Pemerintah Ceko mengancam akan mengeluarkan semua diplomat Rusia dari Ceko setelah Rusia dituding mendalangi serangan teror ledakan di gudang senjata milik swasta di Desa Vrbetice pada tahun 2014.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
PRAHA, SELASA — Ceko mengajak negara-negara anggota Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mengeluarkan agen-agen intelijen Rusia dari negara masing-masing atas nama solidaritas pada Ceko. Pemerintah Ceko juga mengancam akan mengeluarkan semua diplomat Rusia dari Ceko setelah Rusia dituding mendalangi serangan teror ledakan di gudang senjata milik swasta di Desa Vrbetice pada tahun 2014.
Hal itu dikemukakan pejabat sementara Menteri Luar Negeri Ceko Jan Hamacek, Selasa (20/4/2021). ”Saya siap melakukan apa pun, bahkan membangun hubungan mulai dari nol,” ujarnya.
Sebelumnya, Sabtu pekan lalu, Ceko sudah mengusir 18 anggota staf Kedutaan Besar Rusia yang diidentifikasi sebagai agen intelijen yang mendalangi ledakan yang menewaskan dua orang itu. Rusia membantah tuduhan itu dan membalas tindakan Ceko dengan mengusir keluar 20 diplomat dan staf lain. Ini perselisihan terparah antara Praha dan Moskwa sejak berakhirnya dominasi Uni Soviet di Eropa Timur pada 1989.
Hamacek mengatakan, pihaknya akan memanggil Duta Besar Rusia di Praha, Alexander Zmeyevsky, Rabu, untuk memberitahukan reaksi Ceko lebih lanjut. Kementerian Luar Negeri Ceko juga meminta diadakan rapat khusus Dewan NATO pada pekan ini. Ceko menyebutkan Rusia memiliki lebih banyak diplomat di Praha ketimbang diplomat Ceko di Moskwa. Ini berarti pengusiran Rusia akan lebih merusak operasional Kedubes Rusia.
Tanpa bukti
Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menegaskan, tuduhan Ceko atas keterlibatan Rusia pada ledakan tahun 2014 tersebut tidak berdasarkan bukti dan itu hanya upaya untuk memprovokasi Rusia. Namun, Ceko mengaku memiliki bukti yang mendukung tuduhan itu. Ada bukti ledakan itu dilakukan anggota intelijen militer Rusia, GRU, sama seperti pada kasus meracuni mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, di Inggris pada 2018. Ini juga dibantah oleh Rusia.
Parlemen Ceko mendukung langkah pemerintah mengeluarkan diplomat Rusia. Parlemen juga meminta pemerintah mengatur ulang hubungan dengan Rusia dan mengurangi jumlah diplomat di Kedubes Rusia.
Kepolisian Ceko sampai sekarang masih mencari dua orang yang diduga terkait dengan ledakan tahun 2014. Kedua orang itu juga sudah diidentifikasi sebagai pelaku peracunan Skripal. Perdana Menteri Ceko Andrej Babis meminta maaf karena pernah mengatakan bahwa ledakan tahun 2014 itu bukan serangan terorisme yang menyerang gudang senjata milik pedagang senjata asal Bulgaria itu.
Serangan terorisme itu terjadi pada tahun yang sama dengan aneksasi Rusia terhadap Semenanjung Crimea dari Ukraina dan konflik antara pasukan Ukraina dengan gerilyawan yang didukung Rusia.
Media mingguan Ceko, Respekt, dan situs investigasi Bellingcat menyebutkan enam agen intelijen GRU, termasuk salah satu kepala unit di GRU, Andrei Averyanov, yang melakukan serangan teroris itu. Averyanov diketahui juga melakukan misi lain pada tahun 2015 dengan identitas palsu. ”Untuk saat ini baru diketahui dua orang yang terlibat,” tulis Respekt.
Babis dulu mengatakan, serangan teroris itu tidak jelas tujuannya dan kemungkinan sasarannya wilayah Bulgaria, bukan Ceko. Pedagang senjata Bulgaria, perusahaan Emco yang dimiliki Emilian Gebrev, membantah terlibat dalam persoalan ini.
Pejabat di NATO mengatakan, sebelum membuat keputusan apa pun, semua negara anggota harus mendengarkan penjelasan Ceko terlebih dahulu.
Pada saat yang bersamaan, Ceko mengumumkan Badan Energi Atom Rusia, Rosatom, juga akan dikeluarkan dari tender proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir baru Ceko. Ceko juga tidak akan lagi mempertimbangkan membeli vaksin Covid-19, Sputnik V, buatan Rusia. (REUTERS/AFP)