Israel Menawarkan Vaksin ke Gaza, Hamas Menanggapi Dingin
Publik Israel terus mendesak PM Benjamin Netanyahu untuk memanfaatkan kebutuhan Hamas atas vaksin Covid-19 di Jalur Gaza saat ini dengan menawarkan transaksi pasokan vaksin.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
Israel menawarkan vaksin bertukar dengan pembebasan dua tawanan dan pengembalian dua jasad tentaranya dari Hamas di Jalur Gaza. Namun, Hamas menanggapi dingin.
KAIRO, KOMPAS -- Setelah sukses tercapai transaksi Israel-Suriah pekan lalu dalam bentuk imbal balik berupa vaksin dan pembebasan remaja perempuan Israel, kali ini Israel pun menawarkan transaksi serupa dengan Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza, Palestina.
Tawaran Israel, seperti dilansir harian The Jerusalem Post pada Rabu (24/2/2021) dan harian ekonomi Inggris, Financial Times, pada Kamis (25/2), adalah memasok vaksin ke Jalur Gaza sesuai kebutuhan dengan imbalan pembebasan dua warga sipil Israel yang ditahan Hamas dan pengembalian dua jasad tentara Israel yang tewas dalam Perang Gaza pada tahun 2014.
Faksi Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza diketahui masih menahan dua warga sipil Israel yang masuk Jalur Gaza pada tahun 2014 dan 2015, yaitu Avera Mangistu dan Hisham al-Sayed. Hamas juga masih menyimpan dua jasad tentara Israel yang tewas pada Perang Gaza 2014. Kedua tentara Israel yang tewas itu adalah Oron Shaul dan Hadar Goldin.
Publik Israel, khususnya dari kubu kanan, terus mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memanfaatkan kebutuhan Hamas atas vaksin Covid-19 di Jalur Gaza saat ini dengan menawarkan transaksi pasokan vaksin. Sebagai imbalannya ialah pembebasan dua tahanan Israel dan pengembalian dua jasad tentara Israel tersebut.
Ditanggapi dingin
Sejauh ini Hamas bergeming atau menanggapi dingin isyarat tawaran transaksi dari Israel itu. Hamas masih bersikeras ingin ada transaksi pembebasan dua tahanan warga sipil Israel dan pengembalian jasad tentara Israel dengan pembebasan ribuan tahanan Palestina di penjara Israel saat ini.
Hamas ingin mengulang kesuksesan transaksi pada tahun 2011 dalam bentuk pembebasan serdadu Israel, Gilad Shalit, yang ditahan Hamas pada tahun 2006 dengan imbalan pembebasan 1.027 tahanan Palestina di penjara Israel.
Sampai saat ini, Jalur Gaza menerima vaksin Covid-19 dengan izin khusus dari Israel dalam jumlah sangat terbatas. Jumlahnya jauh di bawah kebutuhan minimal saat ini.
Kementerian Kesehatan Palestina mengungkapkan, Jalur Gaza telah menerima 2.000 vaksin buatan Rusia, Sputnik V, pada Rabu (17/2) yang dikirim oleh pemerintah otoritas Palestina di Ramallah.
Jalur Gaza kemudian kembali menerima 20.000 vaksin buatan Rusia itu pada Minggu 21/2) yang merupakan hadiah dari Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA). Vaksin hadiah dari UEA tersebut telah dikirim ke Jalur Gaza melalui pintu gerbang Rafah, Mesir.
Pemerintah Hamas mulai melakukan vaksinasi di Jalur Gaza pada Senin (22/2) setelah menerima bantuan vaksin dari UEA dan otoritas Palestina itu dengan mulai memberikan vaksin kepada kelompok tenaga kesehatan dan kelompok lansia. Jalur Gaza masih menunggu bantuan vaksin berikutnya yang masih sering mendapat kendala dari pihak Israel.
Palestina telah mencanangkan program vaksinasi terhadap penduduknya mulai pertengahan Februari 2021, tetapi pelaksanaannya tersendat-sendat karena kekurangan pasokan vaksin.
Palestina sampai saat ini hanya menerima bantuan vaksin dari Israel, Rusia, dan UEA sebanyak 32.000 dosis, sangat jauh dari jumlah penduduk Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang mencapai 5,2 juta jiwa.
Tersendat
Pihak Palestina mengklaim telah melakukan kontrak pembelian vaksin dengan Rusia dan AstraZeneca untuk pasokan vaksin ke wilayah Palestina, tetapi kedatangan vaksin tersebut masih tersendat-sendat.
Palestina merencanakan vaksinasi terhadap 20 persen penduduknya melalui program Covax untuk pengadaan internasional atas vaksin Covid-19. Palestina juga telah menetapkan program pembelian vaksin untuk mencapai target vaksinasi terhadap 60 persen penduduknya.
Menurut Bank Dunia, Palestina butuh dana 55 juta dollar AS atau Rp 776,8 miliar untuk dapat melakukan vaksinasi terhadap 60 persen penduduknya. Bank Dunia menyebut, Palestina masih kekurangan dana 30 juta dollar AS untuk dapat melakukan vaksinasi terhadap 60 persen penduduknya itu.
Bank Dunia juga menyerukan negara-negara donor agar memberikan bantuan dana kepada Palestina untuk pembelian vaksin. Hanya dengan itu Palestina bisa melakukan vaksinasi terhadap 60 persen penduduknya.
Israel terakhir ini mendapat kritik keras dari masyarakat internasional karena menolak berbagi vaksin dengan Palestina. Israel berdalih, sektor kesehatan Palestina, termasuk penanganan pandemi Covid-19, adalah tanggung jawab Palestina sesuai dengan Kesepakatan Oslo tahun 1993.
Namun, pihak Palestina dan masyarakat internasional menyebutkan, sektor kesehatan Palestina masih berada di bawah tanggung jawab Israel.
Sebab, Palestina masih berada di bawah pendudukan Israel. Israel semakin mendapat kritik keras setelah diketahui berhasil melakukan vaksinasi tercepat di dunia terhadap penduduknya yang mencapai 9,1 juta jiwa.
Israel diketahui masih memiliki stok vaksin Moderna sekitar 100.000 dosis. Bank Dunia menyerukan Israel, dengan alasan kemanusiaan, menghibahkan stok vaksinnya kepada rakyat Palestina.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Israel, Jumat (19/2), hanya menyetujui melakukan vaksinasi terhadap 100.000 pekerja Palestina yang bekerja di Israel.
Worldometers menyebutkan, jumlah positif Covid-19 di Palestina mencapai 177.768 kasus, di antaranya 1.999 kasus kematian dan 163.795 kasus dinyatakan sembuh.
Menurut Financial Times, Israel tidak hanya menawarkan transaksi vaksin dengan Palestina, tetapi juga dengan Honduras, Guatemala, dan Ceko. Israel menawarkan bantuan vaksin kepada Honduras, Guatemala, dan Ceko dengan imbalan pemindahan kantor kedubes tiga negara tersebut dari Tel Aviv ke Jerusalem.