Setelah kasus baru Covid-19 dan kasus meninggal sempat turun di dua bulan pertama 2021, kini proyeksi pandemi terus tak terkendali seiring peningkatan signifikan kasus di beberapa negara, termasuk India.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
BRUSSELS, SELASA — Pandemi Covid-19 global saat ini mencapai tahap yang kritis ketika jumlah kasus meninggal di Eropa menembus 1 juta kasus dan penambahan kasus baru di India dan beberapa negara lain semakin tidak terbendung, Selasa (13/4/2021).
Kasus meninggal akibat Covid-19 di 52 negara di Eropa mencapai setidaknya 1.000.288 kasus. Di dunia, Covid-19 telah menginfeksi total 136 juta penduduk dan merenggut nyawa lebih dari 2,9 juta jiwa penduduk.
”Kita berada di titik kritis pandemi saat ini,” ujar Maria Van Kerkhove, Ketua Gugus Tugas Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). ”Dalam tujuh pekan terakhir pandemi mengarah terus meningkat… secara eksponensial.”
”Ini bukanlah situasi yang kita inginkan setelah 16 bulan pandemi berlangsung ketika kita sudah memiliki intervensi pengendalian yang terbukti,” tambah Maria.
Namun, terlepas suasana duka yang menyelimuti Eropa, Inggris justru melonggarkan pembatasannya untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan. Hal ini mengilustrasikan betapa negara dengan program vaksinasi yang masif dan cepat meninggalkan negara lain, khususnya negara-negara miskin.
Pada Senin (12/4/2021), India menyalip Brasil menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak kedua di dunia setelah melaporkan penambahan 168.000 kasus Covid-19 hanya dalam sehari, tertinggi di dunia. Jumlah kasus baru itu membawa total kasus Covid-19 di negara Asia Selatan itu menjadi 13,5 juta kasus, lebih banyak dibandingkan Brasil dengan 13,48 juta kasus.
Penambahan kasus Covid-19 yang tinggi dilaporkan juga dari Turki. Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca, Senin (12/4/2021), menyampaikan, ada 52.676 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Sebanyak 85 persen dari kasus baru Covid-19 itu merupakan kasus Covid-19 dari varian baru virus SARS-CoV-2 yang pertama kali teridentifikasi di Inggris.
Koca menambahkan, dewan ilmiah Covid-19 Turki akan merekomendasikan pembatasan sosial yang ketat untuk mengendalikan ”gelombang ketiga” infeksi Covid-19 di negeri itu.
”Solusinya adalah setiap orang harus tetap di rumah selama dua bulan dan mengakhiri pandemi ini untuk selamanya. Tapi, masyarakat tidak mendengarkan,” ujar Rohit (28), pelayan restoran di Mumbai, India.
”Tak seorang pun mengikuti aturan di restoran… Kalau kita menegur pengunjung untuk memakai masker, mereka malah kasar dan tidak menghargai kami.”
Para pakar kesehatan telah memberikan peringatan bahwa kampanye yang menghadirkan banyak orang yang mayoritas tidak memakai masker, kerumunan festival keagamaan, dan kerumunan orang tak bermasker di tempat publik lainnya menyumbang penambahan kasus positif Covid-19.
Lonjakan kasus Covid-19 di India membuat rumah sakit kewalahan menampung pasien. Kota Pune yang menjadi basis Serum Institute of India (SII), misalnya, dilaporkan kehabisan ventilator karena pasien Covid-19 terus bertambah dan memenuhi rumah sakit.
Media sosial pun penuh dengan orang-orang yang mencari tempat tidur bagi pasien-pasien yang telantar. Pada saat bersamaan, kerabat para pasien terus memadati apotek-apotek guna mencari obat bagi sanak saudara mereka karena seluruh rumah sakit sudah kehabisan obat-obatan yang dibutuhkan itu.
Untuk membantu mengendalikan penyebaran Covid-19, Pemerintah India memberikan izin penggunaan vaksin Sputnik V, vaksin Covid-19 dari Rusia. Dengan begitu, ada tiga vaksin Covid-19 yang kini dipakai India setelah memberikan izin penggunaan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca dan Covaxin buatan Bharat Biotech.
Dari Geneva, Swiss, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menekankan, pandemi Covid-19 masih jauh dari akhir. Meski demikian, masih banyak alasan untuk optimistis. Penurunan kasus baru dan kematian di dua bulan pertama 2021 membuktikan bahwa penyebaran Covid-19 bisa distop.
”Kami juga ingin melihat masyarakat dan ekonomi kembali bergerak dan perjalanan juga perdagangan kembali berjalan. Tapi untuk saat ini, ruang perawatan intensif di banyak negara kewalahan, dan ini bisa dihindari,” tutur Tedros.
Sementara itu, Afrika terus tertinggal dalam vaksinasi, pendanaan, dan logistik pandemi. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyerukan pengembangan vaksin Covid-19 sendiri agar tidak tertinggal dari benua lain. ”Afrika perlu mengoptimalkan kemampuannya sendiri dan mengidentifikasi peluang kolaborasi,” ujarnya.
Ramaphosa berharap India dan Brasil yang berhasil mengembangkan industri farmasinya bisa membantu Afrika. Namun, kedua negara itu pun kini sedang sibuk berjuang menghadapi gelombang lonjakan kasus Covid-19 terbarunya.(AFP/REUTERS)