Paman Sam, Korban Terbaru Uletnya Perlawanan Orang Afghanistan
Upaya-upaya penaklukan oleh kekuatan-kekuatan luar terhadap Afghanistan gagal karena kerajaan dan suku-suku Afghanistan sulit ditundukkan. Terakhir, Amerika Serikat juga ditarik mundur dari negara itu mulai 1 Mei lalu.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
Dalam hampir 2.600 tahun terakhir, Darius hingga Bush pernah memimpin pasukan terkuat di Bumi. Dari banyak negara yang pernah diserbu pasukan-pasukan itu, ada Afghanistan yang tidak berhenti melawan sampai tentara pendudukan keluar.
Darius I dari Persia memasukkan Lembah Kabul sebagai salah satu taklukannya pada abad ke-6 Sebelum Masehi (SM). Daerah taklukan Darius Agung itu termasuk Gandhara yang wilayahnya kini menjadi Kabul di Afghanistan hingga Peshawar di Pakistan. Dalam Mahabharata, karya sastra kuno dari India yang menceritakan perang besar antara Pandawa dan Kurawa, Gandhara dicatat sebagai daerah asal Sengkuni yang menjadi paman para Kurawa.
Darius juga menduduki daerah yang kini menjadi Kandahar di Afghanistan dan Quetta di Pakistan. Sejak masa Darius sampai sekarang, daerah-daerah itu didiami suku Pasthun, etnik utama yang menguasai Pemerintah Afghanistan dan Pakistan sekaligus juga milisi Mujahidin dan Taliban.
Sementara Alexander Agung dari Macedonia menduduki daerah yang kini menjadi Afghanistan pada abad ke-4 SM. Pasukan Darius Agung dan Alexander Agung kerap disebut sebagai salah satu dari militer-militer terkuat sebelum Masehi. Dalam kajian ilmiah ataupun produk populer, kehebatan tentara Alexander Agung dan Darius Agung banyak direkam.
Tidak hanya dua pasukan itu yang pernah menduduki daerah yang kini menjadi Afghanistan. Pada awal abad ke-13, pasukan Genghis Khan menyerbu dan menghancurkan hampir semua infrastruktur yang dibangun berbagai kerajaan dalam 15 abad sebelum pasukan Mongol datang.
Secara faktual, Mongol hanya benar-benar berkuasa di Afghanistan selama dua tahun. Keturunan Genghis Khan, Timur Leng, berkuasa lebih panjang dan menjadi patron sosiolog-filosof politik Ibnu Khaldun dan sejarawan Hafizi Abru.
Pada abad ke-16, orang-orang India mulai menaklukkan Afghanistan. Upaya-upaya itu gagal karena kerajaan dan suku-suku Afghanistan sulit ditundukkan.
Sementara pada 1883, untuk pertama kali Inggris berperang dengan Afghanistan. Total ada tiga peperangan Afghanistan dengan Inggris, dua di antaranya dimenangi London. Meski kalah, Afghanistan tidak pernah tunduk karena terus-menerus melawan sampai akhirnya London menarik pasukan setelah pendudukan-pendudukan singkat selepas perang.
Afghanistan relatif damai dan menunjukkan tanda modernisasi pada 1947-1973. Kala Raja Zahir Shah sedang berada di Italia pada 1973, iparnya yang bernama Daoud Khan melancarkan kudeta. Daoud, yang dekat dengan Uni Soviet, mengakhiri monarki dan menjadi presiden pertama Afghanistan.
Pada 1978, Muhammad Tariki yang juga dekat dengan Moskwa melancarkan kudeta terhadap Daoud. Tidak sampai 1,5 tahun, Tariki dikudeta oleh sesama komunis Afghanistan. Meski pengganti Tariki juga komunis, Moskwa tidak senang dan menyerbu Afghanistan pada 24 Desember 1979.
Presiden Pakistan Zia Ul Haq dan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter terkejut dengan keputusan Moskwa. Carter terkejut karena beberapa bulan sebelumnya, intelijen AS meyakini Moskwa tidak akan menginvasi Kabul. Invasi itu membuat Pakistan semakin dekat dengan pasukan Moskwa. Karena itu, Zia Ul Haq menggalang komunitas internasional untuk membantu perlawanan milisi Afghanistan.
Pakistan menjadi penyalur dana dan aneka senjata untuk milisi Afghanistan. Dalam biografi LB Moerdani yang ditulis wartawan Kompas, Julius Pour, terungkap bahwa Indonesia ikut membantu menyalurkan senjata untuk milisi Afghanistan.
Dengan sokongan sebagian dana dari Arab Saudi, Indonesia membeli sejumlah persenjataan dari Israel. Pesawat yang mengirimkan persenjataan itu sempat singgah di pangkalan Diego Garcia milik AS di Samudra Hindia. Operasi itu dinamai Karpet Terbang.
Operasi siklon
Secara tidak resmi, AS memang sudah terlibat di perang Afghanistan lebih dari 40 tahun. Dalam buku What We Won yang ditulis Bruce Riedel, Carter setuju Badan Pusat Intelijen AS (CIA) menggunakan hingga 500.000 dollar AS untuk operasi di Afghanistan pada 1979.
Dari tahun ke tahun, jumlah dananya membengkak hingga lebih dari 10 juta dollar AS per tahun. Hasilnya, aktivitas dalam sandi operasi Siklon itu adalah Uni Soviet mundur dari Afghanistan pada 1989. Penambahan dana itu, antara lain, disarankan oleh Penasihat Keamanan Nasional AS Zbigniew Brzezinski.
Penarikan pasukan Moskwa bukan berarti masalah selesai. Mujahidin yang banyak dibantu AS bertransformasi menjadi Taliban dan resmi berkuasa pada 1996. Washington awalnya tidak terlalu banyak bertindak.
George Bush memutuskan menyerbu Afghanistan setelah Menara Kembar di Manhattan dan sejumlah lokasi di AS diserang pada 11 September 2001. Untuk pertama kali, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menggunakan Pasal 5 dalam perjanjian mereka. Pasal itu menetapkan, serangan terhadap salah satu anggota NATO adalah serangan terhadap semua anggota NATO.
Operasi yang dinamai "Mempertahankan Kebebasan" itu bertujuan memburu Osama bin Laden dan Al-Qaeda yang dipimpinnya. Osama dan Al-Qaeda bertanggung jawab atas peristiwa 11 September 2001. Sementara Taliban sudah bertahun-tahun memberi tempat bagi konglomerat asal Arab Saudi itu.
Taliban terguling pada Desember 2001 dan bergerilya sejak itu. Di Pakistan pada 2011, Osama akhirnya dibunuh tentara AS. Sementara bertahun sebelumnya, Al Qaeda praktis sudah tidak berdaya. Tujuan utama ”Operasi Mempertahankan Kebebasan” sudah tercapai.
Namun, setelah 19,5 tahun sejak AS menyerbu Afghanistan, Taliban yang terutama diperkuat orang Pasthun tidak kunjung menyerah. Wilayah yang dikendalikan Taliban lebih banyak dibandingkan dengan yang dikendalikan pasukan Pemerintah Afghanistan.
Setelah menghabiskan triliunan dollar AS, Washington akhirnya memutuskan keluar dari Afghanistan. Negara yang dikenal sebagai Uncle Sam alias Paman Sam itu tidak pernah benar-benar menaklukkan Afghanistan.
Pasthun tidak kalah, tidak juga menang. Orang-orang yang sesuku dengan Sengkuni itu terus-menerus melawan sampai akhirnya Paman Sam memutuskan mundur. (AFP/REUTERS)