Taliban melancarkan total 66 serangan dalam 10 hari terakhir. Selain aparat, serangan Taliban juga menewaskan 60 warga sipil dan melukai 180 lainnya.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
KABUL, SENIN — Taliban dan kelompok bersenjata di Afghanistan menunjukkan penolakan berdamai dengan pasukan pemerintah. Mereka menyerang sejumlah patroli polisi dan menewaskan 12 polisi pada Minggu (25/4/2021). Rangkaian serangan terjadi kala Amerika Serikat mulai menarik pasukan dari Afghanistan.
Serangan terjadi di Logar dan Kandahar. Dalam serangan Taliban terhadap patroli polisi di Distrik Mohammad Agha, tujuh polisi tewas. Korban tengah berjaga di tambang tembaga setempat.
Sementara di Kandahar, pengebom bunuh diri meledakkan diri di kendaraan polisi. Akibatnya, lima polisi tewas dalam serangan di Distrik Maiwand itu.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan menyebut, Taliban melancarkan total 66 serangan dalam 10 hari terakhir. Selain aparat, serangan Taliban juga menewaskan 60 warga sipil dan melukai 180 lainnya.
Taliban terus menyerang aparat dan milisi pendukung pemerintah Afghanistan, meski bertahun-tahun proses perdamaian diupayakan. Dalam berbagai kesempatan, Taliban memang kerap menolak berdamai dengan Kabul.
Taliban pernah berkuasa di Afghanistan pada 1991-2001. Kekuasaan mereka praktis berakhir setelah Amerika Serikat melancarkan operasi Perisai Perdamaian pada 2001.
AS menyerbu Afghanistan untuk memburu Al Qaeda dan Osama bin Laden. Al Qaeda dianggap bertanggung jawab atas peristiwa 11 September 2001. Kala itu, dua pesawat dibajak lalu ditabrakkan ke menara kembar World Trade Center di Manhattan, New York. Taliban dituding memberikan perlindungan kepada Bin Laden dan para pemimpin Al Qaeda.
Peristiwa 11 September 2001 menjadi penyebab Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk pertama kali menggunakan Pasal 5 dalam perjanjian mereka. Pasal itu menegaskan, serangan terhadap salah satu anggota NATO adalah serangan terhadap seluruh anggota NATO. Karena itu, NATO membantu AS menyerbu Afghanistan. Pendudukan Afghanistan menjadi perang terpanjang AS di luar negeri.
Penarikan
Setelah 20 tahun pendudukan, AS terus mengurangi jumlah pasukan di Afghanistan. Dari melebihi 100.000 tentara, kini AS menyisakan tidak sampai 3.000 tentara di sana. Pada 14 April 2021, Presiden AS Joe Biden mengumumkan seluruh pasukan AS harus ditarik dari Afghanistan sebelum September 2021. “Sejak (kematian Osama) itu, alasan kita tetap di Afghanistan menjadi semakin tidak jelas,” ujar Biden.
Pasukan AS membunuh Osama di Pakistan pada 2011. Seharusnya, kematian Osama menjadi alasan penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Sebab, satu dari dua alasan utama serbuan ke Afghanistan sudah tercapai.
Panglima Operasi AS di Afghanistan Jenderal Scott Miller mengatakan, proses penarikan sudah dimulai. ”Kami akan mengurangi pasukan AS meniadi nol. Kami akan mengembalikan pangkalan ke Kementerian Pertahanan dan pasukan Afghanistan. Semua pasukan memulai penarikan. Secara resmi memang hari pertama dimulai pada Mei. Walakin, di sini kami juga sudah memulai lebih dulu,” ujarnya pada Minggu (25/4/2021) di Kabul.
Semua peralatan yang tidak akan dibawa pulang akan diberikan kepada aparat Afghanistan. ”Kami akan memastikan aparat Afghanistan memiliki pangkalan, peralatan, dan perlengkapan penting untuk kebutuhan militer,” ujarnya.
Selama proses penarikan, sisa pasukan AS dan negara sekutu AS dalam kapasitas siaga penuh. Meski menarik tentara AS dari Afghanistan, Biden memastikan tidak akan membiarkan Taliban berulah. ”Taliban harus tahu jika mereka menyerang saat kita mundur, kita akan mempertahankan diri,” ujarnya.
Dalam penelitian Brown University, perang di Afghanistan telah berkembang hingga ke 80 negara, termasuk Irak dan Suriah. Washington menghabiskan 6,4 triliun dollar AS sejak 2001 sampai 2020 untuk mendanai perang-perang itu.
Dalam laporan The New York Times, perang Afghanistan saja menyedot 2 triliun dollar AS. ”Kita tidak bisa meneruskan kehadiran pasukan di Afghanistan, berharap menciptakan kondisi ideal untuk penarikan dan mengharapkan hasil berbeda,” ujar Biden.
Ke depan, AS akan mengerahkan asetnya untuk melawan teror di Afghanistan dan luar Afghanistan. Kini, kelompok teror berkembang pula di Afrika, Eropa, dan tentu saja Timur Tengah. (AFP/REUTERS)