Gelombang kedua Covid-19 yang terjadi di India disebutkan akibat munculnya varian virus mutan ganda yang baru. Kondisi kedaruratan juga terjadi di Thailand dan Jepang.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
MUMBAI, JUMAT — Gelombang kedua penyebaran Covid-19 membuat fasilitas layanan kesehatan sejumlah negara seperti India, Jepang, dan Thailand kewalahan. Rumah sakit di India kekurangan pasokan oksigen bagi pasien pengguna ventilator, rumah sakit di Thailand kekurangan dipan, dan Jepang menyatakan kondisi darurat di kota Tokyo, tiga bulan sebelum penyelenggaraan olimpiade.
Gelombang kedua yang terjadi di India disebutkan akibat munculnya varian virus mutan ganda yang baru. Selain itu juga karena pemerintah memperbolehkan berbagai acara besar yang membuat banyak orang berkumpul hingga Covid-19 cepat menyebar. Lebih dari 330.000 kasus baru dilaporkan, Jumat (23/4/2021), dan 2.000 orang tewas dalam satu hari saja.
Kebutuhan oksigen di India mendesak karena ada lebih dari 700 pasien yang tengah dirawat. Perdana Menteri India, Narendra Modi, sampai tiga kali rapat darurat untuk mencari pasokan oksigen dan obat-obatan lain yang dibutuhkan. Kondisi kritis yang dialami India ini tidak diduga karena pemerintah semula mengira telah berhasil menangani pandemi.
Longgar
Karena merasa sudah berhasil itu maka pemerintah kemudian melonggarkan pembatasan dan memperbolehkan masyarakat kembali beraktivitas normal selama beberapa bulan terakhir ini, termasuk memperbolehkan acara pernikahan dan pertandingan kriket.
Pemerintah juga memperbolehkan perayaan agama terbesar di India, Kumbh Mela, di kota Haridwar yang membuat sedikitnya 25 juta warga beragama Hindu hadir dan mayoritas tidak mengenakan masker. Kini, setelah kondisi kembali kritis, banyak negara bagian yang memperketat pembatasan kembali. Bahkan banyak daerah seperti Uttar Pradesh mengisolasi wilayah.
Akibat gelombang kedua Covid-19 di India, banyak negara yang menutup pintunya bagi warga India atau siapa saja yang baru tiba dari India. Negara-negara itu antara lain Indonesia, Uni Emirat Arab, Inggris, Singapura, dan Kanada.
Guru Besar Biostatistik dan Epidemiologi di University of Michigan Bhramar Mukherjee, mengatakan saat ini rakyat India seakan tidak memiliki jaring pengaman sosial dan setiap orang harus berjuang bertahan hidup sendiri.
Guru Besar di Cornell University, Kaushik Basu, menilai pemerintah India salah mengelola pandemi Covid-19 dan tidak cepat melaksanakan program vaksinasinya. "Untuk negara yang dikenal sebagai produsen farmasi terbesar di dunia, tidak masuk akal kalau mereka baru memvaksin 1,5 persen warganya," ujarnya.
Sama halnya dengan India, Thailand pun kewalahan menangani gelombang Covid-19 yang ketiga. Kasus baru rata-rata per hari mencapai 1.500 kasus. Akibatnya, ruang unit darurat rumah sakit kekurangan dipan. Untuk mengatasi kekurangan dipan, pemerintah membuat rumah sakit darurat dengan 20.000 dipan dan hotel-hotel juga diminta menampung pasien-pasien tanpa gejala.
Kasus-kasus baru di Thailand awalnya ditemukan di distrik kehidupan malam di Bangkok. Sejak itu, varian baru Covid-19 yang mudah menular yakni B.1.1.7 menyebabkan lebih dari 20.000 kasus penularan domestik dengan 27 orang tewas hanya dalam waktu 23 hari.
Cegah liburan
Krisis kesehatan akibat gelombang kedua Covid-19 juga terjadi di Jepang hingga Jepang menyatakan kondisi darurat di Tokyo dan tiga wilayah lain. Jepang pernah menyatakan status kondisi darurat ini tetapi sudah dicabut, Maret lalu. Tokyo melaporkan lebih dari 860 kasus baru Covid-19 ditemukan.
Kasus Covid-19 meningkat karena saat ini tengah musim dingin. "Kami akan mengambil langkah darurat yang tegas, cepat, dan fokus," kata juru bicara pemerintah Jepang, Katsunobu Kato.
Untuk memastikan warganya tidak bepergian menjelang musim libur tahunan, Pekan Emas, pemerintah menghentikan operasional sebagian transportasi kereta dan bis. (REUTERS/AFP)