Inggris dan Italia berharap orang-orang berusia di bawah 30 tahun diberikan vaksin selain Vaxzeria buatan AstraZeneca. EMA tetap menekankan bahwa manfaat vaksinasi dengan Vaxzeria tetap lebih besar.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BRUSSELS, KAMIS — Badan Pengawas Obat-obatan Eropa mengakui vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dapat memicu penggumpalan darah. Namun, lembaga itu dan beberapa pakar di sejumlah negara menekankan dampak negatif vaksinasi jauh di bawah manfaatnya.
Badan Pegawas Obat-obatan Eropa (EMA) mengumumkan hasil pemeriksaan pada Rabu (7/4/2021) siang waktu Brussels, Belgia, atau Kamis dini hari WIB. Pengumuman itu diikuti rapat para menteri kesehatan Uni Eropa yang berupaya menyikapi hasil penelitian EMA. Sayangnya, para menteri kesehatan gagal bersepakat.
Sampai awal April 2021, EMA menerima laporan 169 penggumpalan darah dari penerima vaksin Covid-19 buatan Oxford University-AstraZeneca. EMA menyebut vaksin itu sebagai Vaxzeria. Ketua Komite Keamanan EMA Sabine Straus mengatakan, ratusan kasus itu dilaporkan setelah 34 juta dosis disuntikkan di seluruh Kawasan Ekonomi Eropa yang terdiri atas 27 anggota UE ditambah Eslandia, Norwegia, dan Liechtenstein. Di Inggris ada 25 juta penerima Vaxzeria kala penyelidikan EMA dimulai.
EMA yang menyelidiki laporan-laporan itu akhirnya menyimpulkan ada kaitan antara penyuntikan Vaxzeria dan penggumpalan darah. Sejauh ini, laporan terbanyak terjadi pada perempuan berusia di bawah 60 tahun.
Kesimpulan diambil setelah pemeriksaan pada 86 kasus penggumpalan darah. EMA menduga vaksinasi dengan Vaxzeria memicu reaksi kekebalan tubuh, seperti pada kasus penerima heparin atau obat antipenggumpalan darah.
Manfaat
Meski mengakui risikonya, EMA tetap menekankan bahwa manfaat vaksinasi dengan Vaxzeria tetap lebih besar. ”Risiko kematian akibat Covid-19 jauh lebih besar dibandingkan dengan risiko kematian pada kasus yang amat jarang ini,” kata Direktur Eksekutif EMA Emer Cooke.
Wakil Ketua Komite Bersama Imunisasi dan Vaksinasi (JCVI) Inggris Anthony Harnden berpendapat senada. ”Hal yang jelas, pada mayoritas penerima vaksin Oxford AZ adalah manfaatnya jauh lebih besar dibandingkan dengan risiko yang sangat kecil. Vaksin ini akan terus menyelamatkan banyak orang dari risiko berat karena terinfeksi Covid-19,” ujarnya.
Sementara peneliti kesehatan pada University of Southampton, Michael Head, menyebut Vaxzeria sebagai perangkat penting untuk menanggulangi pandemi. ”Vaksin ini sedang dibuat dalam jumlah besar, bisa disimpan di kulkas biasa sehingga lebih mudah dikirim, harganya murah, dan andalan Covax untuk negara berpendapatan menengah dan rendah,” ujarnya.
Sebaliknya, sejumlah pihak menganjurkan Vaxzeria tidak diberikan kepada orang berusia di bawah 60 tahun. Bahkan, Inggris dan Italia berharap orang-orang berusia di bawah 30 tahun diberikan vaksin selain Vaxzeria. Harapan berlaku termasuk untuk orang yang tanpa kondisi kesehatan tertentu.
Adapun otoritas di Castilla y León, Spanyol, kembali menghentikan penyuntikan Vaxzeria karena alasan keamanan. Sementara Ketua Ikatan Dokter Perancis Jacques Battistoni menyebutkan, pengumuman EMA akan menyulitkan vaksinasi. ”Kami harus menjelaskan kepada warga tentang risikonya sembari membujuk pasien memahami manfaatnya yang lebih besar,” ujarnya.
Sementara Gubernur Veneto, Italia, mengeluhkan dampak kesimpulan EMA pada upaya membangun kepercayaan terhadap vaksinasi. ”Sangat membingungkan. Sekarang hanya untuk orang di atas 65 tahun, sebelumnya hanya untuk di bawah 55 tahun,” kata Gubernur Veneto Luca Zaia. (AFP/REUTERS)