India kini jadi episentrum pandemi Covid-19 dunia yang untuk lima hari berturut-turut melaporkan jumlah kasus baru tertinggi di dunia. Berbagai negara turun tangan membantu India yang kewalahan dengan lonjakan kasus.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW DELHI, SELASA — Sejumlah negara turun tangan membantu India yang kini menjadi episentrum pandemi Covid-19 global. New Delhi melaporkan kasus harian tertinggi di dunia dalam lima hari berturut-turut. Kasus meninggal akibat Covid-19 di negara Asia Selatan ini juga melonjak menembus angka tertinggi selama pandemi terjadi, Senin (26/4/2021).
Kementerian Kesehatan India melaporkan penambahan 352.991 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir sehingga total kasus Covid-19 di India menjadi 17,3 juta kasus. Adapun kasus meninggal dalam 24 jam terakhir mencapai 2.812 kasus sehingga total menjadi 195.123 kasus meninggal.
Pasokan tabung oksigen di banyak fasilitas pelayanan kesehatan habis. Akibatnya, keluarga pasien dibiarkan membawa sendiri keluarga mereka yang positif Covid-19 dan butuh perawatan untuk pergi dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain serta mencari tabung oksigen dan tempat perawatan.
Merespons situasi di India, Amerika Serikat dan Inggris mengirimkan bantuan ventilator dan bahan vaksin kepada India, Senin (26/4/2021). Perancis, Jerman, Irlandia, dan Kanada juga menjanjikan bantuan serupa.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, satu dari sembilan pesawat yang membawa kontainer berisi logistik kesehatan dari Inggris, termasuk ventilator dan tabung oksigen, dijadwalkan mendarat di India, Selasa (27/4/2021) pagi. Menurut Johnson, Inggris akan ”melakukan apa pun” untuk membantu.
Sementara Gedung Putih menyebutkan, AS akan mengirim bahan produksi vaksin, obat, alat tes, ventilator, dan alat pelindung diri sesegera mungkin ke India. Washington tidak menyebutkan, apakah juga akan mengirim sebagian dari 30 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca yang ditimbun.
Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau, Minggu (25/4/2021), menulis di Twitter bahwa negaranya siap membantu dan telah ”berkomunikasi dengan otoritas India, apa yang bisa dibantu oleh Kanada saat ini”.
Para pakar sejak jauh-jauh hari telah mengatakan bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang aman dari Covid-19 sehingga semuanya aman. Itu sebabnya negara-negara kaya diharapkan mau membantu negara miskin dan berkembang dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Kehabisan oksigen
Di media sosial dan siaran televisi, warga yang putus asa memohon bantuan tabung oksigen di luar rumah sakit. Ada juga warga di jalanan menangisi anggota keluarga mereka yang sedang berjuang melawan infeksi Covid-19, tetapi tak kunjung mendapatkan oksigen.
Seorang perempuan menangisi kematian saudara bungsunya yang berusia 50 tahun. Dia ditolak dua rumah sakit dan saudaranya yang terengah-engah karena suplai oksigennya menipis itu kemudian meninggal saat menunggu diperiksa di rumah sakit ketiga.
Perempuan itu menyalahkan pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi atas krisis yang melanda India saat ini. ”Dia telah menyalakan pembakaran kayu di setiap rumah,” katanya sambil menangis dalam video yang direkam oleh majalah The Caravan.
Pemerintah India menghadapi kritik keras dari dalam negeri karena mengizinkan kerumunan jutaan orang pada sejumlah acara keagamaan dan kampanye dalam beberapa pekan terakhir.
Tak cuma rumah sakit, tempat pemakaman dan krematorium juga kewalahan. Sejumlah pemakaman di New Delhi telah kehabisan lahan kuburan, sementara krematorium bekerja 24 jam penuh mengkremasi jenazah yang meninggal karena Covid-19.
Di krematorium Bhadbhada Vishram Ghat di Kota Bhopal, para pekerja mengkremasi lebih dari 110 jenazah Sabtu akhir pekan lalu. ”Virus ini menelan orang-orang di kota ini seperti monster,” kata Mamtesh Sharma, pengelola krematorium.
Selama lima hari berturut-turut, kasus harian Covid-19 di India mencatatkan rekor terbanyak di dunia. Lonjakan kasus ini terjadi akibat menyebar dengan cepatnya virus SARS-CoV-2 varian baru ditambah rendahnya protokol kesehatan. Jumlah kasus meninggal sesungguhnya di lapangan bisa lebih banyak dari data resmi pemerintah. (REUTERS/AP/AFP)