Pemerintah Israel Dorong Warganya untuk Jalani Vaksinasi
Publikasi efektivitas vaksinasi diharapkan membantu Pemerintah Israel mendorong warganya yang masih enggan menerima vaksin Covid-19. Sejumlah pihak membantu upaya ini dengan cara memberikan insentif.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TEL AVIV, SENIN — Penelitian terhadap lebih dari setengah juta orang di Israel memperlihatkan bahwa vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech memberikan perlindungan hingga 94 persen terhadap Covid-19. Angka efikasi ini memberikan keyakinan bahwa vaksinasi massal di Israel sudah berada di jalur yang benar sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi negara tersebut.
Layanan kesehatan terbesar di Israel, Clalit, dalam pernyataannya, Minggu (14/2/2021), mengatakan, para penguji yang menyuntikkan dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech kepada 600.000 orang memperlihatkan penurunan dalam tingkat infeksi gejala ringan hingga 94 persen dan 92 persen penurunan pada pasien yang mengalami gejala serius.
”Ada penurunan 94 persen dalam tingkat gejala asimtomatikdan 92 persen penurunan tingkat penyakit serius dibandingkan dengan 600.000 subyek serupa yang tidak divaksinasi,” kata Clalit. Dalam pernyataan yang sama ditambahkan bahwa tingkat efikasi vaksin sama pada semua kelompok usia, termasuk yang berusia lebih dari 70 tahun.
Sekitar 3,8 juta penduduk Israel dari sekitar 9 juta orang populasinya telah menerima dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech. Untuk vaksinasi kedua, baru sekitar 2,4 juta orang.
Dalam pernyataannya, Clalit mengatakan, publikasi hasil penelitian itu dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada sebagian warga yang tidak atau belum mau divaksin untuk mengubah pemikirannya. Vaksinasi diyakini akan efektif untuk mencegah komplikasi penyakit lain dengan Covid-19.
Studi yang dilakukan Clalit mencakup warga yang telah menerima suntikan kedua setidaknya tujuh hari sebelum pengujian berlangsung. ”Dengan setiap minggu tambahan yang berlalu, kami akan dapat membuat penilaian lebih akurat. Akurasi akan terus meningkat, subyek diuji setelah 14 hari atau lebih setelah dosis kedua disuntikkan,” katanya.
Dikutip dari laman Times of Israel, Pemerintah Israel menargetkan bisa memvaksin sekitar 200.000 orang per hari. Namun, dari target itu, hanya 100.000 orang yang mau menjalani vaksinasi secara sukarela.
Kondisi itu membuat beberapa pihak, termasuk para pengusaha dan bahkan organisasi, memberikan izin khusus atau bahkan insentif khusus bagi para pegawainya untuk mau menjalani vaksinasi. Sebuah perusahaan pengelola bangunan pusat perbelanjaan dan manajemen toko bahan makanan di Herzliya, sebuah distrik di Tel Aviv, mengatakan para penyewa ruang kantor tidak akan diberikan izin masuk ke lokasi apabila tidak bisa menunjukkan bahwa mereka telah menerima vaksin Covid-19.
Shufersal, manajemen pengelola toko bahan pangan, bahkan mengatakan akan tetap membayar gaji para pekerja mereka yang terpaksa meninggalkan pekerjaannya untuk menjalani vaksinasi. Insentif juga diberikan manajemen perusahaan matras di Tel Aviv kepada para pegawainya yang ikut serta dalam program vaksinasi Covid-19.
Sementara pemerintah distrik Givatayim membujuk warganya untuk ikut serta dalam program vaksinasi Covid-19 dengan imbalan akan mengurangi beban bea pajak bagi keluarga atau rumah tangga yang seluruh anggota keluarganya sudah divaksin.
Israel sejauh ini hanya mengandalkan vaksin Pfizer/BioNTech meskipun memiliki sedikit stok vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biotek AS Moderna. Israel mendapatkan banyak pasokan vaksin dari Pfizer setelah mencapai kesepakatan berbagi data dengan produsen AS tersebut.
Program vaksinasi yang sudah menjangkau lebih dari 41 persen populasi membuat Pemerintah Israel berencana membuka kembali restoran dan berbagai bisnis lainnya, termasuk hotel dan pusat kebugaran, pada pertengahan Maret mendatang.
Nachman Ash, koordinator respons pandemi nasional, mengatakan, pembukaan kembali ruang makan hotel, restoran, dan kafe akan dilakukan dua minggu kemudian. ”Kami ingin membuka secara bertahap, dengan hati-hati, sehingga kami tidak kecolongan gelombang penularan lain atau pembatasan lagi,” kata Ash.
Kampanye vaksin adalah inti dari upaya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memenangi masa jabatan kelima dalam pemilihan 23 Maret mendatang. (AFP/REUTERS)