Dari target 4 juta, Australia hanya bisa menyuntik 670.000 orang gara-gara keterbatasan vaksin. Sementara di Korea Selatan, jumlah penerima vaksin belum sampai 1 juta orang.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Pembatasan ekspor vaksin Covid-19 oleh negara produsen terus meluas. Akibatnya, sejumlah negara kesulitan mendapatkan pasokan.
Dalam pernyataaan pada Selasa (6/4/2021), pejabat Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Korea Selatan Jeong Yoo-jin mengungkap peluang pelarangan ekspor. Kala ditanya peluang pelarangan, ia hanya menjawab bahwa pihak berwenang mengkaji sebanyak mungkin kebijakan.
Pekan lalu, kala ditanya dengan pertanyaan yang sama, ia menegaskan bahwa Seoul belum mempertimbangkan larangan ekspor vaksin Covid-19 yang dibuat di Korsel. Waktu itu, ia menyebut bahwa pelarangan ekspor bisa mengganggu upaya Korsel membeli vaksin dari negara lain serta memicu balasan internasional.
Perusahaan Korsel, SK Bioscience, telah menyepakati kerja sama produksi vaksin buatan Pfizer dan AstraZeneca. Korsel juga telah mengikat kontrak pengadaan untuk 56 juta orang meski populasinya hanya 52 juta orang.
Jika akhirnya ikut melarang ekspor, Korsel bergabung, antara lain, dengan Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, dan India yang terlebih dulu melarang ekspor vaksin. AS, Inggris, dan Uni Eropa paling duluan melarang ekspor vaksin.
Selain produksi dalam negeri, Korsel memesan 18 juta dosis vaksin dari luar negeri. Hingga Maret 2021, sudah 2,69 juta dosis diterima dan terpakai tidak sampai 1,5 juta dosis. Sebab, hingga Selasa, baru 999,870 warga Korsel divaksin dan 27.691 di antaranya sudah menerima dosis kedua. Korsel termasuk negara yang lamban memvaksinasi warganya.
Berbeda dengan Australia yang ingin memacu vaksinasi. Sayangnya, keinginan itu karena 3 juta dosis vaksin pesanan Canberra belum kunjung tiba. Dari target 4 juta, Australia hanya bisa menyuntik 670.000 orang gara-gara keterbatasan vaksin.
Canberra beralasan, ada masalah pengiriman. Seperti Korsel, Australia juga memproduksi sebagian kebutuhan vaksinnya. Sampai akhir Maret sudah 2,5 juta dosis vaksin diproduksi di dalam negeri.
Klaim AS
Dari Washington dilaporkan, Amerika Serikat menunjuk Gayle Smith sebagai koordinator upaya AS menanggulangi Covid-19 di luar negeri. Penunjukan mantan pimpinan USAID dan anggota Dewan Keamanan Nasional AS itu diumumkan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken.
Meski sampai sekarang AS masih melarang ekspor vaksin, Blinken mengklaim tidak ada negara yang mampu memimpin komunitas internasional menanggulangi pandemi. Kerja sama internasional diperlukan karena pemulihan dari dampak Covid-19 tidak akan bisa dilakukan selama masih ada negara yang belum sembuh.
”Bahkan, kalau kita sudah memvaksinasi sem 332 orang di AS sekarang, kita tetap belum aman dari virus selama (virus) masih uaterus bermutasi dan menyebar,” ujarnya.
Dunia harus bersatu melawan Covid-19 dan AS harus bertindak serta memimpin. ”Tidak ada negara yang bisa melakukan seperti kita, baik dalam membuat terobosan pengembangan vaksin maupun menyatukan pemerintah, dunia usaha, dan lembaga internasional untuk mengoordinasikan kesehatan umum yang besar dan berkelanjutan,” ujarnya. (AFP/REUTERS)