Pelajaran dari India, Jangan Pernah Kendurkan Protokol Kesehatan
India sebelumnya berhasil menurunkan penambahan kasus harian Covid-19. Namun, negara itu kini menghadapi gelombang infeksi kedua dengan penambahan kasus harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan gelombang pertama.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·5 menit baca
Gelombang infeksi kedua Covid-19 melanda India, negara dengan penduduk 1,4 miliar jiwa. Lonjakan kasus terjadi secara drastis akhir-akhir ini setelah negara Asia Selatan itu sempat mencatat penambahan kasus terendahnya pada awal Februari 2021.
Pada Senin (5/4/2021), India melaporkan penambahan kasus Covid-19 dalam sehari mencapai 103.558 kasus. Jumlah ini memecahkan rekor kasus harian tertinggi negara itu yang pernah dicapai pada akhir September 2020, yaitu 97.894 kasus.
Harian The Washington Post edisi 5 April 2021 menyebutkan, lonjakan kasus baru itu seolah menjadi pertanda bahwa penyebaran Covid-19 di India bakal tidak terkendali. Terlebih jika menengok negara tetangganya, yaitu Bangladesh dan Pakistan, yang pada hari yang sama mengalami peningkatan kasus baru Covid-19 signifikan. Asia Selatan yang dihuni seperempat penduduk dunia berpotensi menjadi episentrum baru pandemi, menggantikan Eropa.
Level lonjakan kasus baru seperti itu sejauh ini hanya terjadi di Amerika Serikat dan Brasil. Berdasarkan data pada Our World in Data, pada 2 Januari 2021 AS melaporkan kasus harian Covid-19 sebanyak 300.295 kasus dan pada 25 Maret 2021 kasus baru Covid-19 di Brasil juga melampaui 100.000 sehari, tepatnya 100.158 kasus. AS, Brasil, dan India adalah tiga negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.
”Saya pikir akan ada lebih banyak kasus saat ini dibandingkan dengan gelombang infeksi pertama, penambahan kasus juga lebih tinggi dibandingkan dengan gelombang pertama. Kita hanya bisa berharap angka kematian tetap sama,” kata Amit Singh, Associate Professor di Pusat Penelitian Penyakit Menular, Indian Institute of Science, Bangalore, seperti dikutip The Hindus Times, 4 April 2021.
India sempat mengembuskan kabar menggembirakan bagi dunia ketika pada periode September 2020-Januari 2021 tren penambahan kasus Covid-19 di negara itu menurun. Penurunan kasus di India dan juga di AS pada saat yang bersamaan berkontribusi pada penurunan kasus Covid-19 global.
Dalam jumpa pers, 1 Februari 2021, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, jumlah kasus baru Covid-19 global telah turun dalam tiga minggu berturut-turut. Tren ini sejalan dengan penurunan kasus baru di dua negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia, yaitu AS dan India.
Banyak yang tidak menyangka, bahkan setengah tidak percaya bahwa India dengan penduduknya yang luar biasa banyak dan beban penyakitnya yang juga besar mampu melandaikan kurva penambahan kasus baru Covid-19.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi di India saat ini? Mengapa lonjakan kasus baru Covid-19 di sana terjadi begitu cepat dan tajam?
Abaikan prokes
Para pakar berpendapat, perubahan perilaku, penurunan kekebalan terhadap infeksi sebelumnya, dan penyebaran varian baru virus SARS-COV-2 penyebab Covid-19 berkontribusi pada kenaikan dramatis kasus Covid-19 di India.
Lonjakan kasus baru Covid-19 sekarang merupakan buah dari pengabaian protokol kesehatan (prokes) di tempat umum, seperti mengenakan masker dan menjaga jarak sosial serta mencegah kerumunan.
”Rasa takut akan Covid-19 sudah hilang. Mayoritas orang tidak mengenakan masker dengan benar, termasuk para penumpang saya,” ujar pengemudi becak Surjit Singh (60).
