Sejumlah negara mengulurkan tangan membantu India. Saat ini negara itu kekurangan oksigen medis yang sangat dibutuhkan pasien Covid-19.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Krisis Covid-19 di India semakin parah dengan penambahan kasus Covid-19 yang cepat setiap hari diperparah dengan keterbatasan fasilitas kesehatan, seperti obat-obatan, oksigen untuk respirator, dan dipan. Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, berbondong-bondong memberikan bantuan kepada India. Sejak Desember 2019, jumlah korban tewas akibat Covid-19 di India mencapai 3 juta orang.
India yang berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu kewalahan menangani kasus baru Covid-19 setiap hari. Pada hari Minggu (25/4/2021) saja, kasus baru mencapai 349.691 kasus dan 2.767 orang di antaranya tewas. Untuk membantu India, Presiden AS Joe Biden akan membantu bahan-bahan dasar untuk memproduksi vaksin AstraZeneca versi India, peralatan untuk pengobatan, tes, alat pernapasan, dan perlindungan. Selain AS, Inggris, Perancis, dan Jerman juga berjanji membantu. Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau juga mengaku siap membantu apa saja yang dibutuhkan India.
Bahkan ”musuh bebuyutan” India, Pakistan, juga menawarkan bantuan sebagai bentuk solidaritas. Pakistan menawarkan bantuan ventilator, kit suplai oksigen, mesin pemindai digital, alat perlindungan diri, dan lain-lain. ”Bantuan kemanusiaan ini tak ada urusannya dengan isu politik,” kata Menlu Pakistan Shah Mehmood Qureshi.
Berbagai kalangan, mulai dari aktivis, selebritas, hingga para ahli mendorong AS mencabut larangan ekspor bahan-bahan dasar untuk membuat vaksin agar India bisa membuat vaksinnya sendiri. Sebelum memutuskan akan membantu bahan-bahan dasar vaksin, AS sempat mempertimbangkan akan membantu peralatan untuk menghasilkan oksigen. Dengan bantuan bahan-bahan dasar vaksin, India akan bisa menambah kapasitas produksi vaksin hingga sedikitnya 1 miliar dosis vaksin pada akhir 2022.
AS juga berjanji akan mengirimkan tim ahli dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ke India. Namun, AS tidak menyebutkan akan mengirimkan jutaan stok vaksin AstraZeneca milik AS ke India. Penasihat pandemi AS, Anthony Fauci, menyatakan hal itu bisa dipertimbangkan. Perdana Menteri India Narendra Modi meminta rakyatnya bersedia divaksin dan tidak terpengaruh rumor soal vaksin. Sampai sejauh ini, sudah ada 141 juta warga India telah divaksin, tetapi itu masih kurang cepat.
Tutup pintu
Untuk mencegah penyebaran kasus Covid-19 baru dari India, sejumlah negara menutup pintunya bagi warga India maupun siapa saja yang datang dari India. Seperti Thailand yang melarang masuk warga asing yang datang dari India. Bangladesh juga menutup penyeberangan di perbatasan selama dua pekan. Pemerintah India juga memperpanjang kebijakan pembatasan di Delhi selama satu pekan.
India kekurangan oksigen medis yang sangat dibutuhkan pasien Covid-19 pengguna respirator. Karena susah mendapatkan oksigen, banyak keluarga yang terpaksa memindahkan sendiri anggota keluarganya yang sakit dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain. Banyak yang tidak berhasil dan berakhir dengan kematian.
”Ia sesak napas. Minta masker dibuka dan dia menangis minta ditolong. Tapi saya tidak bisa apa-apa,” kata Mohan Sharma (17). Karena tak segera mendapatkan pertolongan, ayahnya meninggal di luar rumah sakit di Delhi.
Di sosial media dan rekaman televisi terlihat banyak warga India yang memohon bantuan oksigen medis di luar rumah sakit. Banyak yang menangis di jalanan karena anggota keluarganya tewas saat menunggu bantuan dari siapa saja karena ditolak rumah sakit. Banyaknya korban yang tewas membuat lahan pemakaman kian sempit. Rumah krematorium juga menambah kapasitas dari belasan hingga 100 jenazah. Proses kremasi pun tidak lagi memakai upacara tradisional, tetapi langsung dikremasi begitu tiba.
Krutika Kuppalli ahli dari Ilmu Penyakit Menular di Medical University of South Carolina, AS, mengatakan, seharusnya pemerintah mulai menyimpan persediaan obat-obatan dan mengembangkan sistem kesehatan yang akan bisa menghadapi virus baru sejak tahun lalu. Namun, pemerintah malah buru-buru menyatakan berhasil menangani pandemi Covid-19 dan melonggarkan kebijakan pembatasan. Padahal, seharusnya warga tetap harus menjaga jarak fisik dan sosial, memakai masker, dan menghindari kerumunan. (REUTERS/AFP/AP)