China Gelar Latihan Pendaratan Amfibi di Laut China Selatan
China mempersiapkan kemungkinan menghadapi perang amfibi. Latihan perang di Laut China Selatan ini menggunakan kapal untuk memproyeksikan kekuatan darat dan udara di pesisir yang dinilai rawan konflik.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
BEIJING, SELASA — Media China, Selasa (8/6/2021), melaporkan, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China belum lama ini telah menggelar latihan pendaratan amfibi di Laut China Selatan. Latihan itu untuk mempersiapkan China akan kemungkinan menghadapi perang amfibi yang timbul di masa depan akibat perlawanan dari Taiwan dan untuk menghadapi kekuatan Amerika Serikat.
Situs berita Global Times milik Pemerintah China menyebutkan, latihan pendaratan amfibi digelar di perairan pesisir Fujian, China tenggara. Latihan itu melibatkan kapal pendarat yang mengangkut sejumlah besar kendaraan lapis baja, unit serbu, prajurit, dan unit perbekalan.
Menurut media China tersebut, para ahli mengatakan bahwa latihan pendaratan amfibi itu untuk membangun dasar yang kuat dan konkret untuk China. Dengan latihan itu kelak China bisa memenangi kemungkinan pertempuran melawan separatis Taiwan dan AS. Beijing meradang karena provokasi terbaru AS dengan mengirimkan pesawat angkut militer ke Taiwan.
Dilaporkan, Laut China Selatan telah mengalami ”peningkatan tajam” dalam frekuensi, intensitas, dan ketepatan pengintaian jarak dekat militer AS di China sejak 2009. Pengintaian jarak dekat itu selalu menjadi hambatan utama hubungan militer China-AS. Situasi itu dinilai serius dan berisiko.
Pengintaian diduga berkaitan dengan konflik di Laut China Selatan dan kepentingan AS di Taiwan, yang disebut sebagai wilayah atau provinsi pembangkang oleh Beijing. Untuk meningkatkan keamanan dan pengamanan wilayah, China merasa penting menggelar latihan perang amfibi.
Latihan pendaratan atau perang amfibi ini menggunakan kapal untuk memproyeksikan kekuatan darat dan udara di pesisir yang dinilai rawan konflik.
Angkatan Laut PLA menggunakan satu kapal induk yang dirancang untuk mendaratkan pasukan, material, dan kendaraan, termasuk kendaraan lapis baja, bongkar muat barang, serta penempatan pasukan komando, seperti komando dukungan strategis dan pasukan roket. Selain itu, latihan pendaratan amfibi juga melibatkan kapal patroli cepat dan perahu karet.
Sebuah laporan terpisah oleh China Central Television (CCTV) menyebutkan, Tentara Grup ke-72 PLA baru-baru ini melakukan latihan pendaratan amfibi di wilayah pesisir China tenggara. Pasukan mengeksplorasi taktik pemuatan darurat, transportasi jarak jauh, dan serangan pantai di bawah situasi laut yang rumit, serta meningkatkan kemampuan dukungan tempur amfibi personel.
Dengan terus-menerus berlatih di bawah situasi laut yang rumit dan medan perang amfibi, pasukan dapat lebih mengintegrasikan kinerja mereka dengan senjata dan peralatan. Song Zhongping, pakar militer, mengatakan kepada Global Times, Selasa, bahwa latihan itu untuk membangun dasar yang kuat dan konkret untuk menghadapi kemungkinan perang di masa depan di kawasan.
Pengumuman latihan pendaratan amfibi itu datang beberapa hari setelah pendaratan pesawat angkut militer AS di Taipei, untuk membawa tiga senator, Minggu (6/6/2021). Meski ketiga senator itu datang sebagai bentuk penegasan janji pemerintahan Presiden Joe Biden untuk memberikan bantuan 750.000 dosis vaksin Covid-19 kepada Taiwan, China menilainya sebagai provokasi.
Taiwan mengaku mengalami kesulitan untuk memperoleh vaksin akibat dihalang-halangi China. Untuk itulah, Washington mengirim tiga senatornya, yakni Tammy Duckworth dan Christopher Coons dari Partai Demokrat serta Dan Sullivan dari Partai Republik. Mereka terbang menggunakan pesawat Angkatan Udara AS jenis C-17 Globemaster III.
Itu untuk pertama kalinya pejabat AS memakai pesawat militer ke Taiwan. Biasanya, kunjungan pejabat AS ke Taiwan selalu menggunakan pesawat jet privat ataupun komersial. Beijing marah karena langkah AS ini dinilai sebagai provokasi besar yang berpotensi memicu perang. Namun, Washington tetap menegaskan bahwa tiga senator itu mengemban misi kemanusiaan.
Sementara itu, Angkatan Laut Amerika Serikat saat ini sedang menanti kehadiran kapal perang serbu amfibi America-class Angkatan Laut ke-3, USS Bougainville. Kapal itu diklaim sebagai yang terbaik dan paling mematikan di kelasnya itu. USS Bougainville masih dalam proses perakitan dan akan mulai dioperasikan pada 2024, seperti dilaporkan National Interest.