Bantuan Medis dari Negara Lain Mulai Mengalir ke India
Krisis kesehatan akibat Covid-19 di India tidak bisa dihadapi sendiri oleh negara Asia Selatan itu. Negara-negara di dunia, termasuk pihak swasta, juga perlu turun tangan membantu.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW DELHI, SELASA — Sejumlah negara di dunia bahkan perusahaan swasta membantu India yang saat ini sedang disapu gelombang infeksi kedua Covid-19 yang lebih dahsyat dari sebelumnya. Bantuan sudah mulai mengalir ke negara Asia Selatan ini, Selasa (27/4/2021).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi mengunggah foto kiriman pertama bantuan medis dari Inggris yang termasuk 100 ventilator dan 95 konsentrator oksigen.
Negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Jerman, Israel, dan Pakistan, juga telah menjanjikan bantuan medis untuk India. Mereka akan memasok oksigen, alat tes, obat, ventilator, dan alat pelindung diri.
Sementara Perancis dijadwalkan mengirim alat bantu pernapasan, perlengkapan untuk ruang perawatan intensif (ICU), dan delapan generator oksigen akhir pekan ini. Menurut Presiden Perancis Emmanuel Macron, setiap generator dapat melengkapi satu rumah sakit dengan 250 tempat tidur selama beberapa tahun.
Kementerian Luar Negeri Perancis menambahkan, Perancis akan mengirim mesin pernapasan, pompa, dan wadah oksigen medis cair yang bisa membantu hingga 10.000 pasien sehari.
The Washington Post melaporkan bahwa AS yang selama ini ”menimbun” puluhan juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca akan memberikan sebagian vaksin tersebut kepada India. Setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS selesai mengkaji aspek keamanan vaksin tersebut, maka akan segera dikirim ke negara lain, termasuk India.
Menurut Gedung Putih, keputusan tersebut tidak akan memengaruhi program vaksinasi Covid-19 di AS karena vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak mendapat izin penggunaan di AS. Namun, belum jelas berapa banyak vaksin yang akan disumbangkan kepada India.
Kasus baru meningkat
China yang menggelar konferensi virtual bersama Afghanistan, Pakistan, Nepal, Sri Lanka, dan Bangladesh membahas pandemi Covid-19 mengajak India untuk bergabung. ”Pertemuan ini terbuka untuk semua negara Asia Selatan, termasuk India,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin.
Sejumlah perusahaan, seperti Tata Group, Reliance Industries Ltd, Jindal Steel and Power, juga turun tangan membantu memenuhi kebutuhan oksigen untuk rumah sakit.
Perusahaan farmasi, Gilead Sciences Inc, juga akan mengirimkan minimal 450.000 vial obat antivirusnya, remdesivir, kepada India. Gilead juga akan memacu produksi remdesivir-nya. Di India, remdesivir telah mendapat izin untuk digunakan dalam keadaan darurat untuk mengobati pasien Covid-19 parah.
Lonjakan kasus Covdi-19 di India didorong oleh sejumlah faktor, mulai dari pengabaian protokol kesehatan hingga munculnya varian virus SARS-CoV-2 yang memiliki dua mutasi yang bisa menghindari antibodi yang terbentuk dari vaksin.
Pada Selasa (27/4), India melaporkan lebih dari 323.144 kasus baru Covid-19 hingga membawa total kasus Covid-19 di negara itu menjadi 17,6 juta kasus. Penambahan kasus ini menurun dibandingkan dengan lima hari sebelumnya yang trennya terus meningkat. Namun, penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh sedikitnya tes yang digelar pada akhir pekan kemarin, bukan karena penyebarannya yang terkendali.
Kementerian Kesehatan India juga melaporkan tambahan 2.771 kasus meninggal karena Covid-19 sehingga total kasus meninggal menjadi 197.894 kasus. Para pakar menyebutkan bahwa jumlah kematian yang sesungguhnya di lapangan sangat mungkin lebih dari itu.
Otoritas kesehatan India mendesak warga untuk menggunakan masker ketika di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19. ”Saatnya orang untuk mulai memakai masker, termasuk ketika di dalam rumahnya,” kata VK Paul, Ketua Komite Kesiapsiagaan Kedaruratan Medis.
Kasus baru Taiwan
Sementara itu, Focus Taiwan melaporkan bahwa Taiwan mengidentifikasi kasus baru Covid-19 domestik keduanya dalam seminggu ini dan lima kasus impor. Kasus domestik tersebut adalah perempuan warga Indonesia berusia 40 tahunan yang merupakan istri dari pilot kargo China Airlines yang dinyatakan positif Covid-19 di Australia pada 20 April lalu.
Istri pilot itu kemudian diwajibkan menjalani karantina pada 21 April. Tes pada hari pertama dan kedua karantina menunjukkan hasil negatif. Namun, pada 26 April ia mulai menunjukkan gejala Covid-19. Hasil tes ketiga pada Selasa 27 April ternyata perempuan itu positif Covid-19. (AP/REUTERS)