Meski situasinya semakin mengkhawatirkan, diperkirakan Pemerintah India tidak akan memberlakukan karantina wilayah yang ketat seperti tahun lalu. Di beberapa lokasi, karantina wilayah hanya diterapkan pada akhir pekan dan jam malam diberlakukan.
Sejumlah ahli menyebutkan, Pemerintah India juga telah menyampaikan informasi yang berbeda hingga membingungkan masyarakat. Ketika para pejabat kesehatan terus memperingatkan warga untuk tidak berkerumun, Perdana Menteri Narendra Modi dan para pemimpin partainya tetap menggelar kampanye yang dihadiri banyak orang di beberapa negara bagian yang mengadakan pemilu.
Selain itu, pemerintahan Modi juga mengizinkan sebuah festival Hindu sebulan penuh di tepian Sungai Ganga di Negara Bagian Uttarakhand. Puluhan ribu umat Hindu hadir setiap hari dalam festival ini.
Mutasi virus
Pada saat kepatuhan atas protokol kesehatan rendah, virus SARS-CoV-2 yang sudah bermutasi dan lebih mudah menular telah beredar luas di India. Varian B.1.1.7, seperti yang beredar di Inggris; varian B.1.351, seperti yang muncul di Afrika Selatan; dan varian P.1, seperti yang ada di Brasil beredar juga di 18 negara bagian di India.
Bahkan, Konsorsium Genom SARS-CoV-2 India (INSACOG) menemukan ada ”mutasi ganda” SARS-CoV-2, yaitu mutasi E484Q dan L452R sekaligus pada protein permukaan virus. Varian India ini didapati pada 15-20 persen sampel dari Maharasthra, negara bagian paling terdampak saat ini. Mutasi seperti ini membuat virus mampu menghindari kekebalan tubuh yang terbentuk dan mudah menyebar.
Pada 4 April 2021, NBC News melaporkan bahwa para peneliti di Stanford University, AS, juga menemukan setidaknya satu kasus Covid-19 dari varian India yang bermutasi ganda di Northern California.
Dalam beberapa pekan terakhir India telah mengintensifkan program vaksinasi Covid-19. Sebagai negara dengan kapasitas produksi vaksin yang besar di dunia, India mampu melakukan vaksinasi lebih dari tiga juta dosis sehari.
Dengan populasinya yang mencapai 1,4 miliar jiwa, kecepatan vaksinasi itu masih terbilang lamban. Lebih dari 76 juta penduduk India telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Namun, hanya 9,5 juta dosis di antaranya yang sudah menerima dua dosis vaksin.
Para pejabat kesehatan ingin vaksinasi mencakup 300 juta penduduk pada Agustus 2021. Menurut para pakar, untuk mencapai target itu, program vaksinasi perlu digerakkan lebih cepat untuk menghentikan penyebaran Covid-19.
India sekarang meluncurkan fase ketiga vaksinasi Covid-19 yang menyasar penduduk yang berusia di atas 45 tahun. Dalam dua fase sebelumnya, tenaga kesehatan dan lansia di atas 60 tahun yang mendapat prioritas.
Untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi dalam negeri, India menunda suplai vaksin Covid-19 dari Serum Institute of India (SII) ke beberapa negara melalui mekanisme Covax yang digawangi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Apabila penyebaran kasus di India benar-benar tak terkendali dan India menggenjot program vaksinasinya, pasokan vaksin Covid-19 untuk negara lain di dunia bisa terganggu. Akibatnya, vaksinasi Covid-19 global bakal semakin tersendat.
Apa yang terjadi di India saat ini bisa saja terjadi di negara mana pun. Mengendurnya kepatuhan protokol kesehatan, lemahnya respons pandemi pemerintah, dan vaksinasi yang berada di bawah bayang-bayang mutasi virus jadi pintu masuk gelombang infeksi yang tak terkira. (AP/AFP)