Muncul 180 Kasus Baru Covid-19, Taiwan Langsung Berlakukan Pembatasan Ketat
Taiwan, salah satu negara yang dinilai paling sukses mengendalikan pandemi Covid-19, langsung memberlakukan pembatasan sosial secara ketat setelah menemukan ”hanya” 180 kasus baru.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
TAIPEI, SABTU — Pemerintah Taiwan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial yang ketat di wilayah ibu kota Taipei dan sekitarnya selama dua minggu setelah menemukan 180 kasus penularan domestik Covid-19. Semua tempat publik, seperti bioskop, bar, kelab malam, kafe, dan tempat-tempat olahraga, ditutup. Untuk pertama kalinya, Taiwan juga mengharuskan warganya mengenakan masker apabila berada di luar ruang.
Pemerintah Taiwan mengumumkan kebijakan baru ini, Sabtu (15/5/2021). Taipei juga meminta seluruh rakyatnya bekerja dan belajar dari rumah saja. Selain itu, ada ketentuan pembatasan jumlah anggota keluarga dan teman yang boleh berkumpul. Apabila mereka berada di ruang tertutup, hanya boleh lima orang yang berkumpul. Sementara di luar ruang, diperbolehkan maksimal 10 orang.
Menteri Kesehatan Taiwan Chen Shih-chung mengatakan bahwa latar belakang pengetatan pembatasan sosial ini karena adanya tingkat risiko di daerah-daerah berisiko, seperti Distrik Wanhua di Taipei. ”Ini satu-satunya cara supaya penularan bisa dikendalikan dan ditangani,” ujarnya.
Sejak wabah Covid-19 melanda dunia, Taiwan merupakan salah satu negara yang dikenal paling sukses dalam menangani pandemi dan dampak-dampaknya. Dari sekitar 24 juta penduduknya, Taiwan melaporkan hanya kurang dari sekitar 1.500 kasus penularan, 12 kasus di antaranya meninggal. Mayoritas kasus Covid-19 di sana berasal dari luar Taiwan.
Selama ini Taiwan belum pernah memberlakukan kebijakan isolasi total atau pembatasan sosial yang ketat seperti sekarang. Karena tak banyak kasus ditemukan di Taiwan, kehidupan warga Taiwan tak berubah banyak.
Kini, masyarakat dan Pemerintah Taiwan khawatir karena kasus penularan dalam negeri meningkat tiga kali lipat dari 100 pada pekan lalu menjadi 344 pada pekan ini. Wali Kota Taipei, Ko Wen-je, mengimbau warganya agar tetap tinggal di rumah saja demi keselamatan bersama. Kegiatan belajar-mengajar juga diminta dilakukan secara daring untuk sementara.
”Di saat-saat seperti ini, jika tidak ada keperluan mendesak, lebih baik tinggal di rumah saja. Jika terpaksa keluar rumah, pakai masker agar tidak tertular,” ujar Ko.
Di media sosial beredar foto-foto warga Taiwan memadati toko serba ada untuk membeli keperluan sehari-hari, seperti tisu dan mi instan. Kementerian Ekonomi Taiwan menjanjikan semua kebutuhan hidup sehari-hari warga tetap tersedia sehingga masyarakat tidak perlu menimbun.
Untuk mengendalikan Covid-19, Taiwan sudah memesan jutaan dosis vaksin ke
Moderna Inc dan AstraZeneca Plc. Sampai saat ini jumlah vaksin yang sudah diterima tak banyak karena stok vaksin dunia yang kurang dan tingkat partisipasi vaksinasi yang rendah.
Bukan hanya Taiwan yang harus menghadapi kenaikan kasus baru Covid-19. Di China daratan pun dilaporkan ada 14 kasus baru penularan lokal. Kasus pertama penularan lokal ditemukan pada salah seorang warga yang bepergian dari Liaoning ke Anhui. Kini, jumlah total kasus Covid-19 di China mencapai 90.829 kasus dan 4.636 orang di antaranya tewas.
Malaysia juga kewalahan dengan 44 kasus kematian akibat kasus baru Covid-19. Kementerian Kesehatan Malaysia mengumumkan terdapat 4.140 kasus selama empat hari sehingga total kasus mencapai 466.000 kasus, sebanyak 1.866 orang di antaranya tewas. Ini kasus terbanyak ketiga di kawasan Asia Tenggara setelah Indonesia dan Filipina.
Singapura mulai hari Minggu (16/5/2021) juga memperketat pembatasan sosial setelah muncul kasus penularan yang sulit dilacak. Mulai hari Minggu hingga 13 Juni mendatang, kumpulan orang dibatasi hanya boleh dua orang. Restoran-restoran hanya diperbolehkan melayani pesanan untuk dibawa pulang. Perusahaan-perusahaan yang diperintahkan untuk memberlakukan bekerja dari rumah bagi yang bisa melakukan hal itu.
”Pola komunitas yang tidak terkait dengan kasus lokal telah muncul dan terus ada,” kata Kementerian Singapura melalui pernyataan resminya, Jumat. ”Hal ini mengkhawatirkan karena ada kemungkinan sudah muncul kasus yang tak diketahui di komunitas dengan kemungkinan adanya penularan di komunitas. Langkah-langkah kami sebelumnya dan yang selama ini berjalan mungkin kurang memadai.”
Jumlah kasus baru Covid-19 di negara itu meningkat dari 48 kasus pada pekan sebelumnya menjadi 71 kasus dalam sepekan terakhir. Kenaikan penularan terjadi di kluster terkait dengan Bandar Udara Changi.
Pengetatan pembatasan sosial di Singapura terjadi sebelum Singapura dan Hong Kong memulai gelembung perjalanan udara, yang sempat tertunda, pada 26 Mei mendatang. Dengan gelembung perjalanan itu, warga Singapura dan Hong Kong itu bisa bepergian antardua wilayah tersebut tanpa harus menjalani karantina.
Menteri Transportasi Singapura Ong Ye Kung, seperti dikutip harian The Straits Times, mengungkapkan bahwa Singapura ”kemungkinan besar” tidak dapat memenuhi kriteria gelembung perjalanan udara tersebut. (REUTERS/AP/SAM)