkas rancangan resolusi juga disebutkan, ”Tiga negara agar tidak mengeluarkan pernyataan apa pun, atau mengambil tindakan apa pun, yang dapat membahayakan proses negosiasi. Juga mendesak Etiopia menahan diri dari terus mengisi reservoir GERD secara sepihak.”
Kairo, Senin malam, diberitahu oleh Addis Ababa bahwa pengisian tahap kedua telah dimulai di GERD di Sungai Nil Biru. Khartoum juga telah menerima pemberitahuan serupa pada Selasa kemarin.
Addis Ababa sebelumnya mengumumkan akan melanjutkan ke pengisian tahap kedua pada Juli, dengan atau tanpa kesepakatan. Oleh karena langkah Etiopia bisa memperburuk ketegangan, Tunisia—anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB—meminta pertemuan darurat pada Kamis besok terkait bendungan itu atas nama Mesir dan Sudan.
Belum diketaui kapan DK PBB akan menetapkan tanggal pemungutan suara pada rancangan resolusi yang diajukan Etiopia tersebut. Namun, sumber-sumber diplomatik mengatakan, pertemuan darurat mustahil dapat digelar pada Kamis (8/7/2021) besok.
Kementerian Irigasi Mesir pada Senin malam menyatakan ”penolakan tegas terhadap tindakan sepihak ini” oleh Etiopia. Menyusul Mesir, Kementerian Luar Negeri Sudan pada Selasa menyebutkan, langkah Etiopia melanjutkan pengisian GERD sebagai ”risiko dan ancaman yang akan segera terjadi”.
Di Addis Ababa, Kantor Perdana Menteri Abiy Ahmed dan Menteri Irigasi Seleshi Bekele tidak menanggapi permintaan komentar wartawan.
Bendungan Renaisans Etiopia setinggi 145 meter, yang pembangunannya dimulai pada 2011, memiliki reservoir dengan total kapasitas 74 miliar meter kubik. Pengisian dimulai tahun lalu. Etiopia pada Juli 2020 mengatakan, pengisian untuk mencapai target 4,9 miliar meter kubik sudah dianggap cukup untuk menguji dua turbin pertama bendungan.
Kantor berita AP mengatakan, GERD senilai 4,6 miliar dollar AS itu diharapkan pada musim hujan dapat menampung 13,5 miliar meter kubik air Sungai Nil Biru. Sebuah saluran listrik sepanjang 650 kilometer telah selesai dibangun untuk menghubungkan listrik yang dihasilkan dari GERD ke jaringan listrik Etiopia.
Dengan tercapainya kapasitas pembangkit listrik penuh pada tahun 2023, GERD dapat menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar di Afrika dan terbesar ketujuh di dunia. (AFP/AP)