Palestina Batalkan Pemilu jika Israel Tolak Pemungutan Suara di Jerusalem Timur
Israel dilaporkan menolak keinginan Palestina untuk menggelar pemungutan suara di Jerusalem Timur. Mesir-Israel sedang mencari kompromi untuk memungkinkan pemungutan suara terselenggara.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JERUSALEM, SELASA — Pejabat Mesir, Selasa (27/4/2021), mengatakan, Otoritas Palestina berencana membatalkan pemilihan umum legislatif pertamanya dalam 15 tahun terakhir. Hal ini terjadi setelah Israel dilaporkan menolak keinginan Palestina menggelar pemungutan suara di Jerusalem Timur.
Langkah tersebut itu sekaligus menunjukkan pengaruh hak veto Israel atas penyelenggaraan pemilu Palestina. Pembatalan pemilu juga menguntungkan Presiden Mahmoud Abbas, di mana partai Fatah-nya yang terbela diharapkan kehilangan kekuasaan dan pengaruh terhadap militan Hamas.
Menurut keputusan Abbas, 15 Januari 2021, rakyat Palestina akan menggelar pemilu untuk memilih Dewan Legislatif Palestina pada 22 Mei 2021. Pemilu legislatif itu akan diadakan di wilayah yang dikelola oleh Otoritas Palestina.
Kelompok Hamas, Fatah, dan kelompok lain pada 9 Februari telah bersepakat tentang beberapa ”mekanisme” pemilu legislatif tersebut.
Seorang diplomat dan pejabat intelijen Mesir mengatakan, mereka telah diberi tahu tentang rencana Palestina untuk membatalkan pemilu itu, yang akan diumumkan pada pertemuan faksi-faksi Palestina, Kamis (29/4/2021).
Mereka mengatakan, Mesir sedang dalam pembicaraan dengan Israel untuk mencapai kompromi guna memungkinkan pemungutan suara berjalan, tetapi sejauh ini upaya tersebut gagal.
Pejabat intelijen itu mengatakan, Hamas ingin pemilu bisa terus berjalan, tetapi tidak ada faksi yang ingin melanjutkan tanpa jaminan dari komunitas internasional bahwa pemungutan suara dapat berjalan di Jerusalem Timur.
Ia mengatakan, faksi-faksi sedang membahas pembentukan pemerintah persatuan dengan mengecualikan Hamas.
Seorang pejabat lagi mengatakan, tidak ada keputusan yang akan dibuat sampai faksi-faksi bertemu pada Kamis. Jika Israel memutuskan untuk mengizinkan pemungutan suara di Jerusalem Timur, pemilu bisa berjalan sesuai jadwal. Ia mengatakan, Fatah menentang pelaksanaan pemilu tanpa melibatkan Jerusalem Timur karena berarti menerima aneksasi Israel.
Dua pejabat Mesir itu tidak berwenang untuk berbicara kepada wartawan sehingga berbicara tanpa menyebut nama.
Kali ini CEC mengatakan, 6.000 pemilih di Jerusalem Tmur perlu menyerahkan surat suara mereka melalui kantor pos Israel sesuai dengan perjanjian sebelumnya, sementara 150.000 pemili lainnya dapat memberikan suara dengan atau tanpa izin Israel.
Sejumlah kecil pemilih yang membutuhkan izin Israel tampaknya tidak akan berdampak menentukan pada pemungutan suara, tetapi partisipasi mereka dipandang penting secara simbolis untuk mempertahankan klaim Palestina atas Yerusalem Timur. Israel belum mengatakan apakah akan mengizinkan mereka untuk menggunakan hak pilihnya.
Mereka juga memberikan alasan bagi Abbas untuk membatalkan pemilihan parlemen bahwa gerakan Fatahnya diperkirakan akan kalah telak. Fatah telah terpecah menjadi tiga daftar saingan, membuka jalan bagi Hamas untuk muncul sebagai partai terbesar di parlemen.
Israel dan komunitas internasional, yang memandang Hamas sebagai kelompok teroris, juga akan dengan tenang menyambut penundaan atau pembatalan pemungutan suara.
Kemenangan telak Hamas dalam pemilihan parlemen 2006 memicu krisis yang memuncak dengan kelompok militan merebut Gaza dari pasukan Abbas dan membatasi kewenangannya di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki.
Israel merebut Jerusalem Timur, Tepi Barat dan Gaza, dalam perang tahun 1967. Palestina menginginkan ketiga wilayah tersebut untuk negara masa depan mereka dan memandang Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Israel mencaplok sektor timur kota dalam sebuah aksi yang tidak diakui secara internasional. Israel menganggap seluruh Jerusalem sebagai ibu kotanya dan melarang Otoritas Palestina beroperasi di sana.
Nasib kota Jerusalem telah menjadi salah satu masalah paling rumit dalam proses perdamaian antara Palestina-Israel, yang terhenti lebih dari satu dekade lalu.
Ketegangan berkobar di Jerusalem dalam beberapa hari terakhir karena polisi Israel bentrok dengan jemaah Muslim atas pembatasan pertemuan selama bulan suci Ramadhan. (AFP/REUTERS)